Anda di halaman 1dari 21

Suatu kondisi ketika kemampuan

refraktif mata terlalu lemah


yang menyebabkan sinar yang
sejajar dengan sumbu mata tanpa
akomodasi difokuskan di belakang
retina.
Retina adalah selaput
tipis sel yang terletak pada
bagian belakang bola mata.
Retina merupakan bagian mata
yang mengubah cahaya
menjadi sinyal saraf.
• Kelainan refraksi akibat bola mata
Hipermetropi pendek.
sumbu

• Dimana kelengkungan kornea atau lensa


kurang sehingga bayangan difokuskan di
Hipermetropi
kurvatur belakang retina .

• Dimana terdapat indeks bias kurang pada


Hipermetropi sistem optik mata .
refraktif
 Penglihatan dekat kabur, sakit kepala, silau, dan
kadang rasa juling atau lihat ganda.
 Pasien hipermetropia sering disebut sebagai pasien
rabun dekat.
 Pasien akan mengeluh matanya lelah dan sakit karena
terus menerus harus berakomodasi untuk melihat
atau memfokuskan bayangan .
Sumbu utama bola mata yang terlalu pendek,
daya pembiasan bola mata yang terlalu lemah,
kelengkungan kornea dan lensa tidak adekuat
perubahan posisi lensa dapat menyebapkan
sinar yang masuk dalam mata jatuh di
belakang retina sehingga penglihatan dekat
jadi terganggu (Sidarta Ilyas, 2010 : 78-79).
PENGKAJIAN
PENGUMPULAN DATA

Identifikasi Klien
Nama :Ny. S
Tempat/Tanggal Lahir :Solok, 19 Agustus 1973
Jenis Kellamin : Perempuan
Status Kawin : Sudah Kawin
Agama : Islam
Pendidikan :SLTA
Alamat : Tanah Garam
Diaagnosa Medis : Hipermetropi
Identifikasi Penanggung Jawab
Nama : Tn. F
Pekerjaan : PNS
Alamat : Tanah Garam
Hubungan : Suami
Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Sekarang

Keluhan Utama : Klien mengeluh susah


membaca pada jarak dekat.

Keluhan Saat Dikaji : Pada saat dilakukan


pengkajian klien susah membaca pada jarak
dekat, keluhan ini dirasakan sudah lama, makin
hari penglihatanya makin menurun, klien juga
tidak mengetahui penyebap matanya kabur. Dan
Upaya yang dilakukan klien untuk mengurangi
keluhannya yaitu menjauhkan bahan bacaan, dan
yang memperberat yaitu ketika membaca dalam
waktu yang lama klien mengalami pusing dan
sakit kepala, dengan skala 3 (0-5).
Riwayat Kesehatan Dahulu:
Klien tidak ada riwayat alergi terjadap
makanan dan obat - obatan.
Klien tidak pernah mengkonsumsi minuman
beralkohol dan klien tidak merokok.
Riwayat Kesehatan keluarga:
Menurut klien tidak ada anggota keluarga yang
mengalami penyakit yang sama dengan
klien.
4. PEMERIKSAAN FISIK
a. tanda – tanda vital
TD : 120/80mmHg
N : 82x/menit
RR : 18x/menit
S : 36,10⁰ C

b. Sistem penginderaan
 Mata : klien kesulitan membaca tulisan
dengan huruf yang kecil, menjauhkan
bacaan pada saat membaca, mampu
membedakan warna, bisa menggerakan
bola mata kesegala arah, mata tampak bersih,
tidak ada nyeri tekan.
 Hidung : bersih tidak ada polip, mampu
membedakan berbagai aroma.
 Telinga : pendengaran normal, tidak ada
nyeri tekan pada telinga.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Uji menggunakan kartu snellen.


 Pemeriksaan fundus memperlihatkan optik
disk yang kecil yang mungkin terlihat lebih
banyak vaskular dengan margin yang tidak
jelas dan bahkan mungkin mensimulasikan
papillitis. Retina secara keseluruhan
tampak bersinar lebih dari refleksi cahaya.
 A-scan ultrasonografi (biometri) dapat
memperlihatkan panjang antero posterior
bola mata yang pendek.
6. ANALISIS DATA

Data subyektif :
a. Klien mengatakan susah membaca huruf pada jarak
dekat
b. Klien mengatakan apabila lama membaca dia sering
pusing dan sakit kepala.
c. Klien sering menanyakan tentang penyakitnya.

Data obyektif :
a. Klien tampak cemas dan gelisah
b.Gangguan nervus II (Optikus)
c. Kesulitan membaca huruf pada jarak dekat
d.Menjauhkan bacaan pada saat membaca
e.Fungsi penglihatan menurun pada jarak dekat
f. Skala nyeri 3 (0-5)
II. Diagnosa Keperawatan

 Nteri Akut b/d kelelahan otot – otot


penggerak lensa.
 Gangguan persepsi sensori : penglihatan
b/d penurunan retraksi lensa.
 Ansietas b/d perubahan status kesehatan
INTERVENSI

Diagnosa 1: Nyeri Akut b/d Kelelahan otot-otot penggerak


lensa.

Intervensi:
1. Observasi keadaan, intensitas nyeri dan tanda-tanda vital
2. Ajarkan Klien untuk mengalihkan suasana dengan
melakukan metode relaksasi saat nyeri yang teramat sangat
muncul, relaksasi yang seperti menarik nafas panjang.
3. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesic
4. Kolaborasi untuk pemeriksaan kemampuan otot - otot
penggerak lensa.
Diagnosa 2 : Gangguan persepsi sensori penglihatan b/d
penurunan retraksi lensa.
Intervensi:
1. Kaji kemampuan penglihatan dan jarak pandang
klien
2. Anjurkan klien untuk tidak membaca terlalu lama
3. Berikan penerangan yang cukup
4. Kolaborasi untuk penggunaan alat bantu
penglihatan seperti kacamata
IMPLEMENTASI

1. Mengobservasi keadaan, intensitas nyeri


dan tanda-tanda vital
Hasil : Skala nyeri 3 (0-5)
2. Mengajarkan Klien untuk mengalihkan
suasana dengan melakukan metode
relaksasi saat nyeri yang teramat sangat
muncul, relaksasi yang seperti menarik
nafas panjang.
Hasil : Klien mau melakukan saat nyeri
datang
3. Mengkaji kemampuan penglihatan dan
jarak pandang klien
Hasil : klien tidak bisa membaca pada
jarak dekat.
4. Menganjurkan klien untuk tidak membaca terlalu
lama
Hasil : Klien mengerti
5. Memberikan penerangan yang cukup
Hasi: menyediakan lampu khusus untuk klien
membaca
6.Berkolaborasi untuk penggunaan alat bantu
penglihatan seperti kacamata
Hasil : kacamata lensa Positif
S :Klien mengatakan nyeri agak berkurang
O:
- Ekspresi wajah tenang
- Nyeri skala 3 (0-5)
A : Masalah belum teratasi tetapi ada kemajuan
P : Lanjutkan semua intervensi.
S :Klien mengatakan bisa membaca dari jarak dekat saat
memakai kacamata
O : Bisa membaca pada jarak dekat setelah memakai
kacamata
A :Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

Anda mungkin juga menyukai