Anda di halaman 1dari 16

KURIKULUM 1984, 1994, 1999

Kelompok 7
Devi Maharani
Indri Kurnia Septiani
Jon Faizal
Multi Ermaika Islami
Sri Wahyuningsi
KURIKULUM 1984

Duduk,
Dengar, CBSA
(Cara Belajar
Catat, Hapal Siswa Aktif).
(DDCH)
DASAR PERUBAHAN
• Terdapat beberapa unsur dalam GBHN 1983 yang
belum tertampung ke dalam kurikulum pendidikan
dasar dan menengah.
• Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum
berbagai bidang studi dengan kemampuan anak didik.
• Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan
pelaksanaannya di sekolah.
• Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan
hampir di setiap jenjang.
• Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa
(PSPB) sebagai bidang pendidikan yang berdiri sendiri
mulai dari tingkat kanak-kanak sampai sekolah
menengah tingkat atas termasuk Pendidikan Luar
Sekolah.
• Pengadaan program studi baru (seperti di SMA) untuk
memenuhi kebutuhan perkembangan lapangan kerja.
CIRI-CIRI KURIKULUM 1984
• Berorientasi kepada tujuan instruksional.
• Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak
didik melalui cara belajar siswa aktif (CBSA).
• Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan
pendekatan spiral.
• Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum
diberikan latihan.
• Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau
kematangan siswa.
• Menggunakan pendekatan keterampilan proses.
HAL-HAL BARU DALAM KURIKULUM 1984

• Intensifikasi peranan materi kurikulum lokal.


• Masuknya beberapa mata pelajaran baru (PSPB).
• Pendekatan pembelajaran :
• Otoaktivitas, Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
• Sistem Kredit
• Program A (Fisika, Biologi, Sosial, Budaya, Agama).
• MATERI
Materi / program, terdiri atas :
– Pendidikan Umum (Agama, PMP, PSPB, Jasmani, Kesenian).
– Pendidikan Akademis (B. Indonesia, B. Inggris, B. Daerah,
IPA, IPS, Matematika).
– Pendidikan Ketrampilan (PKK, Teknik, Pertanian, Kerajinan,
Maritim)

• PENDEKATAN PEMBELAJARAN
Oktoaktivitas dengan CBSA :
– Prakarsa siswa dalam memberikan usul tanpa diminta
(tujuan, strategi, mencari sumber).
– Keterlibatan mental dalam tugas kegiatan secara
intelektual dan emosional.
– Guru lebih sebagai fasilitator.
– Belajar dengan pengalaman langsung.
– Variasi bentuk dan alat pembelajaran.
– Kualitas interaksi.
KURIKULUM 1994
Kurikulum ini merupakan pengembangan
dari kurikulum sebelumnya. Kegiatan belajar
cenderung didalam kelas, mengejar target
berupa materi yang harus dikuasai,
berorientasi kognitif. Yang dilaksanakan sesuai
dengan Undang – Undang No. 2 Tahun 1989
tentang Sitem Pendidikan Nasional.
Pada tahun 1993, disinyalir bahwa kurikulum
1984 yang proses pembelajarannya menekankan
pada pola pengajaran yang berorientasi pada
teori belajar mengajar yang kurang
memperhatikan muatan pelajaran, sehingga
lahirlah sebagai penggantinya adalah kurikulum
1994.
Perbedaannya adalah kurikulum 1994
menekankan unsur atau asas kebermaknaan
sedangkan CBSA menekankan keaktifan siswa.
Pada kurikulum 1994, pendidikan dasar
diwajibkan menjadi 9 tahun (SD dan SMP).
Berdasarkan strukturnya, kurikulum 1994
berusaha menyatukan kurikulum sebelumnya,
yaitu kurikulum 1975 dengan pendekatan tujuan
dan kurikulum 1994 dengan tujuan pendekatan
proses.
Latar belakang diberlakukan
• Bahwa sesuai Undang–Undang Dasar 1945 yang
mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang
diatur dengan Undang – Undang.
• Bahwa untuk mewujudkan pembangunan nasional di
bidang pendidikan, diperlukan peningkatan dan
penyempurnaan penyelenggaran pendidikan nasional, yang
disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta kesenian, perkembangan masyarakat, serta
kebutuhan pembangunan.
• Dengan berlakunya Undang – Undang Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
maka Kurikulum Sekolah Menengah Umum perlu
disesuaikan dengan peraturan undang – undang tersebut.
• Ciri – Ciri Kurikulum 1994 :
• Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem catur wulan.
• Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat
(berorientasi kepada materi atau isi pelajaran).
• Kurikulum 1994 bersufat populis, yaitu yang meberlakukan satu sistem kurikulum untuk
semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah
yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan
dan kebutuhan masyarakat sekitar.
• Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menngunakan strategi yang
melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik dan sosial. Dalam
mengaktifkan siswa guru sapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada
jawaban konvergen (terbuka), divergen (memungkinkan lebih dari satu jawaban), dan
penyelidikan.
• Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan
konsep atau pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan
akan terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman
konsep dan pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan
pemecahan masalah.
• Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang
sulit, dan dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks.
• Pengulangan – pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk
pemantapan pemahaman siswa.
• Kurikulum 1994 menggunakan pendekatan isi atau meteri sejumlah pelajaran yang
wajib ditransfer pada diri siswa. Siswa dianggap sukses bila menguasai seluruh mata
pelajaran. Hal ini sesuai dengan teori Tabularasa John Locke.
• Dalam kurikulum 1994, pemerintah pusat lebih mendominasi materi pembelajaran
dengan muatan kurikulum nasional sebanyak 80 , sedangkan pihak daerah 20 .
• Dalam kurikulum 1994 guru berperan sangat penting, karena guru merupakan sumber
belajar satu – satunya yang dimiliki oleh siswa.
Tujuan Kurikulum 1994

• Tujuan Nasional
• Tujuan Umum
Proses Pembelajaran

• Kegiatan belajar siswa cenderung di dalam


kelas
• Guru dianggap sebagai pusat dari
pembelajaran
• guru mengajar dikelas hanya mengejar target
berupa materi yang harus dikuasai dan
berorientasi kognitif.
Cara Penialaian dalam Kurikulum
1994
• Penilaian Ulangan Harian
• Penilaian Ulangan Umum,

• Bentuk – bentuk penilaian pada kurikulum


1994, yaitu :
• Penilaian Tertulis
• Penilaian Lisan
• Penilaian Perbuatan dan Penampilan.
KURIKULUM 1999

Sejak tahun 1975 sampai tahun 1994 kita


memiliki pengalaman "menambalsulam"
kurikulum, dan hasilnya selalu saja tidak mampu
menghantarkan bangsa ini kepada kinerja
pendidikan yang kompetitif dan
produktif.Meskipun demikian, pengalaman
buruk tersebut diulang kembali
dengan"menambal sulam" Kurikulum 1994
menjadi Kurikulum 1999, atau apapun namanya.
Penyebab
- Durasi waktu yang digunakan untuk
menggarap kurikulum baru sempit
- Prosesinya tergesa-gesa dan kurang
hati-hati. Pendekatannya jauh dari
profesional
- Terkesan dipaksakan
Sistem
Kurikulum 1999 terasa pendek, bahkan amat
pendek. Indikasinya antara lain, sekitar sebulan
setelah diterapkan salah seorang pejabat
Departemen Pendidikan menyatakan belum
tahu bentuk dan struktur kurikulum baru karena
memang belum siap; tetapi beberapa hari
kemudian pimpinan sekolah sudah mendapat
instruksi untuk melaksanakannya.

Anda mungkin juga menyukai