Anda di halaman 1dari 51

 KOMUNIKASI EFEKTIF

DALAM KESELAMATAN PASIEN

Ns.Chuchum Sumiarty SKep.,MKep

Disampaikan Dalam Lokakarya Komunikasi Efektif


20 – 21 Febuari 2019
Hotel Santika Premier Dyandra Medan
Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta


mampu mengimplementasikan cara komunikasi
yang efektif antar Profesional Pemberi Asuhan
(PPA) dan komunikasi antara PPA dengan
pasien/keluarga
Pokok Bahasan

• Komunikasi saat pasien admisi & asesmen


• Komunikasi saat melakukan identifikasi pasien
• Komunikasi saat pelaporan hasil lab kritis
• Komunikasi saat melaporkan pasien ke DPJP
• Komunikasi saat “handover”
• Komunikasi saat sign in, time out dan sign out
• Edukasi tentang kebersihan tangan
Pendahuluan
• Setiap pasien yang masuk RS memiliki keluhan dan
kebutuhan yang berbedapetugas kesehatan
harus siap untuk mengidentifikasi dan mengatasi
masalah pasien bukan hanya dr aspek klinis tapi
juga berdasarkan karakteristik demografi dan
pribadi pasien
• Komunikasi dlm pelayanan kesehatan harus terjalin
baik antara pasien & petugas
• Komunikasi efektif adalah bentuk komunikasi dua
arah, dimana kedua belah pihak (pasien-petugas)
saling memahami informasi yang disampaikan
Komunikasi Saat Admisi
• Informasikan hak-hak pasien
-Hak memiliki penerjemah
-Hak untuk mendapatkan akomodasi bagi yg cacat
-Hak untuk bebas dr diskriminasi
-Hak untuk menunjuk pengambil keputusan
-Hak untuk mendapat dukungan dr org lain selama
perawatan

• Identifikasi bahasa yg diinginkan pasien


Pasien/keluarga diberi hak untuk menentukan bahasa
apa yang mereka ingin gunakan termasuk bagi pasien yg
menggunakan bahasa isyarat
Komunikasi Saat Admisi
• Identifikasi apakah pasien memiliki kebutuhan
sensorik/komunikasi
-Pasien yg sudah memiliki gangguan -> bawa alat
sendiri
-Pasien yg baru mengalami gangguan sensorik krn
masalah kesehatannya saat ini  harus difasilitasi
oleh RS

• Apakah pasien membutuhkan bantuan untuk


melengkapi formulir pendaftaran
Petugas harus sensitif dan mampu
mengidentifikasi kebutuhan pasien saat mengisi
form pendaftaran
Komunikasi Saat Admisi
• Catat Ras /etnis pasien dlm rekam medis
Data ras/etnis penting, tapi pastikan bahwa pasien mendapatkan
pelayanan dg baik tanpa membedakan ras
• Apakah pasien menggunakan perangkat bantu
Pasien yg menggunakan alat bantu harus dipastikan dapat
memperolehnya slm perawatan
• Apakah ada kebutuhan tambahan yg mempengaruhi pasien
dlm perawatan
Perawatan yg dilakukan oleh lawan jenis, pakaian tertentu yg
digunakan sesuai budaya/keyakinan pasien
• Informasikan kebutuhan pasien (yg unik) kpd tim pemberi
asuhan
Komunikasi Saat Asesmen

• Identifikasi dan penuhi kebutuhan komunikasi


pasien selama asesmen
• Mulailah hubungan pasien – petugas dg
perkenalan
• Berikan dukungan untuk kemampuan pasien
dlm memahami informasi kesehatan
• Identifikasi dan penuhi kebutuhan mobilitas
pasien slm asesmen
Komunikasi Saat Asesmen

• Identifikasi keyakinan, budaya, agama dan spiritual


pasien
• Identifikasi kebutuhan diet pasien
• Minta pasien untuk mengidentifikasi dukungan orang
lain
• Komunikasikan informasi ttg kebutuhan pasien yang
unik kpd tim pemberi asuhan
Komunikasi Saat Melakukan
Identifikasi Pasien
• Identifikasi pasien dilakukan pada saat :
- Sebelum pemberian obat,darah,produk darah,
pengambilan specimen dan pemberian diet

- Sebelum dilakukan tindakan, prosedur


diagnostic & terapeutik

- Sebelum pemberian radioterapi,menerima


cairan intravena, HD, Catheterisasi jantung,
prosedur radiologi diagnostic dan identifikasi
thd pasien koma
Warna Gelang Identifikasi
• Gelang Identitas
▶ Biru : Laki-laki
▶ Pink : Perempuan

• Gelang Risiko
▶ Merah : Alergi
▶ Kuning : Risiko Jatuh
▶ Ungu : Do Not Resucitate
Cara Identifikasi
 Identifikasi dilakukan dengan cara verbal (menanyakan
nama lengkap pasien ) dan visual (melihat gelang
pasien nama lengkap dan tanggal lahir)

 Identifikasi pasien rawat inap menggunakan gelang


identitas

 Dalam melakukan identifikasi secara verbal dan visual


saat pertemuan pertama kali, selanjutnya cukup
secara visual dengan melihat gelang pasien.

 Bila terjadi pertukaran petugas, maka identifikasi


dilakukan secara verbal dan visual
Identifikasi Risiko Jatuh
Pengertian
Jatuh merupakan suatu kondisi yang tiba-tiba, tidak
terkontrol yang menyebabkan tubuh berpindah tempat
ke bagian yang lebih rendah, yang dapat mengakibatkan
cidera.
Kapan dilakukan pengkajian ?

• Pada saat pengkajian awal pasien/pertama kali


masuk rumah sakit.

• Pada saat dipindahkan dari unit satu ke unit


perawatan lain

• Perubahan kondisi pasien

• Setelah mengalami jatuh


Instrument Pengkajian Risiko Jatuh

1. Humpty dumpty untuk pasien anak

2. Morse fall scale untuk pasien dewasa

3. Ann Hendrich untuk pasien geriatrik

4. Get Up and Go Test untuk pasien Rawat Jalan


Skoring risiko jatuh Humpty dumpty
Cont…….
Skoring risiko jatuh Morse scale
Cont…..
Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal dilakukan oleh


Profesional Pemberi Asuhan
Dokter jaga
Perawat
PPA lain
Standar SKP.2

Rumah sakit menetapkan regulasi untuk


melaksanakan proses meningkatkan
efektivitas komunikasi verbal dan atau
komunikasi melalui telpon antar-PPA
Komunikasi yang rentan terjadi
kesalahan
• Saat perintah lisan atau perintah melalui telepon,
• Komunikasi verbal, saat menyampaikan hasil
pemeriksaan kritis yang harus disampaikan lewat telpon.
• Disebabkan oleh perbedaan aksen dan dialek.
• Pengucapan juga dapat menyulitkan penerima perintah
untuk memahami perintah yang diberikan. Misalnya,
nama-nama obat yang rupa dan ucapannya mirip (look
alike, sound alike), seperti phenobarbital dan
phentobarbital, atau yang lainnya.
Komunikasi Verbal
• Metode komunikasi dengan Metode SBAR
S  Situation
B  Background
A  Assesment
R  Recomendation
Komunikasi Verbal
• Penggunaan komunikasi verbal
dengan metode SBAR dilaksanakan
saat :
- melaporkan pasien
- menyampaikan hasil kritis
- handover
Komunikasi Verbal
Via Telepon
• Tenaga kesehatan yang dapat memberikan
instruksi melalui telepon adalah DPJP

• Tenaga kesehatan yang dapat menerima


instruksi melalui telepon adalah dokter jaga
PPDS, PPJP, perawat Asosiate,Farmasis dan
Dietisien
Komunikasi Verbal
Via Telepon
• Instruksi verbal melalui telepon dilakukan apabila
DPJP tidak berada di lingkungan RS

• Penerima pesan verbal melalui telepon harus


menerapkan sistem TBaK (Tulis Baca Konfirmasi
kembali), dan dokumentasikan dalam Catatan
Perkembangan Pasien Terintegrasi

• Dokter pemberi instruksi harus melakukan


verifikasi dengan menanda tangani catatan pasien
yg ditulis penerima instruksi
STEMPEL TBAK UNTUK VERIFIKASI

LOGO
RS

SUDAH DILAKUKAN TBAK DENGAN BENAR

Penerima Instruksi Pemberi Instruksi


Tanggal : Tanggal :
Jam : Jam :
Nama : Nama :
Paraf : Paraf :
Standar SKP.2.1

Rumah sakit menetapkan regulasi untuk


proses pelaporan hasil pemeriksaaan
diagnostik kritis.
Komunikasi Saat Pelaporan Hasil Kritis
• Nilai Kritis dilaporkan segera oleh pemeriksa
ke perawat ruangan untuk diteruskan ke DPJP

• Nilai kritis yang perlu dilaporkan yang terdapat


dalam daftar nilai kritis yang ditetapkan
Rumah Sakit

• Hasil nilai kritis didokumentasikan dalam


catatan terintegrasi oleh penerima informasi
Pemeriksaan Diagnostik Kritis
• Pem Lab
• Pem Radiologi
• Pem kedokteran nuklir
• Prosedure USG
• MRI
• Diagnostik Jantung
• Pem yg dilakukan di tempat tidur : TTV, Portable
radiograph, bedside ultrasound, transesophageal
echocardiograms
Standar SKP.2.2

Rumah sakit menetapkan dan


melakanakan proses komunikasi “Serah
Terima” (hand over)
Komunikasi Saat Handover

• Pengertian

Handover adalah suatu kegiatan serah terima


pasien dari satu unit ke unit lain, petugas
kesehatan kepada petugas kesehatan lainnya
atau dari dari RS ke RS lainnya
Komunikasi Saat Discharge & Transfer
• Perlu komunikasi selama discharge /transfer
Sesuaikan dengan kebutuhan komunikasi pasien, bahasa, alat
bantu atau penerjemah
• Libatkan pasien dan klg dalam perencanaan
discharge/transfer
Beri kesempatan pasien/klg untuk bertanya, dan diskusi
• Jelaskan ttg instruksi discharge sesuai kebutuhan pasien
Tanyakan apakah pasien lebih dapat menerima informasi dg
cara mendengar, melihat atau membaca
Pastikan pasien memahami informasi yg disampaikan
• Identifikasi tindak lanjut sesuai kebutuhan pasien
Pastikan fasilitas penerima pasien memahami kebutuhan
pasien
Komunikasi Saat
Sign in, Time out & Sign out

• Pengertian

Menjamin sisi operasi yang tepat, prosedur


yang tepat, serta pasien yang tepat dengan
penerapan checklist yang berkaitan dengan
keselamatan pasien sebelum operasi/
tindakan berisiko tinggi/tindakan yang
menggunakan sedasi.
Penyebab kesalahan
• Komunikasi yg tdk efektif antar anggota tim
• Tidak ada keterlibatan pasien
• Asesmen pasien tdk lengkap
• Catatan rekam medis tidak lengkap
• Budaya yg tdk mendukung komunikasi terbuka
antar anggota tim
• Tulisan tdk jelas/tdk terbaca
• Penggunaan singkatan tdk terstandar
Universal Protocol
Ada 3 langkah :
Langkah pertama :
Penandaan (Mark site)
- Penandaan daerah operasi diterapkan bila tindakan
invasif non bedah atau bedah menyangkut kasus-kasus
yang bersifat lateral, struktur multiple
- Dilakukan oleh DPJP yang melakukan prosedur atau ikut
serta dalam tindakan tersebut
- Dilakukan saat pasien sadar
- Menggunakan spidol site marking permanen dengan
memberi tanda
Langkah 2: Verifikasi
- dilakukan oleh tim bedah/tim tindakan invasif non bedah
lainnya sebelum tindakan dilakukan

- Tujuan :
a. memverifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang tepat
b. memastikan bahwa semua dokumen dan persiapan
darah telah tersedia, diberi label, dan di pampang
dalam rekam medik
c. memastikan peralatan khusus/implant tersedia.

Langkah ke 3

Proses pembedahan/ tindakan invasif non bedah

sign in,
time out,
sign out
-
SIGN IN
• Sign In  Proses sebelum induksi anestesi dilakukan oleh
perawat sirkuler yang memiliki kompetensi.

– Kesiapan kamar operasi/tindakan, mesin anestesi, mesin pintas


jantung paru, alat kesehatan dan instrumen.

– Serah terima perawat kamar operasi/tindakan, perawat ruangan


dan keluarga pasien (identitas pasien, site marker, alergi, jalan
nafas, prostesa, hasil konferensi akhir, data laboratorium, foto
rontgen, surat persetujuan tindakan kedokteran, tertib
administrasi, dan persiapan darah pengganti)

– Mereview dari tim bedah, anestesi dan perfusi, atau dokter yang
melakukan tindakan invasif non bedah

– Mengatur posisi operasi pasien di meja operasi/tindakan

– Pemberian anti biotik profilaksis


TIME OUT
• Proses sebelum insisi kulit dipimpin oleh perawat sirkuler
– Memperkenalkan anggota tim
– Tim secara verbal mengkonfirmasi identitas pasien,
prosedur, site, side dan level operasi, serta alergi
– Ahli bedah/dokter yang melakukan tindakan mereview
tindakan yang akan dilakukan dan situasi kritikal
(perdarahan)
– Anestesi ikut terlibat aktif
– Perawat mereview tentang persiapan alat kesehatan dan
instrumen :
Sterilisitas (expired date, indikator, special instrumen,
prostesa, pacemaker,generator, dll).
SIGN OUT
• Proses sebelum pasien dilakukan penutupan
insisi (sign out)
– Dokter bedah/ intervensi melakukan review
mengenai tindakan yang telah dilakukan dan hal-
hal penting lainnya selama tindakan.
– Dokter Anestesi mereview hal-hal penting lainnya
dan antisipasi di ruang perawatan selanjutnya.
– Perawat mereview kelengkapan instrumen, kassa,
jarum, pemberian label spesimen, dan masalah
kerusakan pada instrumen.
Pemberian Edukasi Kebersihan Tangan

• Pengertian
Kebersihan tangan adalah suatu tindakan
membersihkan tangan dengan menggunakan sabun /
antiseptik di bawah air mengalir (cuci tangan) atau
dengan menggunakan cairan berbahan dasar alkohol
(handrub)

• Tujuan
Mengurangi risiko infeksi yang terjadi di fasyankes
KEBERSIHAN TANGAN
• Kebersihan tangan mengacu pada guidelines yang ditetapkan
WHO

• Kebersihan tangan dapat dilakukan dengan menggunakan


sabun antiseptik dgn air mengalir (hand wash) dan dengan
cairan berbasis alkohol (handrub)

• Bila tangan tampak kotor gunakan hand wash dan jika tidak
tampak kotor gunakan handrub

• Menggunakan enam langkah dalam melakukan kebersihan


tangan

• Setiap pasien dan keluarga harus diajarkan cara melakukan


kebersihan tangan

• Dokumentasikan dalam form edukasi


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai