ANAMNESIS
• Nilai kemungkinan adanya :
- Kelainan uterus
- Faktor risiko kelainan tiroid (penambahan dan penurunan BB yang drastis)
- Riwayat kelainan hemostasis pada pasien dan keluarganya
• Perlu ditanyakan siklus haid (teratur/tidak) sebelumnya serta waktu mulai
terjadinya perdarahan uterus abnormal
• Adanya penyakit Von Willebrand
• Pada perempuan pengguna pil kontrasepsi perlu ditanyakan:
- Tingkat kepatuhan pemakaian
- Obat-obat lain yang diperkirakan mengganggu koagulasi.
• Penilaian jumlah darah haid dapat dinilai menggunakan :
- Piktograf (PBAC) skor “perdarahan” (Data ini juga dapat digunakan untuk
diagnosis dan menilai kemajuan pengobatan PUA
• Perdarahan uterus abnormal yang terjadi karena pemakaian anti koagulan
dimasukkan ke dalam klasifikasi PUA-C
PEMERIKSAAN FISIK
• Pengambilan sampel endometrium tidak harus dilakukan pada semua pasien PUA.
• Pengambilan sampel endometrium hanya dilakukan pada:
- Perempuan umur > 45 tahun
- Terdapat faktor risiko genetik
- USG transvaginal menggambarkan penebalan endometrium kompleks yang
merupakan faktor risiko hiperplasia atipik atau kanker endometrium
- Terdapat faktor risiko diabetes mellitus, hipertensi, obesitas,
nulipara
- Perempuan dengan riwayat keluarga nonpolyposis colorectal cancer
memiliki risiko kanker endometrium sebesar 60% dengan rerata umur saat
diagnosis antara 48-50 tahun
• Pengambilan sampel endometrium perlu dilakukan pada perdarahan uterus
abnormal yang menetap (tidak respons terhadap pengobatan).
• Beberapa teknik pengambilan sampel endometrium seperti D & K dan biopsi
endometrium dapat dilakukan.
PENILAIAN CAVUM UTERI
1. Gangguan ovulasi merupakan salah satu penyebab PUA dengan manifestasi klinik
perdarahan yang sulit diramalkan dan jumlah darah yang bervariasi.
2. Pemeriksaan hormon tiroid dan prolaktin perlu dilakukan terutama pada keadaan
oligomenorea. Bila dijumpai hiperprolaktinemia yang disebabkan oleh hipotiroid
maka kondisi ini harus diterapi.
3. Pada perempuan umur > 45 tahun atau dengan risiko tinggi keganasan
endometrium perlu dilakukan pemeriksaan USG transvaginal dan pengambilan
sampel endometrium.
4. Bila tidak dijumpai faktor risiko untuk keganasan endometrium lakukan penilaian
apakah pasien menginginkan kehamilan atau tidak
5. Bila menginginkan kehamilan dapat langsung mengikuti prosedur tata laksana
infertilitas.
6. Bila pasien tidak menginginkan kehamilan dapat diberikan terapi hormonal dengan
menilai ada atau tidaknya kontra indikasi terhadap PKK.
7. Bila tidak dijumpai kontra indikasi, dapat diberikan PKK selama 3 bulan
8. Bila dijumpai kontra indikasi pemberian PKK dapat diberikan preparat
progestin selama 14 hari, kemudian stop 14 hari. Hal ini diulang sampai 3
bulan siklus
9. Setelah 3 bulan dilakukan evaluasi untuk menilai hasil pengobatan.
10. Bila keluhan berkurang pengobatan hormonal dapat dilanjutkan atau
distop sesuai keinginan pasien.
11. Bila keluhan tidak berkurang, lakukan pemberian PKK atau progestin dosis
tinggi (naikkan dosis setiap 2 hari sampai perdarahan berhenti atau dosis
maksimal).
• Perhatian terhadap kemungkinan munculnya efek samping seperti
sindrom pra haid. Lakukan pemeriksaan ulang dengan USG TV atau
SIS untuk menyingkirkan kemungkinan adanya polip endometrium
atau mioma uteri
• Pertimbangkan tindakan kuretase untuk menyingkirkan
keganasan endometrium. Bila pengobatan medikamentosa
gagal, dapat dilakukan ablasi endometrium, reseksi mioma
dengan histeroskopi atau histerektomi
PERDARAHAN AKIBAT PROGESTIN