Anda di halaman 1dari 29

SEJARAH MANUSIA PURBA DI

TRINIL DAN HASIL


KEBUDAYAANNYA
Kelompok 2

1) Alif Bintang G
2) Hendriansyah
3) Iqmal hidayat
4) Sultan zidan
5) Chairul amali
Dasar Teori
 Pra aksara:
Sebenarnya ada istilah lain untuk menamakan
zaman pra aksara yaitu zaman nirleka, nir artinya tidak
ada dan leka artinya tulisan. Jadi zaman nirleka adalah
zaman tidak ada tulisan
 Fosil:

Fosil merupakan sisa sisa makhluk hidup yang


menjadi batu atau mineral. Untuk menjadi fosil, sisa sisa
hewan atau tanaman ini harus segera tertutup sedimen.
 Artefak:

Artefak merupakan benda arkeologi atau


peninggalan benda benda bersejarah, yaitu semua benda
yang dibuat atau di modifikasi oleh manusia yang dapat
dipindahkan.
Trinil
 Trinil adalah sebuah desa di pinggiran Bengawan
Solo, masuk wilayah administrasi Kabupaten Ngawi,
Jawa Timur. Tinggalan purbakala telah lebih dulu
ditemukan di daerah ini jauh sebelum von
Koenigswald menemukan Sangiran pada 1934.
Ekskavasi yang dilakukan oleh Eugene Dubois di
Trinil telah membawa penemuan sisa-sisa manusia
purba yang sangat berharga bagi dunia
pengetahuan. Penggalian Dubois dilakukan pada
endapan alluvial Bengawan Solo.
MANUSIA PURBA

Sejumlah keberagaman dari Homo dikelompokkan


menjadi kategori yang lebih luas yaitu Manusia
Purba, berlawanan dengan manusia modern (Homo
sapiens), pada periode dimulai dari 500.000 tahun
lalu.
Ekspansi Otak Manusia Purba

Robin Dunbar berargumen bahwa manusia purba adalah


yang pertama menggunakan bahasa. Berdasarkan
analisisnya terhadap hubungan antara ukuran otak dan
besar kelompok hominid, dia menyimpulkan bahwa
karena manusia purba memiliki otak yang besar,
mereka pastilah hidup di dalam satu kelompok yang
lebih dari 120 individu. Dunbar menyatakan bahwa
hampir tidak mungkin untuk Hominid untuk hidup dalam
satu kelompok yang besar tanpa menggunakan
bahasa, kalau tidak maka tidak akan ada kekompakan
dan kelompok akan terpecah. Sebagai perbandingan,
simpanse hidup dalam kelompok lebih kecil mencapai
50 individu.
Jenis-jenis Manusia Purba
 Pithecantropus
- Pithecantropus Erectus
- Pithecantropus Mojokertesis
- Pithecantropus Soloensis
 Meganthropus
- Meganthropus Paleojavanicus
 Homo
- Homo Soloensis
- Homo Wajakensis
- Homo Florensis
- Homo Sapiens
Manusia Purba yang ditemukan di
Trinil
1. Pithecanthropus Erectus Dubois

Pithecantropus Erectus Dubois
Nama manusia purba ini berasal dari tiga kata, yaitu
pithecos yang berarti kera, anthropus yang berarti
manusia, dan erectus yang berarti tegak. Jadi
Pithecanthropus Erectus berarti “manusia kera yang
berjalan tegak”.
Fosil ini ditemukan oleh seorang ahli purbakala dari
negara Belanda yang bernama Eugene Dudois.
Fosil manusia purba ini ditemukan di Desa Trinil,
Ngawi, Jawa Timur tahun 1891.
Pithecantropus Erectus Dubois
Ciri-ciri Pithecantropus Erectus
 Tinggi tubuhnya kira-kira 165 - 180 cm.

 Badan tegap, namun tidak setegap Meganthropus.

 Tonjolan kening tebal dan melintang sepanjang pelipis.

 Otot kunyah tidak sekuat Meganthropus.

 Hidung lebar dan tidak berdagu.

 Makanannya bervariasi tumbuhan dan daging hewan


buruan.
 Hidup di zaman 1 -25 juta tahun yang lalu

 Volume otak berkisar antara 750 – 1350 cc.


2. Pithecanthropus Soloensis
Pithecantropus Soloensis
Pithecanthropus Soloensis atau biasa disebut dengan
Manusia kera dari Solo. Pithecanthropus soloensis
merupakan jenis-jenis manusia purba setelah
meganthropus dimana jenis manusia purba
dikelompokkan menjadi meganthropus,
pithecanthropus, dan homo, di ketiga kelompok
tersebut terdapat jenis-jenis termasuk
pithecanthropus soloensis merupakan kelompok dari
pithecanthropis. Fosil pertama ditemukan di
Ngandong, di tepi sungai Bengawan Solo pada
sekitar tahun 1931-1934.
Pithecantropus Soloensis
Ciri-ciri Pithecantropus Soloensis
 Mempunyai akar hidung yang lebar

 Rongga mata sangat panjang

 Volume otak berkisar antara 1000-1300 cc

 Tengkoraknya lonjong, tebal dan mansif

 Tengkorak memiliki ukuran paling besar antara fosil

yang pernah ditemukan


 Tinggi badannya sekitar 165 -180 cm
HASIL KEBUDAYAAN
1. Kapak Perimbas
Kapak perimbas dikenal sebagai salah satu
peralatan yang paling awal digunakan manusia.
Para Arkeolog mengidentifikasikan Kapak Perimbas
sebagai alat batu masif yang masih kasar dalam
pembuatannya. Temuan Kapak Perimbas yang
cukup tua berasal dari masa sekitar 2,5 juta tahun
yang lalu.
Pembuatan kapak perimbas
Kapak perimbas dibuat dengan cara meruncingkan
batu pada satu sisi permukaannya untuk
memperoleh bagian tajaman. Kulit batu masih
melekat pada hampir semua bagian permukaan
yang tidak ditajamkan. Bagian lain yang tidak
dipertajam merupakan area pegangan yang cukup
nyaman. Kapak perimbas benar-benar dirancang
untuk cocok di telapak tangan penggunananya.
2. Kapak Penetak
kapak penetak (chopping-tool) adalah alat batu
yang dipangkas pada permukaan atas dan bawah
yang saling berhadapan untuk
memperolehtajamannya sehingga tajaman
berbentuk berkelok-kelok (keterangan selanjutnya
sama dengan kapak berimbas).
3. Kapak Genggam
Kapak Genggam (chopper) adalah alat batu yang
digunakan pada masa awal berburu dan
mengumpulkan makanan. Bentuknya masif atau utuh
dan tajamannya cembung (konveks) atau kadang
juga lurus yang diperoleh melalui pemangkasan
sederhana pada salah satu sisi pinggiran batunya.
Kulit batu masih melekat pada bagian besar
permukaan batunya.
Pembuatan Kapak Genggam
Kapak genggam dibuat dari gamping kersikan dan atau
jenis batuan lainnya. Batu itu dibuat sedemikian rupa
hingga memiliki bentuk yang meruncing lonjong.
Kemudian pemangkasan dan penajaman dilakukan
secara memanjang ke arah ujung runcingan, meliputi
hampir keseluruh bagian permukaan batunya dan
hanya meninggalkan sebagian kulit batu pada bagian
sisi permukaan untuk memudahkan saat menggenggam
ketika hendak digunakan.
Fungsi Kapak Genggam
HG Wells (1899) mengusulkan sebuah teori, bahwa
kapak genggam digunakan sebagai senjata
lempar atau rudal untuk berburu. Interpretasi ini
juga didukung oleh Profesor William H. Calvin.
Penegasan ini terinspirasi oleh temuan dari situs
arkeologi, Olorgesailie di Kenya. Ada beberapa
indikasi dari kapak genggam memang
dimaksudkan untuk dilemparkan pada kawanan
hewan.
4. Alat Serpih
Bahan batuan yang digunakan untuk membuat alat serpih
yaitu jenis batuan tuf (silicified tuff), batu gamping
kersikan (silicifed limestone), serta batuan endapan
(sedimen). Jenis batuan tersebut digunakan sebagai
bahan utama dalam membuat alat serpih karena
mengingat sifatnya yang keras tetapi ketika dipukul
akan terbelah (bukan hancur) sehingga memudahkan
saat pemrosesannya.
Sesuai dengan bentuknya, alat serpih mungkin digunakan
sebagai pisau, alat serut, penghalus, gurdi, penyayat,
pemotong, pengikis, pengeruk, pengerik, penggores
dan sebagainya.
5. Alat-alat Tulang
Penggunaan alat tulang pada masa prasejarah
hampir sama lamanya dengan penggunaan alat-
alat dari batu. Yang menarik, pembuatan alat
tulang ini tetap berlanjut bahkan ketika bahan-
bahan lain sudah tersedia.
Tulang-tulang itu terus menerus digoreskan pada batu
agar menjadi tajam di bagian yang diinginkan.
Terkadang mereka memukul tulang tersebut
langsung dengan batu atau mereka juga
menggunakan alat serpih dan pisau batu bergerigi
untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
Cara yang terbilang cukup sederhana ketika
memodifikasi tulang menjadi alat adalah dengan
memecahkan tulang tersebut langsung dengan batu
(kapak genggam).
Kesimpulan
 Sangiran adalah sebuah situs arkeologi (Situs Manusia Purba) di Jawa,
Indonesia. Sangiran terletak di sebelah utara Kota Solo dan berjarak
sekitar 15 km (tepatnya di desa krikilan, kec. Kalijambe, Kab. Sragen).
Gapura situs sangiran berada di jalur jalan raya Solo-Purwodadi dekat
perbatasan antara Gemolong dan Kalioso (Kabupaten Karanganyar).
Gapura ini dapat dijadikan penanda untuk menuju Situs Sangiran, Desa
Krikilan. Jarak dari gapura situs sangiran menuju desa krikilan ±5 km.
 Museum Trinil atau Kepurbakalaan Trinil terletak di dukuh Pilang, desa
Kawu, Kecamatan Kadunggalar, Kabupaten Ngawi. Berjarak 14 km dari
Kota Ngawi ke arah Barat daya, pada KM 10 jalan Raya Ngawi-Solo ada
pertigaan belok ke arah Utara. Dan sepanjang 3 km perjalanan baru
sampailah pada Museum Trinil. Dan letaknya sendiri di pinggitran kali
Bengawan Solo, dan layaknya situs-situs kepurbakalaan yang ada di tanah
air memang cenderung dipinggiran sungai. Seperti halnya situs Sangiran
atau situs sambung macan Sragen juga di bantaran sungai Bengawan Solo.

Anda mungkin juga menyukai