Anda di halaman 1dari 10

Fiqih Riba Gharar

Annisa Fadhillah
Farhanah
Masalah Transaksi
antara Boleh dan
Dilarang

Your Logo or Name Here 2


The Problem

1 2 3

Riba yang dilakukan antara Al-Hathitah (Berdamai atas Kredit/Angsuran (jual beli
Muslim dan Kafir Harbi pembayaran sebagian dengan tempo dan ada
karena dibayar lebih awal). tambahan harga)

Your Logo or Name Here 3


Masalah Kedua: Al-Hathitah (Berdamai atas pembayaran
sebagian karena dibayar lebih awal)
Banyak diantara kalangan
masyarakat yang karena
keperluan atau pindah tempat
meminta piutang yang belum
jatuh tempo dari orang yang
berhutang padanya. Lalu
merelakan sebagian dari total
hutangnya.
• Sebagai contoh, seseorang
berhutang kepada si A sebesar
Rp5.000.000,- yang akan dilunasi
pada akhir tahun, lalu karena si
A ingin pindah rumah dan
karena memerlukan uang, ia
meminta bayaran sebelum
waktunya dengan dispensasi
cukup dibayar Rp4.000.000,-
saja. Apakah bentuk muamalah
seperti ini diperbolehkan?

Your Logo or Name Here 4


Ada perbedaan pendapat di kalangan ulama dalam
memahami hukum masalah di atas:

1 2 3

Jumhur (mayoritas) ulama Ibnu Abbas, Ibnu Sirin dan Muamalah seperti itu hanya
menyatakan bahwa riwayat dari Ahmad, al- diperbolehkan pada hutang
muamalah seperti itu tidak Nakhoi, Abu Tsaur dan Zafr budak mukatabah (dalam
diperbolehkan. Mereka yang berpendapat bahwa proses memerdekakan diri),
berpendapat seperti ini muamalah seperti itu tidak karena hal itu mendorong
adalah Umar bin Khottob, mengapa (boleh) jika kebebasan dari status
Zaid bin Tsabit, Al-Sya’bi, disepakati. Pendapat ini pula budak yang sangat didorong
Said bin al-Musayyib, Malik, yang dipilih oleh Ibnu dan disukai Allah SWT.
Abu Hanifah, Asy-Syafi’i dan Taimiyah dan Ibnul Qoyim. Budak mukatab adalah
pendapat masyhur dari budak yang berada dalam
Ahmad. Karena hal itu proses pelunasan dari
berarti menukar tempo status budaknya.
dengan harga.

Your Logo or Name Here 5


Dalil pendapat yang menyatakan larangan dan kebolehan mualamah tersebut

Larangan Larangan Membolehkan

Riwayat dari Miqdad bin Aswad Sebagaimana diketahui bahwa Riwayat dari Ibnu Abbas
berkata: Saya meminjamkan riba jahiliyah adalah hutang berkata: “Ketika Rasulullah saw.
seseorang seratus dinar, dengan tempo dengan tambahan
kemudian saya ikut utusan yang yang disyaratkan. Dengan Memerintahkan agar Bani
diutus Rasulullah saw, lalu saya demikian tambahan tersebut Nadhir keluar dari Madinah
berkata kepada orang tersebut: adalah sebagai pengganti dari datanglah beberapa orang dari
“Cepatlah bayar padaku tempo tersebut dan Allah telah mereka pada beliau dan
sembilan puluh dinar dan saya melarangnya. Dengan demikian berkata: “Wahai Rasulullah saw,
lepaskan sepuluh dinar”. Orang jika seseorang berhutang dirham engkau telah memerintahkan
itu menjawab: “ya”. Lalu aku dengan tempo tertentu lalu mereka agar mereka keluar,
ceritakan hal itu pada Rasulullah dipotong dengan pelunasan lebih sedangkan mereka masih
saw, beliau menjawab: “Engkau cepat, maka hal itu berarti memiliki piutang pada orang
telah memakan riba wahai menjadikan pemotongan sebagai lain yang belum terlunasi dan
Miqdad!”.Dalil ini menurut Ibnu konpensasi dari tempo yang belum jatuh tempo”. Lalu
Qoyim lemah, karena ada dipercepat (dipotong). Dan inilah rasulullah saw bersabda:
kelemahan dalam isnadnya. riba yang dilarang Allah secara “Potonglah dan percepatlah
nash (pelunasannya)” (As-Sunanal-
Kubro-albaihaqi).
Your Logo or Name Here 6
“Barangsiapa melakukan dua jual beli dalam satu jual beli,
maka baginya harga yang paling sedikit atau (kalau tidak,
maka terkena) riba.” (HR Abu Daud)
Artinya adalah dua penjualan pada satu barang. Dan itu
bisa terjadi pada dua kasus.
Pertama, menjual barang dengan pembayaran
hingga tempo tertentu. Setelah tiba waktu pembayaran,
belum juga dibayarkan, penjual memperbaharui tempo
pembayaran, dengan harga yang lebih tinggi dari yang
semula. Dengan kata lain, pembayaran harga barangnya
ditambah karena ada tenggat waktu pembayaran yang
baru. Berarti dia telah melakukan dua jual beli pada satu
barang.
Kredit/Angsuran (jual beli dengan Kedua, seseorang menjual barang dengan
pembayaran tertentu, lalu pembeli membeli barang
tempo dan ada tambahan harga) tersebut. Lalu si pembeli meminta penundaan dalam
pembayarannya hingga waktu tertentu, dan diterima
Kasus diatas adalah praktik dua transaksi dalam penjual. Penjual lalu menjual barang tersebut dengan
satu transaksi, maka hak bagi penjual adalah transaksi lain dengan harga yang lebih tinggi dengan
mendapatkan harga yang lebih sedikit, yaitu sistem kredit. Artinya, ia menambah harganya dengan
harga transaksi yang pertama. Kalau dia menangguhkan tempo pembayarannya.
mengambil harga yang lebih tinggi (yaitu harga Your Logo or Name Here 7
kedua atau yang baru) maka ia terkena riba.
Mengenai kebolehan jual beli dengan harga tidak tunai tanpa ada tambahan harga akibat tempo waktu yang
diberikan, telah jelas kebolehannya sebagaimana sabda Rasulullah yang diriwayatkan dari Aisyah ra. sebagai
berikut :

‫ ﻣﺘﻔﻖ ﻋﻠﻴﻪ‬. ‫ﺍﺷﺘﺮﻯ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻣﻦ ﻳﻬﻮﺩﻱٍّ ﻃﻌﺎﻣﺎً ﻧﺴﻴﺌﺔً ﻭﺭﻫﻨﻪ ﺩﺭﻋَﻪ‬

“Nabi SAW membeli makanan dari orang Yahudi hingga tenggat waktu tertentu, dan beliau menggadaikan baju
besinya kepada orang tersebut.” (HR Bukhari dan Muslim)
Memang terdapat perselisihan dalam hal ini. Kami akan sedikit menguraikannya demi menghilangkan keraguan.
Hanafiyah, Malikiyah, Syafi’iyyah dan Hanabilah membolehkan praktek tersebut, sedangkan sebagian Zaidiyah
dan Dhohiriyah mengharamkannya. Ulama kontemporer yang membolehkannya antara lain An-Nabhani, al-
Qardhawi, Ali Salus, Wahbah Az-Zuhaili dan Ibnu ‘Utsaimin.
Mereka yang mengharamkannya berpegang pada hadits dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Barang siapa melakukan dua jual-beli dalam satu jual-beli maka harus memilih (harga) yang terendah jika tidak
maka riba” (HR Ibnu Abi Syaibah, Abu Dawud, Al-Hakim, Ibnu Hibban dan Al-Baihaqi

Your Logo or Name Here 8


“semua ulama sepakat apabila penjual berkata, “jika kau bayar tunai maka 10 dirham tapi jika dicicil maka 15
dirham” kemudian kedua pihak sepakat dan berpisah tanpa menjatuhkan pilihan pada salah satu opsi, maka
tidak sah. Alasannya menurut Asy-Syaukani karena, “tidak adanya kejelasan harga”, yakni apakah 10 atau 15
dirham. Maka, mayoritas ulama membolehkan dua bentuk penawaran dengan dua harga yang berbeda asalkan
penjual dan pembeli menjatuhkan akad pada salah satu tawaran sebelum berpisah.
At-Tirmidzi menyatakan, “Sebagian ulama berpendapat dua jual-beli dalam satu jual-beli terjadi pada perkataan:
“aku jual baju ini 10 dirham secara kontan dan 20 secara kredit” lalu berpisah tanpa memilih satu dari keduanya.
Adapun jika berpisah dengan memilih satu dari dua pilihan tersebut maka tidak mengapa, yang penting akadnya
jatuh pada salah satunya”
Para ulama menafsirkan hadits Abu Hurairah di atas dengan berbagai bentuk. Yang paling cocok dengan hadits
ini adalah penafsiran Thowus,: “barang itu seharga sekian dan sekian jika temponya sampai sekian dan sekian;
dan harganya menjadi sekian dan sekian jika dibayar tempo sampai waktu sekian dan sekian, kemudian
transaksi jadi dengan ketentuan itu, maka yang berlaku adalah harga termurah dengan tempo paling lama.
Artinya, tidak boleh mengakadkan jual-beli kredit dengan lebih dari satu opsi tempo dan harga tanpa kejelasan
opsi harga dan tempo mana yang disepakati saat akad. Inilah yang dimaksud dua jual beli dalam satu jual-beli
dalam konteks hadits ini. Jika praktek itu terlanjur terjadi maka yang berlaku adalah tawaran harga terendah, jika
tidak maka riba. Dan Thowus menambahkan bahwa yang berlaku adalah tempo terlama.
Demikianlah, hadits dari Abu Hurairah tersebut tidak menyinggung jual-beli kredit dengan panambahan harga,
sebab tawaran kontan dan kredit itu belumlah merupakan jual-beli, sehingga apabila disepakati salah satu opsi
pada saat akad maka ia tidak terkena larangan dalam hadits tersebut.
Your Logo or Name Here 9
Thank You
Any Question?

Anda mungkin juga menyukai