I. TUJUAN :
1. Mampu menetapkan kadar caffeine dalam sample obat menggunakan HP-TLC
2. Mampu mengoperasikan alat HP-TLC sesuai SOP
II. PRINSIP :
Caffeine dalam sample dapat ditetapkan secara HP-TLC. Fasa diam yang digunakan berupa padatan (Silica gel 60F
254) dalam bentuk plat atau lembaran, sedangkan fasa gerak berupa campuran larutan dari kloroform, aseton,
ammonia 25% dengan perbandingan 8:2:0,1. Komponen caffeine dapat terpisah berdasarkan perbedaan laju migrasi
komponen diantara 2 fase. kadar caffeine dalam sample dapat dihitung dengan membandingkan luas area sample
dengan standar, dengan cara dilakukan spoting lalu dielusikan kemudian diletakkan dibawah sinar uv yang
selanjutnya diukur menggunakan HP-TLC scanner.
B. Data Pengamatan
1) Pengkondisian
a. Detektor : UV
b. Lamp : D2
c. Fase diam : alumunium sheet silica gel 60F254
d. Fase gerak : kloroform, aseton, dan ammonia (8:2:0,1)
2) Pengukuran
a. Bobot rata-rata tablet : 0.6961 g
b. Bobot sampel 1 : 0.2497 g
c. Bobot sampel 2 : 0.2505 g
d. Bobot sampel 3 : 0.2504 g
e. Position of track (X) : 9.3 mm
f. Scan start position (Y) : 29.3 mm
g. Scan end position (Y) : 31.7 mm
h. Distance between track : 9.0 mm
i. Panjang gelombang maks : 276 nm
V. DATA PERHITUNGAN
A. Data Pembuatan Deret Larut Standar (Lampirkan Kurva Kalibrasi)
B. Data Preparasi Sampel dan Penentuan Kadar kaffein dalam sampel tablet obat
C
Bobot tablet Bobot Volume Terukur C(mg/Kg)
Sampel C sampel Tinggi
Luas Area Rf
(mg) sampel (mg) sampel (L) (mg/tablet) Peak
(mg/L)
249.7 0.025 6017.77 1734.922 173700.64 119.3670787 0.34 299.15
687.2 250.5 0.025 6954.65 2280.778 227622.56 156.4222202 0.34 335.53
250.4 0.025 6016.12 1733.961 173119.07 118.9674269 0.34 282.6
Ketidakpastia 0.03348632
n Asal Data Kal. Spek Pabrik (mL) k µ kal (mL)
Spesifikasi
Pabrik
0.04 1.732051 0.023094011
F. Ketidakpastian Asal Faktor Penimbangan
Ketidakpasti spek pabrik k ∑ Kal (gram) ∑ Kal2 ∑M
an Asal 0.0004 2 0.0002 4E-08 0.0002
Neraca
µ Faktor Penimbangan 0.0002
VI. KESIMPULAN
a. Nilai koefisien korelasi regresi standar ( r ) pada penetapan kadar kafein berdasarkan tinggi
peak diperoleh 0.9753 sedangkan koefisien korelasi regresi standar berdasarkan luas area
diperoleh 0.9230
b. % RSD presisi sampel pada penetapan kadar kafein dalam sampel obat diperoleh 16.37 %
tidak memenuhi syarat karena >5%
c. Pelaporan konsentrasi analit dan estimasi ketidakpastian gabungan yang diperluas pada
penetapan kadar Besi diperoleh sebesar 19,15±11,99 %b/b
TEST FORMATIF
1. Mengapa perlu dihitung nilai ketidakpastian pengukuran?
Jawab :
Ketidakpastian merupakan parameter yang menetapkan rentang nilai yang didalamnya
diperkirakan nilai benar yang diukur berada. Nilai ketidakpastian memungkinkan pengguna
data hasil uji untuk mengevaluasi kehandalan data, mengevaluasi kesesuaian dengan data
hasil uji terhadap tujuan penggunaannya. Setiap nilai yang diperoleh dari suatu pengukuran
kuantitatif hanya merupakan suatu perkiraan terhadap nilai benar dari sifat yang terukur.
Tanpa pernyataan kuantitatif kesalahan suatu pengukuran maka data hasil pengukuran
kurang mempunyai arti. Ketidakpastian pengukuran metode pengujian sangat perlu
diketahui oleh laboratorium karena kewajiban laboratorium mencantumkan estimasi
ketidakpastian pengukuran pada hasil analisa yang diperoleh apabila diminta oleh pengguna
jasa laboratorium. Nilai ketidakpastian juga menyatakan mutu hasil pengukuran atau
pengujian, semakin kecil nilai ketidakpastian maka semakin baik hasil pengujian.
kurang mempunyai arti. Ketidakpastian pengukuran metode pengujian sangat perlu
diketahui oleh laboratorium karena kewajiban laboratorium mencantumkan estimasi
ketidakpastian pengukuran pada hasil analisa yang diperoleh apabila diminta oleh pengguna
jasa laboratorium. Nilai ketidakpastian juga menyatakan mutu hasil pengukuran atau
pengujian, semakin kecil nilai ketidakpastian maka semakin baik hasil pengujian.
2. Mengapa pengukuran kafein dapat dilakukan menggunakan panjang gelombang elektromagnetik ultra
violet?
Jawab : Karena daerah serapan sampel kafein berada sekitar panjang gelombang 200 – 350 nm.
Panjang gelombang pada absorbansi maksimum berada pada panjang gelombang 276 nm.
3. Apa saja aspek kritis yang dapat mempengaruhi kelinearan kurva kalibrasi?
Jawab : Pembuatan kurva kalibrasi atau kurva standar bertujuan untuk mengetahui linieritas
hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi. Titik kritisnya yaitu, Labu takar yang
digunakan harus dalam keadaan bersih dan kering; penurunan larutan standar induk ke
dalam labu takar deret standar dan ketika menera labu takar harus secara teliti; larutan deret
standar harus homogen; menggunakan kuvet yang bersih dan berbahan kuarsa. Hal-hal
seperti itulah yang dapat mempengaruhi perubahan konsentrasi terhadap absorbansi yang
nantinya akan muncul.
4.Apakah ketidakpastian kurva kalibrasi merupakan sumber ketidakpastian terbesar dalam pengukuran
estimasi ketidakpastian kadar kafein? Jelaskan!
Jawab :
Iya, kurva kalibrasi merupakan sumber ketidakpastian terbesar yang dihasilkan. Hal
tersebut dikarenakan kurangnya kelinearan hubungan antara konsentrasi dengan luas area
yang didapatkan. Hal tersebut dapat dikarenakan kurang baiknya dalam membuat deret
standar dan menentukan track X dan Y pada alat HPTLC.
4000.00
3000.00
2000.00
1000.00
0.00
400 600 800 1000 1200 1400 1600
Konsentrasi (mg/L)
150
100
50
0
400 600 800 1000 1200 1400 1600
Konsentrasi (mg/L)
150
Tinggi Pe
100
50
0
400 600 800 1000 1200 1400 1600
Konsentrasi (mg/L)
luas area
x y
500 4104.73
1000 4343.35
1500 5821.08
x y
500 203.93
1000 227.7
1500 282.15