Anda di halaman 1dari 19

PERENCANAAN

AUDIT INVESTIGATIF

Deputi Bidang Investigasi BPKP


PROFIL DIRI
NAMA: Hardono, SE., Ak., CA., CFE., CFrA
STATUS: K-1
PENDIDIKAN:
1. S1. Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun 1992
2. Register Akuntan Negara RNA- 2872
3. Register Charter Accountant (CA) Nomor 11.D.11297
4. Cerified Fraud Examiner (CFE) Tahun 2012
5. Certified Forensic Auditor (CFrA) Tahun 2012
Pekerjaan : PNS
 Jabatan Kepala Sub Direktorat IHKP BUMN dan BUMD Deputi Bidang Investigasi
 Riwayat Pekerjaan
1. KAP “Hananta Management Consultans” Solo Jateng Tahun 1992 s.d 1993
2. Perwakilan BPKP Prov Kalsel Tahun 1994 s/d 2010
3. Perwakilan BPKP Prov NTT Tahun 2011 s.d 2016
4. Direktorat Investigasi BUMN dan BUMD Tahun 2017
5. Direktorat Investigasi Hambatan Kelancaran Pembangunan sejak Maret 2017
A. Rencana Penugasan Audit Investigatif

B. Model Perencanaan Audit Investigatif

Daftar Isi C. Langkah-Langkah Penyusunan Rencana Penugasan Audit


Investigatif

D. Matriks Penugasan Investigatif


A. Rencana Penugasan Audit Investigatif

1 • Arti Penting Perencanaan

2 • Tujuan Perencanaan

3 • Sasaran Perencanaan
A. Rencana Penugasan Audit Investigatif
1. Arti Penting Perencanaan

Perencanaan audit merupakan Perencanaan audit


suatu proses penetapan tujuan dimaksudkan untuk
audit, penetapan alokasi waktu, menjamin bahwa
dan personil (auditor) yang akan tujuan audit dapat
melakukan penugasan audit tercapai secara
serta alokasi dana (anggaran). berkualitas, efektif,
efisien, dan
ekonomis.
Perencanaan dalam penugasan audit Standar Audit Intern Pemerintah Standar Audit Intern Pemerintah
meliputi formulasi tujuan audit, penentuan Indonesia/SAIPI (Paragraf 2020) Indonesia/ SAIPI (Paragraf 3200 –
ruang lingkup audit termasuk evaluasi risiko Perencanaan Penugasan Audit
audit, pemilihan pengujian dan hasilnya, “Auditor harus menggunakan Intern)
pemilihan jenis dan tingkat sumber daya kemahiran profesionalnya dengan
yang tersedia untuk mencapai tujuan audit, cermat dan seksama (due “Auditor harus mengembangkan
penentuan signifikansi risiko dalam audit professional care) dan secara hati- dan mendokumentasikan rencana
serta dampaknya, pengumpulan audit dan hati (prudent) dalam setiap untuk setiap penugasan, termasuk
penentuan kompetensi, integritas, dan penugasan audit intern.” tujuan, ruang lingkup, waktu, dan
simpulan yang akan diambil. alokasi sumber daya penugasan.”

Deputi Bidang Investigasi


A. Rencana Penugasan Audit Investigatif
2. Tujuan Perencanaan

Penyusunan rencana audit investigatif memiliki tujuan sebagai


berikut:
1. Meminimalkan Tingkat Risiko Kegagalan dalam Melakukan Audit Investigatif

2. Memberikan Arah agar Audit Investigatif Dapat Dilaksanakan Secara Efektif dan Efisien

Deputi Bidang Investigasi


A. Rencana Penugasan Audit Investigatif
3. Sasaran Perencanaan

1. Penelaahan Informasi Awal Penyimpangan (Fraud)


 Perencanaan audit investigatif disusun untuk setiap penugasan audit investigatif berdasarkan informasi yang diterima, baik yang
bersumber dari pengaduan masyarakat, pengembangan hasil audit kinerja maupun audit lainnya, maupun permintaan instansi penyidik
dan/atau instansi lainnya.
 Penelaahan informasi awal dilakukan melalui prosedur analisis dan evaluasi informasi untuk menentukan layak tidaknya menindaklanjuti
informasi dugaan penyimpangan (fraud) tersebut dengan penugasan audit investigatif.

2. Penetapan Rencana Tindak serta Alokasi Sumber Daya


Penugasan
Penetapan rencana tindak terhadap informasi penyimpangan (fraud) yang layak diaudit investigatif, meliputi langkah-langkah berikut:
a. menentukan sifat utama pelanggaran, fokus perencanaan, dan sasaran audit investigatif;
b. mengidentifikasi kemungkinan pelanggaran hukum, peraturan, atau perundang-undangan, dan memahami unsur-unsur yang terkait
dengan pembuktian atau standar;
c. mengidentifikasi dan menentukan prioritas prosedur dan teknik audit investigatif yang diperlukan untuk mencapai sasaran audit investigatif;
d. menentukan sumber daya yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan audit investigatif;
e. melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang, termasuk instansi penyidik (apabila perlu); dan
f. alokasi sumber daya pendukung agar kualitas audit investigatif dapat dicapai secara optimal. Kebutuhan sumber daya yang harus
ditentukan antara lain terkait dengan personil, pendanaan, dan sarana atau prasarana lainnya.

Deputi Bidang Investigasi


B. Model Perencanaan Audit Investigatif

Salah satu model perencanaan yang digunakan dalam penugasan


audit investigatif adalah model perencanaan SMEAC system:

1. Situation
2. Mission
3. Execution
a. Penentuan Tim Audit Investigatif
b. Penyusunan Program Audit Investigatif
c. Jangka Waktu dan Anggaran Biaya Audit Investigatif
4. Administration and Logistics
5. Communication

Deputi Bidang Investigasi


C. Langkah-Langkah Penyusunan
Rencana Penugasan Audit Investigatif

1 • Penentuan Tujuan Audit

2 • Penentuan Ruang Lingkup Audit

3 • Penentuan Tim Audit

4 • Penyusunan Program Kerja Audit

5 • Penyusunan Anggaran Waktu dan Biaya Audit


C. Langkah-Langkah Penyusunan Rencana Penugasan AI
1. Penentuan Tujuan Audit

untuk membuktikan terjadinya suatu penyimpangan (fraud) serta


Tujuan Audit Investigatif: pelakunya yang bersifat tersembunyi.

Deputi Bidang Investigasi


C. Langkah-Langkah Penyusunan Rencana Penugasan AI
2. Penentuan Ruang Lingkup Audit

Berdasarkan hipotesis awal yang telah dilaporkan dalam laporan telaahan informasi awal, auditor menetapkan
sasaran dan ruang lingkup audit investigatif.

Penetapan sasaran ini dinyatakan dalam suatu bentuk pernyataan misi (mission statement), yaitu terungkapnya
kasus kecurangan yang merugikan keuangan negara/daerah.

Pernyataan sasaran audit ini selanjutnya dirinci dalam sub-sub sasaran yang menguraikan ruang lingkup audit
investigasi, meliputi jenis penyimpangan, fakta dan proses kejadian, pihak-pihak yang diduga terkait, penyebab dan
dampak, bukti yang dikumpulkan.

Deputi Bidang Investigasi


C. Langkah-Langkah Penyusunan Rencana Penugasan AI
3. Penentuan Tim Audit

Untuk dapat melaksanakan audit yang sistematis dan menghasilkan simpulan yang tepat, maka perlu disusun Tim
Audit yang dirancang dengan seksama.

Pertimbangan risiko audit serta kompleksitas permasalahan yang akan dihadapi harus dipertimbangkan dalam
menentukan kuantitas dan kualitas tim yang diperlukan dalam pelaksanaan audit.

Hari penugasan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya sehingga tersedia waktu yang cukup untuk
menyelesaikan penugasan audit.

Kebutuhan dana harus direncanakan dengan mempertimbangkan lokasi unit penanggung jawab/pelaksana
program/kegiatan, waktu yang dibutuhkan, kompleksitas penugasan, dan jumlah personel yang diperlukan untuk
menyelesaikan penugasan audit.

Deputi Bidang Investigasi


C. Langkah-Langkah Penyusunan Rencana Penugasan AI
4. Penyusunan Program Kerja Audit

Auditor menyusun program kerja audit (PKA) yang bertujuan untuk mendapatkan bukti-bukti audit dalam rangka
mengungkap tindakan penyimpangan yang telah ditetapkan dalam pernyataan sasaran dan ruang lingkup audit
investigatif (mission statement).

Program kerja audit ini merupakan langkah-langkah kerja yang merupakan teknik audit untuk memperoleh bukti-bukti
audit yang cukup, relevan, dan kompeten (execution statement).

Penyusunan PKA fokus pada pembuktian hipotesis yang telah diidentifikasi pada tahapan pra perencanaan.

Dalam menyusun PKA, auditor perlu melakukan langkah-langkah antara lain:


1. Mengidentifikasi kemungkinan pelanggaran hukum, peraturan, atau perundang-undangan, dan memahami unsur-
unsur yang terkait dengan pembuktian atau standar.
2. Mengidentifikasi dan menentukan prioritas tahap-tahap audit investigatif yang diperlukan untuk mencapai sasaran
audit investigative.

Deputi Bidang Investigasi


C. Langkah-Langkah Penyusunan Rencana Penugasan AI
5. Penyusunan Anggaran Waktu dan Biaya Audit

Audit investigatif yang berkualitas membutuhkan sumber daya yang memadai.

Pertimbangan keselarasan 3 (tiga) elemen perencanaan antara kualitas, waktu, dan biaya, merupakan hal penting
yang patut diperhatikan.

Kebutuhan sumber daya yang harus ditentukan antara lain terkait dengan personil, pendanaan, dan sarana atau
prasarana lainnya.

Alokasi personil dalam audit investigatif harus mendapat perhatian secara khusus karena tim audit investigatif secara
kolektif merupakan gabungan dari berbagai disiplin, keahlian, dan pengetahuan profesional seorang auditor, akuntan,
ahli hukum, investigator, pewawancara (interviewer), pengumpul informasi (information collector), ahli teknologi, dan
riset.

Termasuk dalam bagian penting sumber daya adalah kebutuhan dukungan tenaga ahli yang diperlukan, serta
kemungkinan diperlukan sarana dan prasarana khusus dalam pelaksanaan audit investigatif.

Deputi Bidang Investigasi


D. Matriks Penugasan Investigatif

Penyusunan rencana penugasan audit investigatif dapat menggunakan beberapa alat perencanaan,
berupa matriks penugasan audit investigatif yang meliputi:

1 • Matriks Bukti Audit (The Evidence Matrix)

2 • Matriks Sumber Daya

3 • Lembar Tugas – Matriks Penugasan

4 • Matriks Penilaian Risiko


D. Matriks Penugasan Investigatif
1. Matriks Bukti Audit (The Evidence Matrix)

Matriks Bukti Audit


(The Evidence Matrix)

Deputi Bidang Investigasi


D. Matriks Penugasan Investigatif
2. Matriks Sumber Daya

Matriks Sumber Daya

Deputi Bidang Investigasi


D. Matriks Penugasan Investigatif
3. Lembar Tugas – Matriks Penugasan

Lembar Tugas –
Matriks Penugasan

Deputi Bidang Investigasi


D. Matriks Penugasan Investigatif
4. Matriks Penilaian Risiko

Matriks Penilaian
Risiko

Deputi Bidang Investigasi

Anda mungkin juga menyukai