Dosen Pengampu:
Penyusun:
2022
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan
segala rahmat, hidayah, kesabaran, ketekunan dan ketenangan hati, sehingga akhirnya penulis
dapat menyelesaikan dan menyusun makalah sesuai dengan rencana. Sholawat serta salam
semoga tetap terlantunkan kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa umatnya
dari kegelapan menuju jalan terang benderang berupa agama Islam.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen
Mutu.
Dengan terselesaikannya penulisan makalah ini mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT. karena hanya dengan seizin-Nya makalah ini dapat terselesaikan.
2. Ibu Riska Ayu Setiawati, S.E., M.SM selaku dosen pengampu mata kuliah Ekonomi
Manajerial.
3. Serta semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun tugas makalah
ini. Oleh karena itu mengharap kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan penulisan
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
COVER
C. Tujuan ............................................................................................................................ 2
A. Kesimpulan .................................................................................................................. 19
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Kotler dalam The American Marketing Assosiation, sebagaimana dikutip
Nugroho J.Setiadi, perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara afeksi dan
kognisi, perlaku dan lingkungannya, di mana manusia melakukan kegiatan pertukaran
dalam hidup mereka. Dari hal tersebut terdapat tiga ide penting yang dapat disimpulkan
yaitu: 1) perilaku konsumen adalah dinamis; 2) hal tersebut melibatkan interaksi antara
afeksi dan kognisi, perilaku dan kejadian di sekitar; 3) juga melibatkan pertukaran.
Perilaku konsumen sangat erat kaitannya dengan masalah keputusan yang diambil
seseorang dalam persaingan dan penentuan untuk mendapatkan dan mempergunakan
barang dan jasa. Konsumen mengambil banyak macam pertimbangan untuk mengambil
keputusan dalam pembelian. Kebanyakan perusahaan besar meneliti keputusan membeli
konsumen secara amat rinci untuk menjawab pertanyaan mengenai, apa yang dibeli
konsumen, dimana mereka membeli, bagaimana dan berapa banyak mereka membeli, serta
mengapa mereka membeli.
Di samping perusahaan para pemasar juga dapat mempelajari dan mencari jawaban
atas pertanyaan mengenai hal di atas, tetapi mempelajari mengenai alasan tingkah laku
konsumen bukan hal yang mudah, jawabannya seringkali bersembunyi jauh dalam benak
konsumen. Sehingga perilaku konsumen dapat diartikan sebagai studi tentang unit
pembelian (buying unit) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi dan
pembuangan, barang, jasa, pengalaman serta ide-ide.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut kami mengambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian Pendekatan Utulitas?
2. Apa pengertian Pendekatan Kurva Indeferents?
3. Apa pengertian Garis Anggaran?
4. Bagaimana Penurunan Kurva Permintaan?
5. Apa Kegunaan Kurva Indeferens?
6. Apa pengertian Pendekatan Atribut?
1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami Pendekatan Utulitas.
2. Untuk mengetahui dan memahami Pendekatan Kurva Indeferents.
3. Untuk mengetahui dan memahami Garis Anggaran.
4. Untuk mengetahui dan memahami Penurunan Kurva Permintaan.
5. Untuk mengetahui dan memahami Kurva Indeferens.
6. Untuk mengetahui dan memahami Pendekatan Atribut.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendekatan Utulitas
1. Definisi Pendekatan Utilitas
Kepuasan konsumen yang diperoleh dari pengkonsumsian barang barang dan jasa
sering disebut utilitas. Istilah utilitas ini berhubungan dengan nama seorang filosof
Inggris yang bernama Jeremy Bentham (1748-1832). Namun demikian, tidak ada
Seorang ekonom pun Pada masa itu yang bisa memahami hubungan antara Nilai suatu
barang dengan kepuasan yang diperoleh dari pengkonsumsian barang tersebut.
Adam Smith membedakan antara nilai guna (value in us) dengan nilai tukar (value
in exchange) dan memberikan contoh yang sangat terkenal yakni antara berlian dengan
air titik berlian mempunyai harga yang tinggi (nilai tukar), tetapi tidak begitu penting
bagi kehidupan (nilai gunanya rendah). Sedangkan air mempunyai harga yang rendah
(nilai tukar) tetapi sangat penting bagi kehidupan (nilai gunanya tinggi).
David Ricardo dengan Karl Marx menganggap bahwa konsep nilai ini didasarkan
pada nilai kerja (congealed labor). Menurut Marx, jika kita membutuhkan 2 tenaga
kerja untuk menghasilkan barang X dan hanya membutuhkan 1 tenaga kerja untuk
menghasilkan barang Y, maka nilai barang x adalah 2 x nilai barang Y.
Pendekatan utilitas menganggap bahwa kepuasan konsumen yang diperoleh dari
pengkonsumsian barang-barang dan jasa dapat diukur dengan cara yang sama seperti
untuk berat atau tinggi badan seseorang. Oleh karena itu pendekatan ini disebut juga
pengukuran kardinal. Misalnya seseorang yang mempunyai berat badan 100 kg bisa
dikatakan mempunyai berat 2 kali lebih berat dibanding orang yang mempunyai berat
badan 50 kg. Demikian pula halnya dengan tingkat kepuasan (utility), misalnya tingkat
utilitas sebesar 200 dikatakan dua kali lebih besar daripada 100.1
2. Asumsi-Asumsi Pendekatan Utilitas
Pendekatan utilitas ini bisa juga digunakan untuk menunjukkan bahwa harga dan
kualitas yang diminta berhubungan terbalik.
1) Tingkat utilitas total yang dicapai seseorang konsumen merupakan fungsi dari
kuantitas berbagai barang yang dikonsumsinya:
1
Lincolin Arsyad, Ekonomi Manajerial Ekonomi Mikro Terapan Untuk Manajemen Bisnis, (Yogyakarta: BPFE-
Yogyakarta, 2019), Edisi ke-4, h. 98-99.
3
2) Konsumen akan memaksimumkan utilitasnya dengan tunduk kepada kendala
anggaran.
3) Utilitas dapat diukur secara kardinal, artinya setiap utilitas masing-masing komoditi
dapat diukur.
4) Marginal Utility (MU) jadi setiap unit tambahan barang yang dikonsumsi akan
menurun. MU adalah perubahan Total Utility (TU) yang disebabkan oleh tambahan
1 unit barang yang dikonsumsi disebut Cateris Paribus.
Untuk memahami konsep utilitas ini perhatikan contoh berikut:
Skedul utilitas total (utility total) dan utiliti marginal (marginal utility) untuk
konsumsi barang A dalam satu periode waktu.
0 0 -
1 11 (11-0) = 10
2 19 (19-11) = 8
3 25 (25-19) = 6
4 29 (29-25) = 4
5 31 (31-29) = 2
6 31 (31-31) = 0
7 29 (31-29) = 2
Akan membentuk kurva Total Utility dan Marginal Utility seperti berikut:
Gambar 1 Kurva Total Utility dan Marginal Utility Terhadap Jumlah Barang
yang Dikonsumsi
4
3. Pemaksimuman Utilitas
Dalam hal pemaksimuman nilai guna total, syarat pemaksimuman utilitas adalah
jika konsumen berada dalam keadaan sebagai berikut:2
1) Seseorang akan memaksumumkan utilitas dari barang-barang yang dikonsumsikan
apabila perbandingan utilitas marginal berbagai barang tersebut adalah sama
dengan perbandingan harga-harga barang tersebut.
2) Seseorang akan memaksumumkan utilitas dari barang-barang yang dikonsumsikan
apabila utilitas marginal untuk setiap rupiah yang dikeluarkan adalah sama untuk
setiap barang yang dikonsumsikan.
Jadi syarat untuk pemaksimuman utilitas yaitu setiap rupiah yang dikeluarkan
untuk membeli unit tambahan dari berbagai jenis barang akan memberikan utilitas
marjinal yang sama besarnya.
Seorang konsumen akan memilih barang-barang yang didapat memaksimumkan
utilitasnya dengan tunduk kepada kendala anggaran (budget)-nya. Utilitas tersebut akan
maksimum jika perbandingan antara MU dan harga adalah sama untuk setiap barang
yang dikonsumsi, misalnya barang X, Y dan Z.
MUx MUy MUz
= =
Px Py Pz
Misalnya jika kaidah di atas tidak terpenuhi maka konsumen bisa mengatur lagi
alokasi pengeluarannya untuk menaikkan tingkat utilitas yang diperoleh.
MUx 10 MUy 5
= =2,5 = =1
Px 4 Py 1
Jika konsumen mengurangi konsumsi barang sebesar 1 unit maka konsumsi
barang yang akan naik sebesar 4 unit dengan jumlah pengeluaran yang sama. Utilitas
akan turun sebesar 10 utils (unit utilitas) untuk penurunan 1 unit barang X tersebut titik
utilitas akan naik sampai 20 utils jika tambahan konsumsi barang X sebesar 4 unit,
maka total utility Konsumen akan naik jika rasio antara MU dan P sama maka
Konsumen tidak perlu mengatur kembali pengalokasian pembelian untuk menaikkan
Total Utility-nya.3
2
Posma Sariguna Johnson Kennedy, Modul Ekonomi Mikro Teori Perilaku Konsumen dengan Pendekatan
Kardinal, (Universitas Kristen Indonesia, 2015), h. 9.
3
Lincolin Arsyad, Ekonomi Manajerial, h. 100
5
B. Pendekatan Kurva Indeferens
1. Definisi Pendekatan Kurva Indeferens
Pendekatan kurva indiferen (ordinal utility) menggunakan pengukuran ordinal
dalam menganalisis pilihan konsumen dan menurunkan fungsi permintaan titik tingkat
tingkat utilitas yang ditetapkan pada beberapa kelompok barang yang menunjukkan
peringkat dari barang-barang tersebut titik-titik kelompok barang terdiri dari sejumlah
barang dengan kualitas tertentu titik misalnya sebuah rumah, dua mobil atau tiga sepeda
motor.
Dalam pendekatan ini seorang konsumen tidak perlu menyatakan tingkat utilitas
yang dia peroleh dari set komoditi tertentu dengan unit kardinal. Anggapan yang
diperlukan hanyalah setiap konsumen dapat membedakan dari sekian banyak set
komoditi yang tersedia, set komoditi mana yang memberikan utilitas lebih tinggi, sama
atau lebih rendah tanpa harus menyatakan berapa lebih tingkat atau lebih rendah nya.
Jadi dalam pendekatan ini setiap unit konsumen hanyalah dituntut dapat membedakan
dari semua komoditi yang ia hadapi, set mana yang lebih dipilih, set mana yang lebih
tidak dipilih dan set mana yang sama saja relatif dibandingkan dengan set-set komoditi
yang lain dengan kata lain setiap unit konsumen harus dapat menentukan daftar urutan
preferensi (order of preference) kodomiti yang ada.
Pendekatan kurva indiferen menganggap bahwa tingkat kepuasan konsumen
hanya dapat diukur dengan pengukuran pengukuran ordinal. Misalnya Ahmad memiliki
kepuasan yang lebih tinggi terhadap HP dengan nilai 150 tetapi kepuasan badut
terhadap HP hanya dengan nilai 75 artinya rendah. Namun tidak berarti kepuasan
Ahmad dua kali lebih tinggi daripada Badu.
Kurva indiferensi adalah kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi konsumsi
barang X dan Y yang menghasilkan tingkat kepuasan yang sama kepada konsumen.4
2. Asumsi-Asumsi Pendekatan Kurva Indiferens
Dua asumsi pertama yang digunakan dalam pendekatan kurva indiferen ini sama
dengan konsumsi pada pendekatan utilitas atau kardinal. Dua asumsi yang terakhir
berbeda karena di sini kita menganggap bahwa utilitas bersifat ordinal. Asumsi tersebut,
yaitu:5
4
Zulkifli Alamsyah, Teori Konsumsi (Perilaku Konsumen), Universitas Jambi.
5
Lincolin Arsyad, Ekonomi Manajerial h. 101
6
1) Konsumen mendapatkan kepuasan atau utilitas lewat barang-barang yang
dikonsumsinya.
2) Konsumen akan memaksimumkan kepuasannya dengan tunduk kepada kendala
anggaran yang ada.
3) Konsumen mempunyai suatu skala preferensi.
4) Marginal Rate of Substitution (MRS) akan menunjukkan telah melampaui suatu
tingkat utilitas tertentu. MRS adalah jumlah barang Y yang bisa diganti oleh suatu
unit barang X pada tingkat kepuasan yang sama.
3. Ciri-ciri Kurva Indiferens
Kurva Indiferen mempunyai empat ciri khusus, diantaranya:6
1) Kurva indiferen mempunyai nilai kemiringan negatif (negatively sloped) atau
paling tidak pernah mempunyai nilai kemiringan positif. Pada umumnya kurva
indiferensi berbentuk dari kiri atas ke kanan bawah pada bidang komoditi dua
dimensi X-Y. Tetapi untuk beberapa kasus komoditi kurva indiferen berbentuk
garis horisontal atau vertikal. Sifat kurva indiferen seperti ini, yaitu set komoditi
yang strictly larger akan lebih dipilih konsumen dibanding dengan set komoditi
yang lebih kecil.
2) Kurva indiferen melewati semua titik-titik yang ada dalam bidang komoditi X-Y.
Sifat kedua ini merefleksikan konsumen dianggap dapat membedakan untuk setiap
dua set komoditi mana yang lebih dipilih dan mana yang indiferen. Ini berarti setiap
set komoditi selalu dihubungkan dengan tingkat utilitas yang tertentu besarnya.
3) Kurva indiferen tidak mungkin berpotongan antara yang satu dengan yang lain.
Dalam gambar ini kurva indiferen I dan II berpotongan di titik kombinasi P.
Menurut definisi set komoditi P memberikan tingkat utilitas yang sama dengan R
(karena terletak pada satu kurva indiferen II). Begitu juga pada P dan Q, konsumen
berada dalam keadaan indiferen. Dengan mendasarkan teori preferensi konsumen,
maka R seharusnya juga indiferen terhadap Q. (sifat hubungan transitif)
6
Ari Sudarman, Teori Ekonomi Mikro I, (BMP ESPA 4221/3SKS/Modul 1-9, Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka Jakarta, 2005), h. 7
7
Gambar 2 Kurva Indiveren Tidak Dapat Saling Berpotongan
A 1 20
B 2 15
C 3 11
D 4 8
E 5 6
8
Gambar 3 Kurva Indiferens
7
Lincolin Arsyad, Ekonomi Manajerial, h. 104
9
Gambar 4 Marginal Rate of Substitusion
C. Garis Anggaran
1. Definisi Garis
Anggaran adalah garis yang menunjukkan jumlah barang yang dapat dibeli
dengan sejumlah pendapatan atau anggaran tertentu, pada tingkat harga tertentu.
Konsumen hanya mempu membeli sejumlah barang yang terletak pada atau garis
sebelah kiri garis anggaran. Titik –titik pada sebelah kiri garis anggaran tersebut
menunjukkan tingkat pengeluaran yang lebih rendah.8
Contoh, jika anggaran sebesar Rp 100 ribu dan harga barang X dan Y masing-
masing Rp 5 ribu dan Rp 10 ribu, maka garis anggarannya seperti ini:
8
Lincolin Arsyad, Ekonomi Manajerial, h. 106
10
2. Persamaan Garis Anggaran
Persamaan garis anggaran (dimana I = pendapatan/anggaran konsumen) bisa
dilukiskan dengan 2 cara:9
𝐼−𝑋.𝑃𝑋 𝐼 𝑃
𝐼 = 𝑋. 𝑃𝑋 + 𝑌. 𝑃𝑌 atau 𝑌= = 𝑃 − 𝑃𝑌
𝑃𝑌 𝑌 𝑌
Pergeseran garis anggaran (A1 ke A2), naiknya jumlah X dan Y tetap, disebabkan
oleh turunnya harga barang X.
9
Lincolin Arsyad, Ekonomi Manajerial, h. 107
11
D. Penurunan Kurva Permintaan
Untuk dapat menurunkan fungsi permintaan linier suatu barang diperlukan dua
kondisi keseimbangan konsumen. Dimana keseimbangan berubah karena adanya
perubahan harga barang (cateris paribus). Kondisi cateris paribus diperlukan karena
adanya fungsi permintaan yang berubah hanya harga barang dan jumlah yang diminta dari
barang tersebut. Sedangkan variabel-variabel lain dianggap tetap.10
Kurva permintaan suatu barnag dapat diturunkan dengan mencari 2 titik
keseimbangan konsumen dimana yang berubah hanya harga barang tersebut, sedangkan
hal-hal yang lain bersifat tetap. Kurva indiferens dapat digunakan untuk menurunkan kurva
permintaan, baik secara grafis maupun matematis. Penurunan kurva tersebut dilakukan
dengan dua tahap. Tahap pertama yakni gambaran kurva konsumsi-harga (price-
consumption curve = PCC). Tahap kedua dengan menggambarkan kembali kombinasi-
kombinasi harga-kuantitas dari PCC tersebut. Perhatikan hubungan antara kurva indiferens
dengan kurva permintaan. Kuantitas-kuantitas pada kurva permintaan adalah jumlah
barang yang dibeli (dikonsumsi) yang memaksimumkan kepuasan konsumen pada
berbagai tingkat harga, cateris paribus.
1. Kuantitas yang dipilih bergantung pada tingkat harga
Kurva konsumsi-harga (PCC) merupakan kumpulan barang (barang X dan Y)
yang memaksimumkan kepuasan konsumen pada berbagai tingkat harga barang X,
dengan menganggap pendapatan dan harga barang lainnya (barang Y) tidak berubah.
Untuk menggambarkan PCC barang X, pertama kali kita tentukan kelompok
barang yang optimal jika harga barang X tersebut berubah-ubah. Kemudian kita
hubungkan kelompok barang-barang yang optimal tersebut melalui sebuah garis. Garis
ini adalah kurva konsumsi-harga (PCC). Perhatikan pada gambar di bawah, bahwa
semua garis anggaran berputar melalui titik A karena kita menganggap bahwa
pendapatan dan harga barang Y tidak berubah.
10
Nyoman Aryaningsih, Ekonomi Manajerial, (Malang: Media Nusa Creative), 2018.
12
Gambar 8 Kurva Konsumsi Harga
13
4) Jika PCC berslope negatif, elastisitas harga lebih besar dari satu (elastis); jika harga
barang X turun, pengeluaran untuk barang Y turun dan pengeluaran untuk barang
Y naik.11
F. Pendekatan Atribut
Pendekatan atribut merupakan teori yang dikenalkan oleh ilmuwan bernama Kelvin
Lancester pada tahun 1966. Pada teori atribut dianggap bahwasannya yang dicermati
konsumen bukan dari segi produk secara fisik melainkan atribut yang melekat pada produk
yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan atribut sebuah barang ialah sesuatu jasa yang
11
Lincolin Arsyad, Ekonomi Manajerial, h. 112-115.
12
Lincolin Arsyad, Ekonomi Manajerial, h. 115-116.
14
dapat dihasilkan serta digunakan atas kepemilikan barang tersebut, seperti atribut suatu
mobil meliputi jasa pengangkutan, prestice, privasi, keamanan, kenyamanan, dan
sebagainnya. Kemudian, dalam pendekatan ini menggunakan analisis utilitas yang
digabungkan dengan analisis kurva indiferens.13
Maka, dalam pendekatan atribut ini, konsumen akan memperoleh kepuasan dari
memakai atau mengonsumsi atribut, akan tetapi dengan syarat konsumen harus membeli
produk untuk dapat menggunakan atribut tersebut. Jadi pada intinya produk disini diartikan
sebagai alat untuk menyampaikan atribut dalam proses konsumsi serta tiap jenis barang
atau produk akan memberikan satu atribut bahkan lebih dalam suatu perbandingan tertentu.
Adapun contoh tabel 1.1 yang mengilustrasikan pihak konsumen yang biasa makan
diluar rumah pada enam restoran (AB,C,D,E,F). Dari 6 atribut restoran tersebut
digambarkan pada tabel 1.2 dibawah ini dengan garis berasal dari titik 0. Garis kemiringan
ini yaitu rasio antara atribut kenyamanan suasana dengan kelezatan rasa makanan yang
didapatkan dari masing-masing restoran tersebut. Berikut gambar tabelnya:14
13
Usep Sudrajat, Ekonomi Manajerial, (Yogyakarta: Deepublish, Januari 2018), h. 72
14
Lincolin Arsyad, Ekonomi Manajerial, h. 117
15
Gambar 11 Kombinasi Barang dalam Pendekatan Atribut
Kemudian, untuk mengetahui seberapa banyak barang dibeli ditentukan dari besarnya
anggaran dan harga barang tersebut. Dari tabel di atas bahwasannya dengan anggaran
sebesar $100 konsumen memperoleh dari restoran A sebanyak (4,5 × 89) = 400,5 satuan
atribut kenyamanan suasana restoran serta (4,5 × 22) = 99 satuan atribut kelezatan
makanan. Demikian juga pada restoran B,C,D,E, dan F memperoleh jumlah satuan atribut
dengan cara yang sama. Maka, dari hasil perhitungan digambar tabel 1.2 berikut dengan
mengkaitkan titik-titik A, B, C, D, E, F kita bisa memperleh garis batas efisiensi atau
efficiency frontier.15 Garis batas efisiensi merupakan besaran nilai maksimal dari
kombinasi atribut dari barang atau jasa yang dikonsumsi pada tingkat anggaran tertentu.16
1. Keseimbangan konsumen
Dapat kita amati bahwa konsumen menghendaki kombinasi produk yang
dikonsumsi akan menghasilkan kepuasan tinggi. Sehingga, mereka selalu berusaha
untuk menggapai kurva indiferen yang paling tinggi. Dengan demikian yang dimaksud
15
Lincolin Arsyad, Ekonomi Manajerial, h. 118
16
Nugroho J. Setiadi, Business Ekonomics and Manajerial Decision Making, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 78
16
keseimbangan konsumen yaitu Kondisi dimana biasanya terjadi pada konsumen
memperoleh kepuasan yang maksimum dengan menghabiskan anggaran tertentu untuk
mengkonsumsi suatu produk maupun jasa.17
Berdasarkan pada asumsi rasionalitas, maka konsumen akan memilih barang yang
ditunjukkan oleh titik singgung antara kurva batas efisiensi dengan salah satu kurva
indiferensnya. jika titik singgung itu tidak terletak pada salah satu sudut garis batas
efisiensi yang membentuk suatu garis lurus seperti pada titik M, maka untuk
memaksimumkan kepuasan, konsumen bisa memilih kombinasi barang yang
menghubungkan antara garis kombinasi kepuasan atribut yang membentuk bagian
batas efisiensi yang disinggung oleh kurva indiferens konsumen tersebut. Berikut
adalah tampilan dari gambar grafik maksimasi kepuasan dengan pendekatan atribut:18
17
Ida Nuraini, Pengantar Ekonomi Mikro, (Malang: UMM Press, 2016), h. 57
18
Kristiawan, Ketahanan Pangan, (Surabaya: Scopindo Media Pustaka, 2021), h. 68
19
http://aswash.blogspot.com/2015/10/makalah-prilaku-konsumen-dengan-atribut.html, diakses pada rabu, 16
maret 2022 pukul 11.37 WIB
17
mengkonsumsi lebih banyak barang yang harganya lebih murah dan juga mengurangi
konsumsi barang yang harganya lebih mahal. Berikut tampilan grafiknya yaitu:
Kemudian, bila bukan harga barang dan persepsi konsumen memainkan tingkat
penghasilannya yang berubah serta dianggap meningkat, maka apabila barang yang
dikonsumsi itu normal sifatnya, tentu garis batas efisiensi seluruhnya akan bergeser
sejajar ke luar menjauhi titik asalnya. sebaliknya, jika penghasilan konsumen menurun,
maka pergeseran garis batas efisiensinya akan menurunkan tingkat kepuasan dan
apabila penghasilan naik akan semakin tinggi tingkat kepuasan sebab kurva indiferen
akan bersinggungan dengan garis batas efisiensi pada titik yang berbeda.20 Berikut
tampilan grafiknya yaitu:
20
http://repository.umsu.ac.id/bitstream/handle/123456789/12498/SKRIPSI.pdf, diakses pada rabu, 16 maret
2022 pukul 11.50 WIB
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model pilihan konsumen dapat dikembangkan dengan menggunakan asumsi
pengukuran kardinal atau ordinal. Pendekatan kardinal menganggap bahwa utilitas dapat
diukur dengan cara penjumlahan (additive), sedangkan pendekatan ordinal menganggap
bahwa utilitas tidak dapat diukur dengan cara penjumlahan.
Pendekatan kurva indiferens menganggap bahwa konsumen memiliki suatu skala
preferensi dalam memilih barang-barang yang akan dikonsumsinya. Skala preferensi
memungkinkan konsumen untuk membuat peringkat-peringkat barang-barang yang lebih
disukai atau tidak dan peringkat tersebut bersifat transitif.
Kurva konsumsi-harga (PCC) menunjukkan kumpulan barang (barang X dan Y)
yang dipilih konsumen yang memaksimumkan kepuasannya.
19
DAFTAR PUSTAKA
http://aswash.blogspot.com/2015/10/makalah-prilaku-konsumen-dengan-atribut.html, diakses
pada rabu, 16 maret 2022 pukul 11.37 WIB
Kennedy, Posma Sariguna Johnson Kennedy. 2015. Modul Ekonomi Mikro Teori Perilaku
Konsumen dengan Pendekatan Kardinal. Universitas Kristen Indonesia.
Kotler dan Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. Jilid I. Edisi ke 13. Jakarta: Erlangga
Setiadi, Nugroho J. 2008. Business Ekonomics and Manajerial Decision Making. Jakarta:
Kencana.
Sudarman, Ari. 2005. Teori Ekonomi Mikro I. BMP ESPA 4221/3SKS/Modul 1-9, Pusat
Penerbitan Universitas Terbuka Jakarta.
20