Anda di halaman 1dari 10

Klasifikasi Platyhelminthes

Filum Platyhelminthes terdiri atas empat kelas,


yaitu:
a. Turbellaria
b. Monogenea
c. Trematoda
d. Cestoda
a. Turbellaria (cacing berambut getar)
• Habitat sebagian besar hidup di dasar laut, pasir, lumpur, atau di bawah batu
karang.

• Bentuk tubuhnya pada umumnya lonjong hingga panjang, pipih dorsoventral,


dan tidak beruas-ruas. Ukuran tubuhnya antara 0,5 mm – 60 cm, namun
sebagian besar berukuran sekitar 10 mm.

• Memiliki struktur tubuh yang bersilia. Silia ini berfungsi sebagai alat gerak.

• Memiliki stigma/oseli (bintik mata), yaitu indera yang peka terhadap rangsang


cahaya dan aurikula (telinga) sebagai indera peraba.

• Tidak memiliki sucker (alat penghisap / pelekat).

• Sistem pencernakan terdiri atas mulut, faring, dan rongga gastrovaskuler yang
disebut enteron (usus).
• Sistem ekskresi berupa protonefridia, berbentuk saluran bercabang–
cabang yang berakhir pada flame bulb atau flame cell  (sel api).

• Warna tubuhnya Hitam, cokelat, kelabu, merah atau hijau karena


bersimbiosis dengan ganggang.

• Sistem reproduksi secara aseksual, seksual atau keduanya. Pada umumnya


hermafrodit.
a. Reproduksi secara seksual: dengan cara mutual, yaitu dua individu
saling bertukar sperma untuk membuahi sel telur pada individu
pasangannya.
b. Reproduksi secara aseksual: dengan pertunasan atau membelah diri.
Pada awalnya individu membentuk sekatan melintang dan tiap
potongan bergenerasi membentuk zooid (bakal cacing). Zooid akang
melepaskan diri dari induknyadan tumbuh menjadi individu baru.
Contoh Turbellaria:

• Dugesia  trigina,  Planaria  sp (hidup di air tawar yang tidak berpolusi).


Cacing ini dapat digunakan sebagai indikator biologis kemurnian air.
Apabila dalam suatu perairan banyak terdapat cacing ini, berarti air
tersebut belum tercemar karena cacing ini hanya dapat hidup di air yang
jernih, sehingga apabila air tersebut tercemar maka cacing ini akan mati.
• Biphalium sp , hidup di tempat lembab (di bawah lumut)
b. Monogenea

 Hidup ektoparasit pada ikan air laut, ikan air tawar, amfibi dan
reptilia.
 Memakan lendir dan sel-sel permukaan tubuh inang.
 Cacing dewasa berukuran 0,2 – 0,5 mm.
 Bersifat hermafrodit dan mengalami pembuahan sendiri.
 Memiliki alat penempel pada bagian anterior yang disebut
prohaptor dan opistaptor dibagian posterior.
 Opistaptor dilengkapi dengan duri, kait, jangkar, atau alat penghisap.
Biasanya lebih sering digunakan untuk menempel pada tubuh inang.
 Contoh: Gyrodactylus salaris.
c. Trematoda (cacing hisap)
• Disebut juga flukes.

• Tubuhnya berbentuk lonjong hingga panjang yang dilapisi kutikula yang befungsi
melindungi Trematoda dari enzim penghancur yang dikeluarkan oleh organisme
inang.

• Cacing dewasa berukuran 0,2 mm – 6 cm.

• Hidup endoparasit pada ikan, amfibi, reptilia, burung, mamalia, termasuk juga
manusia. Namun ada juga yang ektoparasit.

• Memiliki satu atau dua alat penghisap (sucker) dibagian anterior (mulut) dan
posterior (ventral tubuh. Sucker berfungsi sebagai pengisap cairan tubuh inangnya.

• Tidak memiliki silia (rambut getar).

• Cacing ini memakan serpihan sel, lendir, dan darah inang.


Contoh Trematoda :

 Fasciola  hepatica,  habitat pada hati hewan ternak, seperti kambing,


kerbau, dan sebagainya.
 Chlonorchis sinensis, habitat di hati manusia. Siklus hidupnya sama dengan
Fasciola  hepatica. Dengan inang perantara Siput (Alocinma  sp) dan ikan
air tawar.
• Schistosoma  japonicum,  Schistosoma  mansoni,  habitat pada pembuluh
darah (vena). Sehingga disebut juga cacing darah. Inang perantaranya
adalah siput (Oncomelanian  hupensis). Bersifat sebagai parasit
menimbulkan penyakit (schistosomiasis)  yang dapat menyebabkan
kerusakan pada hati, jantung, limfa, kantung kemih, dan ginjal.
• Fasciola buski,  hidup di usus.
• Paragonimus westermani ,  hidup di paru–paru.
• Metagonimus yokogawai ,  hidup dalam usus halus.

Anda mungkin juga menyukai