TUBERKULOSIS
Kelompok 3
Haris R. Dwiputri 162211101037
Ajendra Anjar K 162211101038
Indah Suciati 162211101039
Nur Fauziah Matra 162211101040
Putri Wulandari 162211101041
Nurul Aini 162211101042
Definisi Tuberkulosis (TB)
• Tuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis dan kadang-kadang
disebabkan oleh M. bovis atau M.africanum.
• Pasien biasanya datang dengan batuk, demam, keringat
malam, dan penurunan berat badan.
• WHO menerapkan sistem DOTS (Directly Observed
Therapy – Short Course) untuk strategi pengendalian TB,
yang mencakup standar untuk diagnosis, pengawasan
terapi, pemastian keamanan obat, dan evaluasi rutin dari
program pengendalian TB (Martindale, 2009).
Klasifikasi TB
• Berdasarkan lokasi anatomi
Klasifikasi TB
• Berdasarkan riwayat pengobatan
Pasien TB
Pasien yang
Pasien baru TB pernah diobati
TB
Pasien yang
Pasien yang
diobati kembali
Pasien kambuh diobati kembali Lain-lain
setelah putus
setelah gagal
berobat
Etiologi
Infeksi Primer
• Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar
pertama kali dengan kuman TBC
• Infeksi dimulai saat kuman TBC berhasil
berkembang biak dengan cara membelah diri di
paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam
paru
• Rifampisin 450 mg 1 dd 1
• INH 300 mg 1 dd 1
• Etambutol 250 mg 1 dd 3
Terapi • PZA 500 mg 1 dd 3
• Streptomisin 1 x 750 mg
i.m
• Vit B6 tab 1dd1
Rifampisin •Terapi diberikan intensif selama 3
bulan (kasus TB putus berobat)
dengan dengan dosis 10 mg/kg
• menyebabkan liver injury (maksimum 600 mg).
(gangguan fungsi hati), yang
•Jika terjadi peningkatan nilai
ditandai dengan peningkatan SGOT/SGPT, hentikan terapi TB
nilai SGPT/SGOT (ALT/AST) dan dilanjutkan dengan terapi fungsi
hinga ≥ 3 kali nilai normal hatinya.
(IDSA, 2016). •Jika nilai ALT menurun hingga < 2
kali nilai normal, maka terapi anti
TB dimulai kembali secara tunggal.
DRP Plan
•dapat menyebabkan
warna urin menjadi
lebih gelap atau • Monitoring uji
perubahan pada pola fungsi hati (SGPT
BAK, kekuningan
pada kulit dan mata, Informasi Monitoring dan SGOT), kultur
perubahan warna sputum setiap
pada kotoran. bulan (sampai 2
•segera menghentikan kali berturut-turut
obat dan memberikan hasil
memeriksakan diri negatif)
bila timbul mual
persisten, muntah-
muntah dan lesu
(Sukandar dkk.,
2013: 854).
Etambutol
• Etambutol
memiliki efek
samping utama • Terapi diberikan
neuritis intensif selama 3
retrobulbar atau bulan (kasus TB
neuritis optik putus berobat).
dimana pasien
akan mengalami
buta warna
merah-hijau DRP Plan
(Dipiro, 2008)
• Dilakukan
• menghentikan pengujian visual
penggunaan Informasi Monitoring seriap bulan
etambutol jika (pengecekan
terjadi abnormalitas pada masing-
pada penglihatan masing mata
guna mencegah
kerusakan yang secara sendiri
permanen pada atau
mata (IDSA, 2016). bersamaan) dan
uji
hematopoietic
Pirazinamid • Terapi diberikan intensif
selama 3 bulan (kasus TB
putus berobat). Sama seperti
• menyebabkan rifampisisn dan INH, jika
terjadi peningkatan nilai
liver injury SGOT/SGPT, hentikan
(gangguan penggunaan PZA dengan
fungsi hati) segera, dan dilanjutkan
• efek samping dengan terapi untuk fungsi
mual muntah hatinya. Jika nilai
SGOT/SGPT tidak
yang tidak mengalami peningkatan
dapat setelah pemberian INH,
tertangani (DIH, DRP Plan maka PZA dapat dimulai
2009). pemberiannya 1minggu
setelah pemberian INH
(IDSA, 2016).
DRP Plan
Informasi Monitoring
•- • Monitoring
kadar BUN,
kreatinin
Vitamin B6
• Terapi
dilanjutkan untuk
• - mengatasi
kesemutan
akibat
penggunaan INH
dengan dosis 25
mg/hari secara
per oral.
DRP Plan
DRP Plan
• Jika pasien
tidak merasakan Informasi Monitoring
mual maka
terapi
dihentikan. • Frekuensi mual
• Metoklopramid dan muntah.
di minum
sebelum makan
O2
• -
• Terapi
diberikan
ketika pasien
mengalami
sesak atau
susah
DRP Plan bernapas
Informasi Monitoring
• - • Dilakukan
monitoring
kadar Sat O2
dan pO2
NS : D5 (1:1)
•-
• Terapi
sudah
tepat
Subjektif •-
• Nilai SGOT
Objektif naik dan
SGPT naik
• Curcuma tab
3 dd 1
Terapi
• Heparmin
tab
Curcuma
• obat yang • terapi
mengandun curcuma
g bahan sebaiknya
jamu, dihentikan.
sehingga
pemakaiany
a harus DRP Plan
diperhatikan
apabila
dikonsumsi
bersamaan
dengan
pemakaian
obat lain Informasi Monitoring
• fungsi hati
pasien
(SGOT/SG
• - PT).
Heparmin
• - • Heparmin
sebaiknya
diberikan
mulai tanggal
5 karena
SGOT dan
SGPT naik.
DRP Plan
• Pemberian
jarak pada Informasi Monitoring
saat • fungsi hati
mengonsums pasien
i heparmin (SGOT/SGPT).
dengan obat
yang lainnya
Problem Medik Pneumonia
• demam
• sesak yang semakin
Subjektif parah
• batuk
• diagnosa dokter
• leukosit tinggi
• sat O2 dan pO2 menurun
Objektif • takipnea (RR≥ 30
breaths/min)
• takikardi
• Ceftriaxon iv 1 g dd 1
• Ciprofloxacin 500 mg tab
2 dd 1
Terapi • Cefadroxil 250 mg tab 2
dd 1
• Parasetamol tab 3 dd 1C
• Ambroxol syrup 3 dd 1
Ceftriaxon
• Terapi sudah
tepat, dilanjutkan
• - dengan
pemberian
minimal 5 hari.
DRP Plan
DRP Plan
•- • Terapi
sudah
tepat
Informasi Monitoring
• Suhu tubuh
• tidak pasien
mengonsumsi • fungsi hati
parasetamol (SGOT/SGPT).
setelah
demamnya turun.
Ambroxol
•- • Terapi tetap
dilanjutkan
sampai batuk
dan sesaknya
berkurang.
DRP Plan
Informasi Monitoring
DRP Plan
Informasi Monitoring
•- •-
INFORMASI PASIEN BERKAITAN
DENGAN OAT
• Harus dipakai setiap hari atau sesuai dengan dosis, namun jika lupa
segera minum obat jika waktunya dekat ke waktu minum obat
seharusnya. Tetapi jika kalau lewat waktu sudah jauh, dan dekat ke
waktu berikutnya, maka minum obat sesuai dengan waktu/dosis
berikutnya.
• Beritahukan kepada dokter / petugas kesehatan lain kalau sedang
meminum obat lain karena ada kemungkinan interaksi.
• Isoniazid
• Potensi Isoniazid dapat menurun jika digunakan bersama dengan antasida.
Minum INH 2 jam sebelum atau 6 jam sesudah antasida
• Jangan makan keju, ikan tuna dan sardin karena mungkin menimbulkan
reaksi.
• Sampaikan kepada dokter / petugas kesehatan lain jika mengalami kulit gatal,
merasakan panas, sakit kepala yang tidak tertahankan, atau kesulitan melihat
cahaya, kurang nafsu makan, mual, muntah, merasa terbakar, pada tangan
dan kaki.
• Menghindari meminum alokhol
INFORMASI PASIEN BERKAITAN
DENGAN OAT
• Rifampisin
• Obat ini dapat menyebabkan kencing, air ludah, dahak, dan air mata akan
menjadi coklat merah.
• Bagi yang menggunakan lensa kontak ( soft lense), disarankan untuk
melepasnya, karena akan bereaksi atau berubah warna.
• Jika akan melakukan pemeriksaan diagnostik kencing dan darah, beritahukan
bahwa sedang meminum Rifampisin kepada petugas laboratorium atau dokter
dan tenaga kesehatan lain karena kadangkadang akan mempengaruhi hasil
pemeriksaan.
• Pirazinamid
• Sampaikan kepada dokter / petugas kesehatan lain jika merasakan sakit pada
sendi, kehilangan nafsu makan, atau mata menjadi kuning.
• Ethambutol
• Sampaikan kepada dokter / petugas kesehatan lain jika mengalami rasa sakit
pada sendi, sakit pada mata, gangguan penglihatan, demam, merasa terbakar.
Khusus untuk gangguan mata dapat menghubungi dokter mata.