Anda di halaman 1dari 39

PENATALAKSANAAN NYERI

RSU GANESHA
dr. Ketut Jayati utami Dewi, Sp.An
dr. Manik Dirgayunitri, Sp.An
DEFINISI NYERI
• Pengalaman sensoris dan emosional
yang tidak menyenangkan berkaitan
dengan kerusakan jaringan yang
aktual atau potensial (IASP, 1979)
Pain: The Fifth Vital Sign™

• Pulse
• Blood pressure Pain:
The Fifth
• Temperature Vital Sign™

• Respiratory rate

•American Pain Society (APS) has redefined PAIN as the 5th vital sign
•Health care professional has to assess patients for pain every time

June 2005
PATOFISIOLOGI
• Berdasarkan durasi
– Nyeri akut
– Nyeri kronis
• Berdasarkan asal
– Nyeri nosiseptif
– Nyeri neuropatik
NYERI NOSISEPTIF
• Nyeri perifer
– Asal : kulit, tulang, sendi, otot, jaringan ikat
– Nyeri akut, terlokalisasi
• Nyeri visceral/sentral
– Lebih dalam, lebih sulit dilokalisasikan letaknya
Mekanisme Nyeri Nosiseptif
• Transduksi (stimulis  mediator inflamasi)
• Transmisi
• Modulasi
• Persepsi
NYERI NEUROPATIK
• Bertahan lebih lama
• Proses input sensorik yang abnormal oleh
sistem saraf perifer atau SSP
• Lebih sulit diobati
• Rasa terbakar, tingling, shock like, shooting,
hyperalgesia
Nyeri akut vs kronik
Karakteristik Nyeri Akut Nyeri kronis
Peredaan yeri Sangat diinginkan Sangat diinginkan
Ketergantungan obat Tidak biasa Sering
Sering merupakan
Komponen psikologis Umumnya tidak ada
masalah utama
Penyebab organik Sering Seringkali tidak ada
Kontribusi lingkungan
Kecil Signifikan
dan keluarga
Insomnia jarang Sering
Tujuan pengobatan Kesembuhan Fungsionalisasi
Depresi Jarang Sering
GEJALA DAN TANDA
• Bisa berupa nyeri tajam, tumpul, rasa
terbakar, geli (tingling), menyentak (shooting)
• Bervariasi : intensitas & lokasi
• Gejala kadang bersifat nonspesifik
• Nyeri akut : hipertensi, takikardi, midriasis
• Nyeri kronis : tidak ada tanda yang nyata
• NYERI BERSIFAT SUBYEKTIF!!!
INTENSITAS NYERI
NUMERIC PAIN RATING SCALE
• Pada pasien dewasa dan anak berusia > 9
tahun
– 0 : tidak nyeri
– 1-3 : nyeri ringan (sedikit mengganggu aktivitas
sehari – hari)
– 4-6 : nyeri sedang (gangguan nyata terhadap
aktivitas sehari – hari )
– 7-10 : nyeri berat (tidak dapat melakukan aktivitas
sehari – hari)
Wong Baker Faces Pain Scale
• Dewasa & anak-anak usia > 3 tahun
• Pasien yang tidak dapat menggambarkan
intensitas nyerinya dengan angka.
– 0-1 = sangat bahagia, tidak merasa nyeri sama sekali
– 2-3 = sedikit nyeri
– 4 -5 = cukup nyeri
– 6-7 = lumayan nyeri
– 8-9 = sangat nyeri
– 10 = amat sangat nyeri (tak tertahankan)
NIPS (Neonatal Infant Pain Scale)
• Neonatus.
– Skor 0 tidak perlu intervensi
– Skor 1-3 intervensi non-farmakologis
– Skor 4-5 terapi analgetik non-opioid
– Skor 6-7 terapi opioid
FLACC (Face, Leg, Activity, Cry,
Consolability)
• Anak usia < 3 tahun atau anak dengan
gangguan kognitif
• Skor total dari lima parameter FLACC
menentukan tingkat keparahan nyeri dengan
skala 0 - 10. Nilai 10 menunjukan tingkat nyeri
yang hebat.
Comfort Pain Scale
• Untuk pasien bayi, anak dan dewasa di ruang
rawat intensif / kamar operasi / ruang rawat
inap yang tidak dapat dinilai menggunakan
Numeric Rating Scale dan Wong – Baker FACES
Pain Scale.
Comfort Pain Scale
• terdapat 9 kategori dengan setiap kategori
memiliki skor 1-5, dengan skor total antara 9-45.
– Kewaspadaan
– Ketenangan
– Distress pernafasan
– Menanggis
– Pergerakan
– Tonus otot
– Tegangan wajah
– Tekanan darah basal
– Denyut jantung basal
TUJUAN PENATALAKSANAAN NYERI
• Mengurangi intensitas & durasi nyeri
• Menurunkan kemungkinan berubahnya nyeri
akut  nyeri kronis
• Mengurangi penderitaan & ketidakmampuan
akibat nyeri
• Meminimalkan reaksi tak diinginkan atau
intoleransi terhadap terapi nyeri
• Meningkatkan kualitas hidup pasien
STRATEGI TERAPI
• Non-farmakologi
– Intervensi psikologis : relaksasi, hipnosis
– Transcutaneus electrical nerve stimulation (TENS)
• Farmakologi
– Analgetik : opiat & non-opiat
PRINSIP PENATALAKSANAAN NYERI
• Mulai dari analgetik ringan  kuat
• Tahapan
• Tahap I  non-opiat (NSAID)
• Tahap II  NSAID + ajuvan
• Tahap III  opiat lemah + NSAID + ajuvan
• Tahap IV  opiat kuat + NSAID + ajuvan
• Ajuvan : antidepresan, antikonvulsan, agonis
2
WHO 3-step ladder
Adjuvant Therapy for Neuropathic Pain
Dosis Awal Dosis Maksimum

Carbamazepine 200 mg twice daily 1.6 g


Clonazepam 0.5 mg three times daily 20 mg

Divalproex 10 mg per kg per day 60 mg per kg

Gabapentin 100 mg three times daily 3.6 g

Lamotrigine 50 mg once daily 500 mg


Phenytoin 100 mg three times daily 600 mg
Baclofen 5 mg three times daily 80 mg
ANALGETIK NON-OPIAT
• Parasetamol • Asam propionat
• Salisilat – Ibuprofen
– Aspirin – Fenoprofen
– Mg Salisilat – Ketoprofen
– Diflunisal – Naproksen
• Fenamat • Asam pirolizin karboksilat
– Meklofenamat – Ketorolac
– Asam mefenamat • Inhibitor cox-2
• Asam Asetat – Celecoxib
– Na diclofenac – Valdecoxib
• Antalgin
Less GI side effects
More GI side effects
Diclofenac Celecoxib
Acetosal Indomethacin Ibuprofen
Ketorolac Piroxicam Ketoprofen
Meloxicam COXIB
Rofecoxib
Nimesulide Valdecoxib

preferentially non- preferentially


COX-1 COX-1 COX-2 COX-2
selective
selective selective selective selective
COX
inhibitor inhibitor inhibitor inhibitor
inhibitor

anti-inflammatory
analgesic
ANALGETIK OPIAT
• Agonis Murni • Mixed agonist –
– Codeine antagonist
– Fentanyl – Nalbuphine
– Meperidone – Pentazocine
– Methadone • Pure Antagonist
– Morphine – Naloxone
– Oxycodone – Naltrexone
• Partial Agonis • Lain – lain
– Buprenorphine – Tramadol
SOP Assesmen Nyeri
• Dokter atau perawat melakukan assesmen awal
terhadap nyeri pada semua pasien yang di
periksa di RSU Ganesha secara komprehensif
• Penilaian rasa nyeri dilakukan dengan
menggunakan pengkajian yang sesuai untuk
masing-masing pasien
– Numeric scale
– Wong Baker Faces Pain Scale
– NIPS (Neonatal Infant Pain Scale)
– FLACC (Face, Leg, Activirty, Cry, Consolability)
– Comfort Pain Scale
SOP Assesmen Nyeri
• Dokter atau perawat melakukan tindakan atau
intervensi sesuai dengan deraajat nyeri yang
diderita pasien.
• Assesmen ulang nyeri dapat dilakukan : setiap
shift, mengikuti pengukuran tanda-tanda vital
pasien, satu jam setalah tatalaksana nyeri, atau
sesuai jenis dan onset obat, sebelum transfer
pasien dan sebelum pulang dari rumah sakit.
• Untuk pasien yang mengalami nyeri kardiak
(jantung), lakukan assesmen ulang setiap menit
setelah pemberian obat-obat intravena.
SOP Assesmen Nyeri
• Pada nyeri akut / kronik, lakukan asesmen
ulang tiap 30 menit – 1 jam setelah pemberian
obat nyeri.
• Hasil assesmen nyeri didokumentasikan
dalam rekam medis pada form catatan
integrasi, monitoring terpadu.
• Hasil assesmen nyeri diinformasikan ke pasien
atau keluarga pasien dan didokumentasikan
dalam rekam medis.
SOP Penanganan Nyeri Rawat Jalan
• Perawat, bidan, dokter jaga dan DPJP
melakukan assesmen awal terhadap nyeri
pada semua pasien yang di periksa di rawat
jalan Poliklinik, Poli Umum dan IGD secara
komprehensif
• Penilaian derajat nyeri dilakukan oleh
perawat, bidan Dokter jaga dan atau DPJP di
semua unit pelayanan
SOP Penanganan Nyeri Rawat Jalan
• Bila skor nyeri < 4 ( nyeri ringan ) DPJP- dokter
jaga, perawat dan bidan akan langsung
melakukan penanganan nyeri
• Bila skor nyeri ≥ 4 ( nyeri sedang – berat ) , DPJP
langsung melakukan konsultasi penanganan nyeri
kepada dr Spesialis Anastesi dan terapi intensif
untuk penanganan nyeri pasien.
• Evaluasi tatalaksana nyeri dan derajat nyeri
dilakukan dalam 24 jam setelah terapi dimulai.
SOP Penanganan Nyeri Rawat Jalan
• Bila nyeri belum tertangani dengan terapi yg
telah diberikan, dapat diberikan adjuvant
analgesia lainnya dan dipertimbangkan rawat
inap
• Bila nyeri telah tertangani, pasien melakukan
kontrol rawat jalan melalui poliklinik masing –
masing unit pelayanan
• Hasil assesmen nyeri dan penanganannya
didokumentasikan dalam rekam medis pasien.
Dokumentasi
• Lembar pengkajian
• Status rawat jalan
• Status rawat inap

Anda mungkin juga menyukai