Anda di halaman 1dari 5

Tragedi Berdarah Mei

1998
Kelompok: 4
Nama: 1. Aldina Safitri
2. M Aprian Dwi Putra
1. Latar Belakang
Kerusuhan ini di latar belakangi oleh keruntuhan
ekonomi krisis finansial Asia 1997, adanya kritik
terhadap pemerintahan orde baru yang saat itu
dipimpin oleh Presiden Soeharto dan juga dipicu oleh
tragedi Trisakti yang hingga sampai saat ini masih
dikenang yang mengakibatkan empat mahasiswa
Universitas Trisakti terbunuh pada unjuk rasa 12 Mei
1998. Selain itu, kerusuhan ini juga menimbulkan
tindak penindasan terhadap etnis-Tionghoa.
2. Kronologi
A. Krisis Finansial
Terjadinya penurunan rupiah terhadap dolar mengakibatkan
berbagai perusahaan yang meminjam dolar harus membayar
biaya yang lebih besar dan juga para pemberi pinjaman menarik
kredit secara besar-besaran sehingga terjadi penyusutan kredit
dan kebangkrutan.
Inflasi rupiah yang diperparah dengan banyaknya masyarakat
yang menukarkan rupiah dengan dolar AS, ditambah kepanikan
masyarakat terkait tingginya kenaikan harga bahan makanan,
menimbulkan aksi protes terhadap pemerintahan orde baru.
Kritikan dan aksi unjuk rasa pun mulai bermunculan dan kian
memanas.
B. Terbunuhnya Empat Mahasiswa Trisakt

Setelah itu, keadaan semakin mencekam setelah


aksi demo krisis moneter yang dilakukan
mahasiswa menelan 4 korban jiwa. Empat korban
itu adalah mahasiswa dari Universitas Trisakti yang
ditembak mati oleh aparat keamanan. Peristiwa
tewasnya empat mahasiswa Universitas Trisakti itu
dikenal sebagai Tragedi Trisakti. Tidak terima
dengan peristiwa kematian empat mahasiswa
tersebut, massa pun semakin mengamuk.
c. Penindasan Terhadap Etnis Tionghoa

Tidak hanya berhenti sampai aksi unjuk rasa dan bentrokan


dengan aparat keamanan, kerusuhan juga bergulir dengan
menindas etnis Tionghoa terutama wanita. Sentimen bangsa
pribumi terhadap pendatang sudah ada sejak zaman penjajahan
Belanda.  Etnis Tionghoa yang datang ke Indonesia dijadikan
pemungut pajak, pengambil insentif dari warga dan juga
perantara perdagangan.
Hal ini tentu saja, menimbulkan stigmatisasi dan sentimen
negatif bangsa Indonesia terhadap etnis Tionghoa yang
dianggap melakukan penindasan dan pengambil alih kekuasaan
di Indonesia serta berkembangnya isu anti-Tionghoa yang
dikenal licik.
Ditambah lagi, etnis Tionghoa jika dilihat secara ekonomi berada
dalam posisi yang stabil dan strategis serta sukses sehingga
menjadikannya dislike minority (kaum minoritas yang tidak
disukai) dan kelompok yang disisihkan.

Anda mungkin juga menyukai