Annisa Fadhillah
Farhanah
Masalah Transaksi
antara Boleh dan
Dilarang
1 2 3
Riba yang dilakukan antara Al-Hathitah (Berdamai atas Kredit/Angsuran (jual beli
Muslim dan Kafir Harbi pembayaran sebagian dengan tempo dan ada
karena dibayar lebih awal). tambahan harga)
1 2 3
Jumhur (mayoritas) ulama Ibnu Abbas, Ibnu Sirin dan Muamalah seperti itu hanya
menyatakan bahwa riwayat dari Ahmad, al- diperbolehkan pada hutang
muamalah seperti itu tidak Nakhoi, Abu Tsaur dan Zafr budak mukatabah (dalam
diperbolehkan. Mereka yang berpendapat bahwa proses memerdekakan diri),
berpendapat seperti ini muamalah seperti itu tidak karena hal itu mendorong
adalah Umar bin Khottob, mengapa (boleh) jika kebebasan dari status
Zaid bin Tsabit, Al-Sya’bi, disepakati. Pendapat ini pula budak yang sangat didorong
Said bin al-Musayyib, Malik, yang dipilih oleh Ibnu dan disukai Allah SWT.
Abu Hanifah, Asy-Syafi’i dan Taimiyah dan Ibnul Qoyim. Budak mukatab adalah
pendapat masyhur dari budak yang berada dalam
Ahmad. Karena hal itu proses pelunasan dari
berarti menukar tempo status budaknya.
dengan harga.
Riwayat dari Miqdad bin Aswad Sebagaimana diketahui bahwa Riwayat dari Ibnu Abbas
berkata: Saya meminjamkan riba jahiliyah adalah hutang berkata: “Ketika Rasulullah saw.
seseorang seratus dinar, dengan tempo dengan tambahan
kemudian saya ikut utusan yang yang disyaratkan. Dengan Memerintahkan agar Bani
diutus Rasulullah saw, lalu saya demikian tambahan tersebut Nadhir keluar dari Madinah
berkata kepada orang tersebut: adalah sebagai pengganti dari datanglah beberapa orang dari
“Cepatlah bayar padaku tempo tersebut dan Allah telah mereka pada beliau dan
sembilan puluh dinar dan saya melarangnya. Dengan demikian berkata: “Wahai Rasulullah saw,
lepaskan sepuluh dinar”. Orang jika seseorang berhutang dirham engkau telah memerintahkan
itu menjawab: “ya”. Lalu aku dengan tempo tertentu lalu mereka agar mereka keluar,
ceritakan hal itu pada Rasulullah dipotong dengan pelunasan lebih sedangkan mereka masih
saw, beliau menjawab: “Engkau cepat, maka hal itu berarti memiliki piutang pada orang
telah memakan riba wahai menjadikan pemotongan sebagai lain yang belum terlunasi dan
Miqdad!”.Dalil ini menurut Ibnu konpensasi dari tempo yang belum jatuh tempo”. Lalu
Qoyim lemah, karena ada dipercepat (dipotong). Dan inilah rasulullah saw bersabda:
kelemahan dalam isnadnya. riba yang dilarang Allah secara “Potonglah dan percepatlah
nash (pelunasannya)” (As-Sunanal-
Kubro-albaihaqi).
Your Logo or Name Here 6
“Barangsiapa melakukan dua jual beli dalam satu jual beli,
maka baginya harga yang paling sedikit atau (kalau tidak,
maka terkena) riba.” (HR Abu Daud)
Artinya adalah dua penjualan pada satu barang. Dan itu
bisa terjadi pada dua kasus.
Pertama, menjual barang dengan pembayaran
hingga tempo tertentu. Setelah tiba waktu pembayaran,
belum juga dibayarkan, penjual memperbaharui tempo
pembayaran, dengan harga yang lebih tinggi dari yang
semula. Dengan kata lain, pembayaran harga barangnya
ditambah karena ada tenggat waktu pembayaran yang
baru. Berarti dia telah melakukan dua jual beli pada satu
barang.
Kredit/Angsuran (jual beli dengan Kedua, seseorang menjual barang dengan
pembayaran tertentu, lalu pembeli membeli barang
tempo dan ada tambahan harga) tersebut. Lalu si pembeli meminta penundaan dalam
pembayarannya hingga waktu tertentu, dan diterima
Kasus diatas adalah praktik dua transaksi dalam penjual. Penjual lalu menjual barang tersebut dengan
satu transaksi, maka hak bagi penjual adalah transaksi lain dengan harga yang lebih tinggi dengan
mendapatkan harga yang lebih sedikit, yaitu sistem kredit. Artinya, ia menambah harganya dengan
harga transaksi yang pertama. Kalau dia menangguhkan tempo pembayarannya.
mengambil harga yang lebih tinggi (yaitu harga Your Logo or Name Here 7
kedua atau yang baru) maka ia terkena riba.
Mengenai kebolehan jual beli dengan harga tidak tunai tanpa ada tambahan harga akibat tempo waktu yang
diberikan, telah jelas kebolehannya sebagaimana sabda Rasulullah yang diriwayatkan dari Aisyah ra. sebagai
berikut :
ﻣﺘﻔﻖ ﻋﻠﻴﻪ. ﺍﺷﺘﺮﻯ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻣﻦ ﻳﻬﻮﺩﻱٍّ ﻃﻌﺎﻣﺎً ﻧﺴﻴﺌﺔً ﻭﺭﻫﻨﻪ ﺩﺭﻋَﻪ
“Nabi SAW membeli makanan dari orang Yahudi hingga tenggat waktu tertentu, dan beliau menggadaikan baju
besinya kepada orang tersebut.” (HR Bukhari dan Muslim)
Memang terdapat perselisihan dalam hal ini. Kami akan sedikit menguraikannya demi menghilangkan keraguan.
Hanafiyah, Malikiyah, Syafi’iyyah dan Hanabilah membolehkan praktek tersebut, sedangkan sebagian Zaidiyah
dan Dhohiriyah mengharamkannya. Ulama kontemporer yang membolehkannya antara lain An-Nabhani, al-
Qardhawi, Ali Salus, Wahbah Az-Zuhaili dan Ibnu ‘Utsaimin.
Mereka yang mengharamkannya berpegang pada hadits dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Barang siapa melakukan dua jual-beli dalam satu jual-beli maka harus memilih (harga) yang terendah jika tidak
maka riba” (HR Ibnu Abi Syaibah, Abu Dawud, Al-Hakim, Ibnu Hibban dan Al-Baihaqi