Anda di halaman 1dari 16

DIURETIK

KELOMPOK 4 :
1. TYAS WENING E.H. (16484083)
2. VICKY RUSILAWATI (16484084)
3. WAHYU AGREAF T.N. (16484085)
4. WILDAN NOVIAN (16484086)
5. YOPHA WIDIASARI (16484087)
6. ZITA ERLYANNA S.D. (16484088)
Tujuan
Memahami kerja farmakologi dari berbagai kelompok
diuretik, memperoleh gambaran tentang cara evaluasi efek
diuretik serta mengetahui cara untuk memperkirakan dosis efektif
50 (DO 50).
Dasar teori

Obat diuretik adalah sekelompok obat yang dapat meningkatkan


laju pembentukan urin. Istilah diuretik memiliki 2 pengertian, pertama
menunjukkan adanya penambahan volume urin yang di produksi.
Yang kedua menunjukan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dalam
air, secara normal reabsorbsi garam dan air dikendalikan masing-
masing oleh aldosteron vasopiesin (hormon anti diuretik, ADH).
Sebagian besar diuretik bekerja dengan menurunkan reabsorbsi
elektrolit oleh tubulus. Ekskresi elektrolit yang mengikat diikuti oleh
peningkatan ekskresi air, yang penting untuk mempertahankan
keseimbangan osmotik. Diuretik digunakan untuk mengurangi udema
pada gagal jantung kongesif, beberapa penyakit ginjal, dan sirosis
hepatis. (Neal,2010)
Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi respon diuretik,
1. Tempat kerja diuretik diginjal. Diuretik yang bekerja pada daerah
yang direabsorbsi natrium sedikit, akan memberi efek yang lebih
kecil bila dibandingkan dengan diuretik yang bekerja pada
daerah reabsorbsi natrium banyak.
2. Status fisiologi dari hewan. Misalnya dekomensasi jantung, sirois
hati, gagal ginjal. Dalam keadaan ini akan memberikan respon
yang berbeda terhadap diuretik.
3. Interaksi antara obat dengan reseptor.
penggolongan Tempat kerja utama Cara kerja Contoh obat

Diuretik osmotik a. Tubulus proksimal a. Menghabat rearbsorbsi Na dan Manitol, isosorbite,


b. Ansa henle desenden air melalui daya osmotik.
c. Duktus koligenesis b. Penghambat reabsorbsi Na dan
air oleh karena hipertonisitas
daerah medula menurun
c. Penghambat rearbsorbsi Na dan
air oleh karena ADH

Menghambat e- Tubulus proksimal Penghambat terhadap reabsorbsi Karbon hidrase,


anhidrase HCO3-, H+, dan Na. acetazolamide

Tiazida Hulu tubulus distal Penghambat terhadap reabsorbsi Hidrochlortiazid,


NaCl chlorotiazid

Diuretik hrmat Hilir tubuli distal dan duktus Penghambat antiport N+ / Spironolakton,
kalium koligentes daerah korteks K+(reabsorbsi natrium dan sekresi triamitiren, amilorid
kalium) dengan jalan antagonis
(spironolakton) atau secara
langsung (triamteran dan amiloria)

Diuretik kuat Ansa henle asenden bagian Penghambatan terhadap Asam atakrinat,
epitel tebal kontraseptor Na+/K+/Cl - furosemide,
gumetanid
ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. timbangan tikus
2. Alat suntik dan jarum suntik yang sesuai
3. Kandang khusus untuk pengamatan
4. Tabung berskala untuk menampung urin
5. Kertas indikator univesal
Bahan :
1. Laritan frosemid natrium dalam air dibuat dengan larutan furosemid kadar
yang sesuai dlam air, dengan meneteskan kedalam campuran larutan
NAOH sampe furosemid larut, kemudian larutan dinetralkan dengan HCL
0,1 N.
2. Dosis furosemid natrium : 0,5, 5,0,10,0 dan 15,0 mg/kgBB
3. Larutan NaCl fisiologi 0,9%
Hewan uji
Tikus putih jantan, usia sekitar 2 bulan, 15 ekor
Semua tikus dipuasakan makan selama kurang lebih 16 jam, minum
tetap diberikan

Hewan percobaan dikelompokkan secara rawu dalam 5


kelompok, masing-masing terdiri dari 3 ekor tikus, menurut dosis
obat yang tersedia

Kepada semua tikus diberikan air hangat secara oral sebanyak 50


ml/kgBB

Masing-masing kelompok tikus sesuai dengan hasil


pengelompokannya secara rawu, disontek subkutan (sk) furosemid
4 dosis atau NaCl fisiologi volum yang disuntikkan dibuat sama
(+0,5ml)

Tempatkan masing-masing tikus dalam kandang khusus tang


tersedia dan tampung urin yang di ekspresikannya, catat jumlah
urin kumulatif setiap kurun 30 menit selam 3 jam
Hasil pengamatan dan Perhitungan

• Berat Tikus
a. Tikus I = 118 g = 0,118 kg

b. Tikus II = 93,3 g = 0,0933 kg


c. Tikus III = 114,3 g = 0,1143 kg
• Dosis Obat = 15 mg/KgBB

• Dosis Tikus = BB hewan uji x dosis obat


a. Tikus I = 0,118 kg x 15 mg/KgBB = 1,77 mg
b. Tikus II = 0,0933 kg x 15 mg/KgBB = 1,3995 mg

c. Tikus III = 0,1143 kg x 15 mg/KgBB = 1,7145 mg


• Kadar larutan stok = 10 mg/ml
• Volume pemberian = Dosisi Hewan Uji
Kadar stok

Tikus I = 1,77 mg = 0,177 ml 0,18 ml


10 mg
Tikus II = 1,3995 mg = 0,13995 ml 0,14 ml
10 ml
Tikus III = 1,7145 mg = 0,17145 ml 0,17 ml
10 ml
Tabel
N Bahan Berat Sediaa Volume On Frek Tiap 15 Ko Frek Tiap 15 kom % X PH
o (g) n (ml) set Menit ke- m Menit ke- komulatif Kumulatif
(% (me

Pengamatan
b/v) nit)

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Nacl 109,0 0,9 % 0,5 10 1 - - - 1 0, - - - 0,2 4% 7


2

132,2 0,9 % 0,5 21 - 1 1 - 2 - 0, 0, - 0,4 8% 4% 7


3 1

117,0 0,9 % 0,6 - - - - - 0 - - - - 0 0% -

2 F 5,0 139,6 10 0,0698 29 - 1 - - 1 - 0, - - 0,1 2% 7


mg/KgB mg/ml 1
B
137,7 10 0,06885 19 - 2 1 1 4 - 0, 0, 0,1 0,5 10% 10% 8
mg/ml 3 1

134,3 10 0,06715 20 1 2 - 3 6 0, 0, - 0,2 0,9 18% 6


mg/ml 2 5

3 F 10,0 114,6 10 0,1146 57 - - - 2 2 - - - 0,1 0,15 3% 8


mg/KgB mg/ml 5
B

127 10 0,127 17 - 8 8 - 16 - 0, 0, - 1,11 22,2% 8,4% 8


mg/ml 6 6

119,6 10 0,1196 - - - - - 0 - - - - 0 0% 8
mg/ml

4 F 15,0 118 10 0,18 16 - 6 5 1 12 - 0, 0, 0,1 1,2 24% 8


mg/KgB mg/ml 6 5
B

93,3 10 0,14 13 1 3 3 0 7 0, 0, 0, - 0,7 14% 32,67% 7


mg/ml 1 3 3

114,3 10 0,17 7 5 1 6 1 26 0, 1, 0, 0,1 3 60% 8


mg/ml 4 6 6 7
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, kami melakukan percobaan diuretik. Diuretik
adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Fungsi
utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem , yang berarti
mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan
ekstra sel kembali menjadi normal.
proses pengerjaan praktikum ini adalah dengan menggunakan 12
ekor tikus jantan yang sebelumnya sudah dipuasakan makan kurang lebih
16 jam, minum tetap diberikan, hal ini dilakukan untuk mencegah sebelum
diberikan obat untuk menghilangkan faktor makanan, namun walaupun
demikian faktor variasi biologis dari hewan tidak dapat dihilangkan
sehingga faktor ini relatif dapat mempengaruhi hasil. Sedangkan digunakan
tikus jantan karena tikus betina mengalami fase estrus, dimana pada fase ini
terjadi peningkatan hormon estrogen dan hormon pertumbuhan yang akan
mempengaruhi sekresi insulin.
dari 12 ekor tikus jantan dibagi menjadi 4 kelompok yaitu : kelompok 1 dengan
nacl sebagai kontrol, kelompok 2 dengan furosemid 5 mg/ kg BB, kelompok 3
dengan furosemid 10 mg/kg BB, kelompok 4 dengan furosemid 15 mb/kgBB.
Furosemid termasuk ke dalam golongan diuretik kuat. Mekanisme kerjanya
dengan menyebabkan ginjal untuk membuang air dan garam yang tidak
dibutuhkan melalui urin.
sebelum diberi obat furosemid dan nacl (kontrol), masing- masing tikus
diberi air hangat sebanyak 5 ml secara per oral. Tujuannya adalah untuk
membantu mempercepat dan memperbanyak urin yang dikeluarkan. Setelah
diberi air hangat kemudian masing-masing tikus diberi nacl (kelompok 1 sebagai
kontrol) dan furosemid dengan dosis yang telah ditentukan lalu dilakukan
pengamatan selama 1 jam tiap 15 menit.
cara kerja furosemid adalah menghilangkan air dan garam dalam ginjal
melalui urin. Pada ginjal bahan-bahan seperti garam , air dan molekul kecil
lainnya yang biasanya disaring keluar dari darah dan masuk dalam tubulus
ginjal. Akhirnya cairan yang disaring menjadi urin. Sebagian besar natrium,
klorida dan air yang disaring dari darah diserap ke dalam darah sebelum cairan
disaring menjadi urin dan dihilangkan dari tubuh.
Furosemid bekerja menghalangi penyerapan natrium klorida dan air
dari cairan yang disaring dalam tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan mendalam output urin.
Hasil percobaan pada uji diuretik kelompok 1 denga Nacl 0,9% sebagai
kontrol yaitu kumulatif frekuensi urin tikus (1,2,0), untu rata-rata komulatif
volume urin yaitu 4%. Kelompok 2 dengan ferosamid 5mg /kgbb yaitu
kumulatif frekuensi urin tikus (1,4,6), untuk rata-rata kumulatif dalam urin
yaitu 10%.kelompok 3 denganprosemid 10 mg/kgBB yaitu kumulatif
frekuensi urin tikus (12,16,0), untuk rata-rata kumulatif volume urin yaitu
8,4%. Kelompok 4 dengan furosemid 15mg/kgBB yaitu kumulatif volume
urin yaitu 32,67%.
Dilihat dari data hasil percoban maka dosis efektif prosemid yaitu 5
mg/kgBB, hal ini dikarenakan dari frekuensi urin tikus stabil yaitu (1,4,6),
dan untuk rata-rata kumulatif volume sebesar 10%. Meskipun jumlah ini
masih lebih kecil apabila dibandingkan dengn dosis 15 mg/kgBB, namun
dosis 15 mg/kgBB tidak bisa menjadi dosis efektif, karena pada dosis ini
meupakan dosis terbesar yang dilakukan pada percobaan praktikum
diuretik ini.
KESIMPULAN
1. Efek utama dari obat efek diuretik adalah meningkatkan
volume urin yang diproduksi serta meningkatkan jumlah
pengeluaran zat-zat terlarut air.
2. Volime urin yang dihasilkan oleh hewan akibat pemberian
diuretik tidak beraturan.
3. Pada praktikum ini kontrol yang digunakan adalah Nacl 0,9%
dan tikus yang paling banyak mengeluarkan urin pada
perlakuan saat diberikan frosemid 15,0mg/kgBB.

Anda mungkin juga menyukai