Anda di halaman 1dari 14

Patofisiologi Dan Diagnosis

Hematemesis Pada Stroke Perdarahan


Ferry Fitriya Ayu Andika 142011101019
Anisa Risca Putri 142011101035
Nely Masruroh 142011101061

Pembimbing:
dr. Lely Martha Uli, Sp. S

SMF ILMU PENYAKIT SARAF


RSD dr. SOEBANDI JEMBER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER
2019
Hematemesis adalah keluarnya isi Hematemesis biasanya disebabkan
lambung bercampur darah, atau oleh asam lambung yang bersifat
keluarnya darah saja berupa korosif dan pepsin yang bersifat
muntah. proteolitik

Pendahuluan

Hematemesis terjadi akibat trauma Harvey Cushing (1932) :


susunan saraf pusat/lesi intrakranial Hematemesis berkaitan dengan
atau tekanan intrakranial yang tinggi kerusakan hipotalamus akibat
stroke, SDH, SOL, dll. adanya lesi-lesi di otak
keluarnya isi lambung bercampur darah, atau keluarnya
darah saja

berupa muntah yang biasanya disebabkan kerusakan lokal


atau cekungan pada permukaan suatu jaringan/organ GIT

biasanya ditimbulkan oleh pengelupasan jaringan inflamasi


yang nekrosis pada GIT.
Proses

perubahan meningkatnya
mikrosirkulasi permeabilitas barrier menurunnya
didalam mukosa mukosa lambung Pelindung Mukosa
lambung terhadap H+
Harvey Ulserasi Neurological
1932 Gastro- induced
Cushing intestinal stress ulcer

kelainan akut
lesi-lesi di otak kerusakan
traktus Hematemesis
yang berat hipotalamus
gastrointestinal
HPA Axis
Hipotalamus Hipothalamic pituitary adrenal
CRH
• HPA Axis adalah sebuah interaksi
kompleks yang saling
Pituitary mempengaruhi diantara tiga
kelenjar endokrin, yaitu
hipotalamus, kelenjar pituitary,
dan kelenjar adrenal.
Adrenal • Interaksi tersebut mempengaruhi
regulasi proses metabolisme
tubuh seperti proses pencernaan,
proses sistem imun, emosi, dan
proses penyimpanan energy
metabolisme
tubuh
Hipotalamus
• Hipotalamus terdiri dari sejumlah nukleus
dengan fungsi yang peka terhadap kondisi
kebutuhan tubuh dalam proses Homeostasis.
• Hipotalamus juga merupakan pusat kontrol
otonom
• Hipotalamus terhubung dengan kelenjar
hipofisis dalam fungsi neuro-endokrin sehingga
dapat memelihara homeostasis tubuh (TD, N, R,
temp), lapar, haus, dan emosi
Pituitary
• Kelenjar Hipofisis (pituitary) menghasilkan
bermacam-macam hormon yang mengatur
kegiatan kelenjar lainnya.
• Kelenjar ini berbentuk bulat dan berukuran
kecil, dengan diameter 1,3 cm. Hipofisis dibagi
menjadi hipofisis bagian anterior, tengah (pars
intermedia), dan posterior.
• Pada hipofisis lobus anterior akan menghasilkan
hormone ACTH yang merangsang kelenjar
adrenal untuk mensekresikan glukokortikoid
Adrenal
• Kelenjar adrenal mengeluarkan
kortikosteroid yang dilepaskan dari
daerah korteks kelenjar adrenal.
• Hormon kortikosteroid yang
disekresikan oleh kelenjar adrenal
termasuk hormon hidrokortison dan
kortisol.Hormon ini memainkan peran
penting dalam mengatur respon
inflamasi tubuh.
• Sekresi dikendalikan oleh hormon
adrenokortikotropik (ACTH).
Segawa (1980)
Doi dkk, Pada 47
menemukan kasus
kasus Stroke
perdarahan akut
didapatkan 7 kasus
mukosa traktus
(15%) kasus dengan
gastrointestinal pada
cairan kopi pada NGT
59 (92%) kasus dari
(Hematemesis)
64 kasus stroke

Pada perdarahan
intraserebral, Yoshihara melaporkan
perdarahan terdapat 15-20%
gastrointestinal sering kasus hematemesis
terjadi pada pada perdarahan
hematom di thalamus intraserebral
dan batang otak.
TATALAKSANA STRESS ULCER PADA STROKE

Prevensi
 Untuk mencegah timbulnya perdarahan lambung pada stroke diberikan sitoprotektor atau
penghambat reseptor H2.
 Tidak ada perbedaan hasil antara pemberian penghambat reseptor H2, sitoprotektor agen
ataupun inhibitor pompa proton
 Antasida tidak perlu dberikan pada profilaksis stress ulcer
 Untuk semua penderita stroke, pemberian obat obatan seperti NSAID dan kortikosteroid
serta makanan/minuman yang bersifat iritatif terhadap lambung (alkohol, roko, cuka) perlu
dihindari
TATALAKSANA STRESS ULCER PADA STROKE

Tatalaksana
• Pasien dipuasakan
• Pasien dengan stress ulcer harus dilakukan penatalaksanaan ABC adekuat dan perlu mengenali
tanda gagal nafas dan mampu melakukan bantuan dasar untuk jalan nafas
• Pada perdarahan yang banyak (lebih dari 30% dari volume sirkulasi) penggantian transfusi darah
perlu dilakukan. Untuk mengganti kehilangan volume sirkulasi cairan pengganti berupa koloid
atau kristaloid dapat diberikan sebelum transfusi.
• Pasang pipa nasogastrik dan lakukan irigasi dengan air setiap 6 jam sampai darah berhenti
• Pemberian penghambat pompa proton seperti omeprazole atau pantoprazole diberikan secara
intravena dengan dosis 80 mg bolus, kemudian diberikan secara infus 8 mg/jam selama 72 jam
berikutnya.
• Hentikan pemakaian aspirin atau klopidogrel. Kombinasi dari aspirin dan clopidogrel dapat
menimbulkan efek perdarahan yang lebih besar apabila digunakan secara bersamaan.
• Pemberian nutrisi makanan cair jernih diit pasca hematemesis sangat membantu percepatan
proses penyembuhan stress ulcer. Pemberian nutrisi harus dengan kadar serat yang tinggi dan
dihindarkan dari makanan yang merangsang atau mengiritasi lambung.
Terima kasih…..

Anda mungkin juga menyukai