Anda di halaman 1dari 62

Negara, Ilmu Negara, Hubungan Ilmu Negara dengan Ilmu

Berobjek Negara Lainnya

Disusun oleh:
Pamungkas Satya Putra

Pamungkas Satya Putra


Fakultas Hukum
1
Universitas Singaperbangsa Karawang
Karawang
RIWAYAT HIDUP
Nama :Pamungkas, S.P., S.H., M.H.
Lahir :Karawang

09/10/2019
Alamat :Jl. H.S. Ronggowaluyo Perum Mahkota Regency Blok
B2/18 Desa Sirnabaya Kec. Karawang Timur Kab.
Karawang – 41361
Pekerjaan :Dosen Fakultas Hukum Universitas Singaperbangsa

2
Karawang;
Mediator pada Pusat Mediasi Nasional;
Direktur Eksekutif Pusat Studi Hukum Indonesia;
Sekretaris Bagian Hukum Tata Negara Fakultas Hukum
Universitas Singaperbangsa Karawang;
Pendidikan :
SD Karawang Wetan III;
SMP Negeri I Karawang;
SMA Negeri 4 Karawang;
S1 Universitas Islam Nusantara Bandung;
S1 Universitas Yarsi Jakarta (Cumlaude);
S2 Universitas Indonesia (Cumlaude).
 Ilmu Negara Hakekat Pengetahuan (Science/
Knowledge). Pengetahuan merupakan suatu yang diketahui
melalui panca indera manusia di dalam pergaulan hidupnya
dengan manusia lainnya.
 Manusia adalah satu-satunya ciptaan Allah SWT yang
dikaruniai akal pikiran, dan kewajibannya yaitu

Pamungkas Satya Putra


mengembangkan pengetahuan tersebut. Kemudian Jujun S.S.
mengemukakan bahwa pengetahuan yang diperoleh bisa
melalui akal pikiran yang disebut pengetahuan, bisa juga
melalui wahyu, intuisi ataupun panca indera (pemerolehan
pengetahuan bukan berdasarkan rasionalisme dan empirisme).
Manusia mampu mengembangkan pengetahuan disebabkan
oleh dua hal utama yakni: a). Manusia mempunyai bahasa
yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran
yang melatarbelakangi informasi tersebut. b). Manusia mampu
berfikir menurut suatu alur kerangka berfikir tertentu. 3
 Aristoteles menegaskan dalam istilah “zoon politicon” atau
manusia merupakan makhluk sosial. Manusia saling
memiliki hubungan dengan manusia lainnya atau medselejik
ervaring atau manusia berinteraksi dengan manusia lainnya.
 Syarat-syarat Ilmu Pengetahuan:

1. Syarat Mutlak (absolut) atau Condition Sine Quanon

Pamungkas Satya Putra


(Sesuatu hal yang tidak dapat ditawar lagi): Adanya ruang
lingkup atau objek penyelidikan, dan memiliki metode
(metodos, jalan ke arah/ cara bekerja).
2. Syarat Relatif atau tidak mutlak: Identitas di dalam cabang
ilmu pengetahuan, dan sistematis (sisteem) yaitu sesuatu
yang terdiri dari bagian-bagian atau sub-sub sistem yang
saling berhubungan, saling ketergantungan, sebagai
kesatuan utuh yang teratur baik di dalam akar, batang,
cabang hingga ranting. (Pohon Keilmuan). 4
Pembagian Ilmu Pengetahuan
 Dilthey dalam buku yang berjudul “Inleitung In Die
Geisteswissenschaft” atau Pengantar Ke Dalam Ilmu
Kerohanian, membagi ilmu pengetahuan ke dalam dua
golongan, yaitu:
 Natuur Wissenschaft atau Ilmu Pengetahuan Alam, objek

Pamungkas Satya Putra


penyelidikan “benda mati”. Metode penyelidikan “Trial and
Error”. Contoh: Penyelidikan di laboratorium-laboratorium,
sehingga hasil sulit untuk di duga dan diperhitungkan, dan
Pembuatan Bom Hidrogen.
 Geistes (kultuur) Wissenschaft atau Ilmu Pengetahuan
Kerohanian, objek penyelidikan “benda hidup atau
manusia”. Metode penyelidikan “budaya sebagai hasil
ciptaan manusia dan bukan coba dan gagal berdasarkan
pergaulan hidup manusia yang mempunyai nilai-nilai, 5
bangunan-bangunan, dan tatanan-tatanan tertentu”.
 Freyer dalam buku yang berjudul “Soziollogis Als
Wirklichkeits Wissenschaft” atau Sosiologi Sebagai Ilmu
Pengetahuan Kenyataan, mengembangkan ilmu
pengetahuan menurut Dilthey dengan membagi Geistes
Wissenschaft:
1. Wirklichkeits Wissenschaft: ilmu pengetahuan yang

Pamungkas Satya Putra


mempelajari tentang kenyataan-kenyataan. Objek
penyelidikan adalah masyarakat, dan keutamaannya adalah
mempelajari kenyataan-kenyataan yang ada di dalam
masyarakat.
Ilmu pengetahuan tersebut disebut juga sebagai Ontologi
(Onthology), tokoh Aristoteles sebagai Bapak Ontologi.
Metode yang dipergunakan yaitu Induktif Empiris (metode
yang mempelajari suatu hal konkrit berdasarkan atas
kenyataan).
6
2. Logos Wissenschaft: ilmu pengetahuan yang didasarkan
pada hal-hal yang berada di luar kenyataan atau idealisme
yang tidak nyata (angan-angan). Letaknya berada di atas
kenyataan atau disebut sebagai cita. Pusat dari inti ilmu
pengetahuan tersebut adalah ajaran Plato yaitu Ideen Leer.
Metode yang dipergunakan yaitu Deduktif Analitis

Pamungkas Satya Putra


Transedental. Contoh: Agama, Moral, Bahasa, Kesenian,
dan lainnya.

7
 Herman Heller dalam buku yang berjudul “Staats-lehre”,
membagi Geistes Wissenschaft menjadi dua bagian, yaitu:
1. Wirklichkeits Wissenschaft;

2. Sinnes Wissenschaft.

 Herman Heller membagi kembali Sinnes Wissenschaft

Pamungkas Satya Putra


menjadi dua bagian, yaitu:
1. Abstraktes Sinnes Wissenschaft: Objek penyelidikan tidak
tergantung ke dalam sikap tindak manusia dan tidak
tergantung dari waktu, tempat, dan keadaan. Contoh:
moral, norma-norma susila dan lainnya.
2. Historisches Sinnes Wissenschaft: Objek penyelidikan
ditentukan oleh sejarah, maka hal tersebut didasarkan pada
waktu, tempat, dan keadaan, sehingga faktor sejarah ini
menjadi faktor dominan.
8
Kesimpulan:
 Bahwa Ilmu Negara telah memenuhi syarat-syarat ilmu
yaitu objek penyelidikan benda hidup yaitu kenyataan sosial
yang di dapat dalam hidup manusia dan memiliki
metodologi. Ilmu Negara sebagai Ilmu Pengetahuan
Kerohanian yang tergolong ke dalam Wirklichkeits

Pamungkas Satya Putra


Wissenschaft yaitu kenyataan-kenyataan sosial, karena
kenyataan-kenyataan sosial, maka negara itu bertindak
sebagai organisasi kewibawaan (gezag organisatie) dalam
masyarakat. Negara sebagai organisasi sosial yang bertindak
sebagai organisasi kewibawaan dalam masyarakat.
 Bahwa negara sebagai suatu kenyataan sosial yang hidup,
dan kenyataan yang hidup itu muncul ke permukaan sebagai
bentuk organisasi kewibawaan yang disebut Form Aus
Leben, sedangkan yang hidup dalam kehidupan disebut
9
Leben Aus Form.
 Ilmu Negara sebagai Ilmu Pengetahuan telah memenuhi
syarat-syarat:
1. Syarat Empiris (menselijk arvaring), segala sesuatu yang
diperoleh berdasarkan kenyataan-kenyataan sosial
berdasarkan gejala-gejala yang terdapat pada pergaulan
hidup manusia. Tokoh: Auguste Comte.

Pamungkas Satya Putra


2. Syarat Immanent, segala gejala yang ada harus dapat
dikembalikan ke dalam kekuatan-kekuatan yang ada di
dalam dunia itu sendiri.
3. Syarat Fungsional, segala gejala yang terdapat dalam
dunia ini, selalu berhubungan antara gejala satu dengan
gejala lainnya (hubungan interdependensi). Contoh:
Fungsi Ilmu Pengetahuan Alam: Tergantung pada X dan
pada Y; Tugas, Kerja, dan Hubungan; Hubungan timbal
balik antara bagian-bagian dengan keseluruhan; Kerja 10
(werking).
Fungsi Ilmu Pengetahuan Kerohaniaan: Tugas, kerja, dan
hubungan; Hubungan timbal balik antara bagian-bagian
dengan bagian dan bagian dengan keseluruhan; Kerja
(werking).
Fungsi Negara untuk Masyarakat: Menghormati,
melindungi, menjamin kelangsungan hidup masyarakat

Pamungkas Satya Putra


yang menghendaki kehidupan secara konstan dan teratur.
Herman Heller menegaskan bahwa negara memerlukan
wilayah atau memerlukan sentral kekuasaan untuk
menyatukan daerah dari masyarakat itu untuk diatur atau
disebut Territorial Gezag Organisatie.

11
4. Syarat Dialektis, suatu pertentangan baik yang satu dengan
lainnya, yang tetap pada kedudukan atau tetap berjalan dan
tidak dapat disatukan. Contoh: Dalam lapangan sosiologi
individu x masyarakat, dalam lapangan ilmu negara warga
negara x masyarakat negara, dalam lapangan ilmu hukum
kebebasan x keadilan (Baca Paul Scholten dengan teori

Pamungkas Satya Putra


Sepaning van het Recht, George Wilhelm Friedrich Hegel,
Karl Marx). Syarat dialektis berbeda dengan teori
dialektika yang terdiri atas:
a. Adanya suatu these (dalil, aksi, argumen);
b. Adanya suatu anti-these (reaksi, sanggahan);
c. Adanya suatu synthese (perpaduan).
Syarat Dialektis didasarkan pada these x anti-these, dan
tidak dapat ditarik untuk dijadikan synthese (kesimpulan).
12
5. Syarat Dinamis, bahwa gejala-gejala yang terdapat di
dunia ini berubah-ubah dan berkembang dari waktu ke
waktu. Negara perlu mengikuti perubahan-perubahan
masyarakat.
6. Syarat Bermanfaat, bahwa segala usaha dan kegiatan
pembangunan harus dimanfaatkan sebesar-besar bagi

Pamungkas Satya Putra


manusia, bagi kesejahteraan manusia, bagi peningkatan
kesejahteraan rakyat, serta pengembangan pribadi Warga
Negara.
Kesimpulan:
Ilmu Negara telah memenuhi syarat-syarat ilmu dan syarat-
syarat ilmu pengetahuan modern.

13
Peristilahan Negara

 Negara staat (Belanda), state (Inggris), d’etat


(Prancis), Stato (Portugal).
 George Jellinek (Bapak Ilmu Negara), negara merupakan

Pamungkas Satya Putra


organisasi tertinggi dari bangunan hukum satu sisi dan
bangunan masyarakat di sisi lain. Ikatan orang-orang yang
bertempat tinggal di wilayah tertentu yang dilengkapi
dengan kekuasaan untuk memerintah.
 Max Weber, negara merupakan kumpulan suatu masyarakat
yang mempunyai monopoli dalam penggunaan kekerasan
fisik secara sah dalam suatu wilayah.
 Djokosoetono, negara merupakan organisasi manusia atau
kumpulan manusia yang berada di bawah suatu
pemerintahan yang sama. 14
 Miriam Budiardjo, negara merupakan suatu organisasi
dalam suatu wilayah yang memiliki kekuasaan tertinggi
yang sah dan ditaati oleh rakyatnya. (negara (state),
kekuasaan (power), pengambilan keputusan (decision
making), kebijakan (policy, beleid), pembagian

Pamungkas Satya Putra


(distribution) atau alokasi (allocation)).

15
Selayang Pandang

 Ilmu Negara: Pengantar, genus (umum, universal), teoretis,


abstrak (terlepas dari tempat, waktu, tidak memiliki adjektif
tertentu)

Pamungkas Satya Putra


 Kedudukan Ilmu Negara: Sebagai mata kuliah wajib
berdasarkan Kurikulum Nasional yang tergolongkan di
dalam Mata Kuliah Dasar Keahlian Hukum.
 Fungsi Ilmu Negara: Sebagai “Pengantar” dalam
mempelajari Hukum Tata Negara, Hukum Administrasi
Negara, Hukum Internasional, dan Hukum Kenegaraan
lainnya.
 Ilmu Negara memiliki nilai teoritis, bukan praktis (HTN,
HAN, HI).
16
 Istilah-istilah Ilmu Negara:
1. Allgemeine Staat Lehre atau Pengantar Ilmu Negara
(Jerman);
2. Algemeine Staats Leer atau Pengantar Ilmu Negara
(Belanda);

Pamungkas Satya Putra


3. The General Theory of State atau Teori Umum tentang
Negara (Inggris);
4. Political Theory, Political Science (Inggris);

5. Teoria Politica (Spanyol);

6. Teorie d’Etat (Prancis);

7. Science Politique (Prancis).

 Ilmu Negara memerlukan istilah untuk menunjukan bahwa


salah satu dari cabang ilmu kenegaraan, dan sebagai
cabang ilmu kenegaraan yang berdiri sendiri. 17
 Ilmu Kenegaraan merupakan cakupan atau asal dari ilmu
negara sebagai cabang yang telah berdiri sendiri atau
melepaskan diri berdasarkan perkembangan dengan objek
yaitu “negara” sehingga ruang lingkup ilmu kenegaraan
menjadi sempit, di mana:
1. Ilmu Negara;

Pamungkas Satya Putra


2. Ilmu Politik;
3. Hukum Tata Negara;
4. Hukum Administrasi Negara;
5. Hukum Internasional;
6. Ilmu Ekonomi;
7. Ilmu Perbandingan Hukum Tata Negara, dan lainnya.

18
Pengertian Ilmu Negara

 Roelf Kranenburg, ilmu negara merupakan “Ilmu tentang


Negara”. Negara diselidiki sifat hakikatnya, struktur, dan
bentuknya, asal mulanya dan segenap persoalan yang
berkisar di sekitar negara dalam pengertian umum. Juga

Pamungkas Satya Putra


dibahas dan diteliti sifat-sifat umum dan ciri-ciri tabiatnya.
 Nasroen, ilmu negara umum merupakan suatu ilmu
pengetahuan yang tertentu. Sebagai ilmu pengetahuan, maka
Ilmu Negara Umum adalah mencari dan menetapkan
sesuatu ketentuan dan kebenaran terhadap pokok
penyelidikannya dan di dalam hal ini adalah soal negara.
Ilmu Negara Umum harus menjawab pertanyaan apakah
negara itu?
19
 M Solly Lubis, ilmu negara merupakan ilmu yang
mempelajari negara secara umum, mengenai asal mulanya
negara, wujudnya negara, lenyapnya negara,
perkembangannya dan jenis-jenisnya.
 Obyek ilmu negara bersifat abstrak dan umum, tak terikat
ruang, tempat, waktu dan bersifat universal. Maka Ilmu
Negara berfungsi: Menyelidiki pengertian pokok dan sendi-

Pamungkas Satya Putra


sendi pokok negara dan merupakan ilmu dasar bagi Hukum
Tata Negara Positif (HTN hic et nunc). Dengan kata lain,
seorang yang akan mempelajari Hukum Tata Negara harus
terlebih dulu memahami Ilmu Negara, karena Ilmu Negara
memberikan dasar-dasar teoritis Hukum Tata Negara dan
Hukum Tata Negara merupakan realisasi dari teori-teori Ilmu
Negara.
 CST. Kansil, ilmu negara merupakan ilmu pengetahuan yang
menyelidiki atau mempelajari sendi-sendi pokok (asas-asas 20
pokok) dan pengertian pokok akan negara.
 Sjachran Basah, ilmu negara merupakan ilmu pengetahuan
yang menyelidiki pengertian-pengertian pokok (grond-
begrippen) dan sendi-sendi pokok negara dan hukum negara
(grondbeginselen van de staat en het staatsrecht), ilmu
negara juga merupakan ilmu pengetahuan dasar bagi hukum
tata negara positif (grondwetenschap van het positief

Pamungkas Satya Putra


staatsrecht).
 Negara menekankan hal-hal yang bersifat umum dengan
menganggap negara sebagai genus (bentuk umum) dan
mengesampingkan sifat-sifat khusus dari negara-negara.
Ilmu Negara tidak membahas bagaimana pelaksanaan hal-
hal umum itu dalam suatu negara tertentu. Maka Ilmu
Negara bernilai teoritis
 Ilmu Negara menyelidiki asal mula negara, hakekat negara,
bentuk negara dan pemerintahan.
21
Pamungkas Satya Putra
22
 George Jellinek (1851-1911) merupakan filsuf dan ahli tata negara asal
Jerman (lahir di kota Lepzig), yang dikenal juga sebagai Bapak Ilmu
Negara.
 Dalam bukunya “Algemeine Staatlehre” membagi

Ilmu kenegaraan dalam arti luas, menjadi dua (2) bag-


Ian yaitu “Staatswissenschaft” dalam arti sempit dan

Pamungkas Satya Putra


“Rechtswissenschaft” tentang ilmu pengetahuan huk-
um.
 “Staatswissenschaft” dalam arti sempit dapat dirum-

uskan Ilmu Kenegaraan dalam arti luas “Schaftwissen-


schaften” dikurangi ilmu pengetahuan hukum “Rechtswissenschaft”.
Atau
“Schaftwissenschaften” - “Rechtswissenschaft” = “Staatswissenschaft”.

23
 Staatswissenschaft: studies state from the object perspective (state). Suatu
ilmu pengetahuan mengenai negara yang penyelidikannya menekan pada
negara sebagai objeknya.
 Rechtswissenschaft: studies state from the juridisch perspective. Suatu ilmu
pengetahuan mengenai negara yang penyelidikannya menekan pada hukum
“yuridis” sebagai objeknya.
 Beschreibende Staatswissenschaft: Kumpulan ilmu pengetahuan yang

Pamungkas Satya Putra


menjelaskan unsur-unsur negara, aspek negara, dan lain-lain mengenai
negara. Bersifat deskriptif menggambarkan peristiwa yang terjadi
berhubungan dengan negara dan belum tersistematis karena baru
dikumpulkan.
 Theoritische Staatswissenschaft: Kumpulan Beschreibende
Staatswissenschaft yang menjelaskan negara, unsur-unsur negara, aspek
negara, dan lain-lain mengenai negara yang telah diolah, dianalisis, dan
dikumpulkan secara sistematis. Bersifat teoritis yang menyelidiki tentang
negara. Hal tersebutlah yang disebut “Ilmu Negara”.
 Praktische Staatswissenschaft: mencari upaya bagaimana hasil penyelidikan
Theoritische Staatswissenschaft agar dapat dilaksanakan dalam praktek 24
(ilmu politik).
 Allgemeine Staatslehre: menyelidiki negara pada umumnya. Hal-
hal yang berlaku umum di berbagai negara yang bersifat umum dan
universal.
 Allgemeine Soziale Staatslehre: menyelidiki negara sebagai gejala
sosial. Meliputi sifat hakekat negara, legitimasi negara, terjadinya
negara, tujuan negara, tipe-tipe negara.

Pamungkas Satya Putra


 Allgemeine Staatsrechtslehre: menyelidiki negara dari segi yuridis.
Hal tersebut meliputi: bentuk negara dan pemerintahan, kedaulatan,
unsur negara, fungsi negara, konstitusi, lembaga perwakilan, alat
perlengkapan negara, sendi pemerintahan, kerjasama antar negara.
 Besondere Staatslehre: menyelidiki khusus suatu negara (hukum
tata negara, hukum administrasi negara, hukum internasional). Hal-
hal yang berlaku di satu atau suatu negara saja yang bersifat khusus.
 Individual Staatslehre: menyelidiki negara tertentu (konkrit).
 Spezielle Staatslehre: menyelidiki negara dalam pengertian umum,
kemudian diselidiki lembaga negara yang khusus (spesial). 25
Nilai Ilmu Negara
1. Nilai Totalitas: Objek penyelidikan dapat diselidiki secara
menyeluruh (als Ganzheit) yang tidak tertuju semata-mata pada suatu
negara tertentu saja. Metode penyelidikan melalui perbandingan lebih
dari satu negara. Hasil penyelidikan mengandung nilai utuh
menyeluruh sebagai lawan nilai tertentu. Contoh: Republik, Kerajaan
dan lainnya.

Pamungkas Satya Putra


2. Nilai Umum: Nilai yang digambarkan secara keseluruhan, di mana
mengandung genus begrip, bukan species begrip. Hal tersebut
merupakan suatu abstraksi dari objek penyelidikan tertentu, yang
memuat pengertian khusus setelah kemudian diperbandingkan dengan
menggunakan metode perbandingan.
3. Nilai Abstrak: Nilai yang tidak nyata dan diperoleh sebagai akibat
dari nilai totalitas dan umum.
4. Nilai Teoretis: Perumusan dan konkretisasi cita-cita sebagai lawan
dari nilai praktis. Nilai teoritis muncul dari hubungan nilai umum,
abstrak dan hal-hal yang muncul itu berupa ajaran-ajaran atau paham-
paham.
26
5. Bebas Nilai (Free Value): Tidak dipengaruhi oleh waktu, tempat, dan
keadaan. Ilmu Negara sebagai dasar, basis, dan landasan yang bersifat
fundamental.
Fungsi Ilmu Negara

 Fungsi Ilmu Negara sebagai pengantar (inleiding-Belanda,


inleitung-Jerman, introduction-Inggris).
 Pengertian pengantar sebagaimana dimaksud di dalam

Pamungkas Satya Putra


Ilmu Negara yaitu ilmu pengetahuan yang menjawab
pernyataan-pernyataan pendahuluan (verfragen,
prealabele, wissenschaftlehre). Ilmu Negara sebagai
pengantar ilmu pengetahuan dasar atau basis
(grondwetenschap atau basiswetenschap) untuk mata
kuliah lain pada cabang-cabang ilmu kenegaraan.

27
ASAL MULA NEGARA

 Asal mula Negara yang dimaksud bukan merupakan asal


mula atau terbentuknya negara secara konkret, misalnya
Republik Indonesia, Kerajaan Inggris, Kerajaan
Kamboja, Federal Amerika Serikat, dan lainnya.
 Pengertian yang dimaksud adalah pengertian
terbentuknya atau terjadinya asal mula atau sesuatu yang
dinamakan sebagai negara dalam pikiran atau angan-
angan, misalnya Masa Yunani, Masa Romawi, Masa
Abad Pertengahan, Masa Renaissance, dan Masa Aliran
Hukum Positif.
HAKEKAT NEGARA
 Hakekat negara di mana negara sebagai alat, wadah
atau organisasi/perkumpulan dan lainnya memiliki
syarat-syarat untuk dapat disebut sebagai negara.
Syarat Mutlak: Wilayah, Rakyat, Kekuasaan/Pemerintah
yang berdaulat.
Syarat Tidak Mutlak: Pengakuan dari negara lain
(tambahan).
BENTUK NEGARA

 Bentuk Negara dalam arti konkrit.


 Tugas Ilmu Negara mengkaji, mempelajari, sifat, seluk-beluk, segi-
segi, dan masalah negara secara umum, yaitu:
1.Asal mula negara;
2.Sejarah terjadinya negara;
3.Organisasi dan peranan dalam kehidupan manusia;
4.Mengumpulkan gejala-gejala, peristiwa-peristiwa mengenai
negara pada masa lalu, kini, dan tinjauan perkembangan sejarah dan
berorientasi pada konteks teoritis.
Hubungan Ilmu Negara dengan Ilmu Berobjek Negara
Lainnya
 Ilmu Negara sebagai ilmu sosial yang bersifat teoritis, di
mana segala hasil penyelidikan dipraktekkan oleh Ilmu
Politik sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat praktis
(Sjachran Basah).

Pamungkas Satya Putra


 Ilmu Negara sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki
pengertian-pengertian pokok dan sendi-sendi pokok negara
dapat memberikan dasar-dasar teoritis yang bersifat umum
untuk HTN, HAN, HI, dan hukum kenegaraan lainnya.
Antara Ilmu Negara dan HTN, HAN, HI terdapat
persamaan, yaitu objek “negara”. Ilmu Negara sebagai ilmu
pengetahuan yang mempelajari objek negara dalam arti
abstrak, sedangkan HTN, HAN, HI mempelajari objek
negara dalam arti konkrit.
31
Pengertian Ilmu Politik
 Roger F. Soltau, political science is the study of the state, its
aim and purpose (...) the institutions buy which these are
going to be realized, its relations with its individual
members, and other state. (Ilmu Politik mempelajari negara,

Pamungkas Satya Putra


tujuan-tujuan negara (...) dan lembaga-lembaga yang akan
melaksanakan tujuan-tujuan itu, hubungan antara negara
dengan warganya serta hubungan antarnegara).
 J. Barents, en maatschappelijk leven (...) waarvan de staat
een onderdeel vornt. Ilmu Politik mempelajari kehidupan
bermasyarakat (...) dengan negara sebagai bagiannya. De
wetenschap der politiek is de wetenschap die het leven van
de staat een onderdeel vormt. Aan het onderzoek van die
staten, zoals ze werken, is de wetenschap der politiek
gewijd. Ilmu Politik mempelajari negara dan bagaimana 32
negara tersebut melakukan tugas serta fungsinya.
Pengertian Hukum Tata Negara

 J.H.A. Logemann: Hukum Tata Negara ialah serangkaian kaidah hukum


mengenai jabatan atau kumpulan jabatan di dalam negara dan mengenai
lingkungan berlakunya hukum suatu negara. Hukum Tata Negara ialah
hukum organisasi negara.

Pamungkas Satya Putra


 A.V. Dicey: Hukum Tata Negara ialah seluruh peraturan yang secara
langsung maupun tidak langsung mengenai pembagian kekuasaan dan
pelaksana tertinggi suatu negara.
 Djokosoetono: Hukum Tata Negara ialah hukum mengenai konstitusi
negara dan konstelasi negara, dan karena itu hukum tata negara disebut
juga hukum konstitusi negara (Constitutional Law).
 Maurice Duveger: Hukum Tata Negara ialah hukum yang mengatur
organisasi dan tugas-tugas politik dari suatu lembaga negara.

33
PERSAMAAN ILMU NEGARA DAN HUKUM TATA NEGARA:

 Ilmu Negara dan Hukum Tata Negara memiliki pokok


bahasan yang sama, yaitu negara.
 Ilmu Negara dan Hukum Tata Negara termasuk ilmu sosial
dan memiliki obyek penelitian yang sama, yaitu manusia yang
berkeinginan hidup dan berkembang dalam tata kehidupan
bernegara.
 Ilmu Negara dan Hukum Tata Negara memiliki dalil-dalil dan
rumusan/definisi yang bersifat nisbi (relatif) berbeda sesuai
dengan sudut pandang ahli yang mengemukakannya.
Perbedaan Ilmu Negara dan Hukum Tata Negara:

A. Ilmu Negara
Obyek yang dipelajari: Negara secara umum, asal-usul, unsur-
unsur, timbul dan lenyapnya, tujuannya dan jenis-jenis atau bentuk
negara secara umum. Sifat: Teoritis/Abstrak. Ketentuan Umum
Negara: Pelaksanaannya tidak diuraikan. Definisi Umum: Ilmu
yang mempelajari asal-usul, perkembangan wujud dan lenyapnya
negara.

B. Hukum Tata Negara


Obyek yang dipelajari: Negara tertentu, bagaimana pemerintahan
dalam negara itu disusun dan dijalankan mulai dari pemerintah
pusat hingga daerah dalam wilayah kekuasaannya. Sifat: Praktis/
Nyata. Ketentuan Umum Negara: Pelaksanaannya diuraikan
secara khusus. Definisi: Ilmu yang mempelajari sistem
pemerintahan suatu negara.
SIFAT-SIFAT NEGARA

 Negara memiliki sifat-sifat khusus yang merupakan


manifestasi kedaulatan yang dimilikinya dan yang
membedakannya dari organisasi lain yang juga memiliki
kedaulatan.
 Sifat memaksa, yang berarti bahwa negara memiliki
kekuasaan untuk menggunakan kekerasaan fisik secara legal
agar peraturan undang-undang ditaati sehingga penertiban
dalam masyarakat tercapai dan tindakan anarki dapat dicegah.
 Sifat monopoli, yang berarti bahwa negara memegang
monopoli dalam menetapkan tujuan bersama masyarakat.
Dalam hal ini, negara dapat melarang suatu aliran
kepercayaan atau politik tertentu yang membahayakan
kehidupan berbangsa dan bernegara.
 Sifat mencakup semua (all-encompassing, all-embracing), yang
berarti bahwa seluruh peraturan undang-undang dalam suatu
negara berlaku untuk semua orang yang terlibat di dalamnya
tanpa kecuali. Apabila ada orang yang dibiarkan berada di luar
ruang lingkup aktivitas negara, maka usaha kolektif negara ke
arah tercapainya masyarakat yang dicita-citakan akan gagal

Pamungkas Satya Putra


karena menjadi warga negara tidak berdasarkan kemauan sendiri
(involuntary membership) sebagaimana berlaku dalam asosiasi/
organisasi lain yang keanggotaannya bersifat sukarela.

37
Pengertian-pengertian Pokok dan Sendi-sendi Pokok
 Definisi

Pengertian: tafsiran, artian, sedangkan pengartian adalah


proses, cara, perbuatan memberi arti.
Sendi: alas, dasar, serta fundamen.
 Dasar Bahan Ilmu Negara:

Pamungkas Satya Putra


1. Bahan Idiil, mengandung dua (2) unsur:

a. Unsur Rasio (Tetap): segala sesuatu yang didasarkan


pada pikiran/ rasional/ masuk akal (redellijk). Lahirlah apa
yang disebut dengan pengertian (begrip), pengertian yang
sifatnya tetap atau tidak berubah-ubah (konstan kapanpun
dan di manapun). Pengertian-pengertian pokok didasarkan
pada: 1. manusia (subjek hukum) atau person leer dan
badan hukum/recht person. 2. Ajaran tentang kekuasaan.
3. Hubungan-hubungan hukum. Sifat: umum yang 38
mendasari hukum normatif sebagai bentuk dari dunia cita.
b. Unsur Susila: segala sesuatu yang didasarkan pada moral
yang bertalian erat dengan etika, kesopanan serta patut
berdasarkan norma yang berlaku dalam kehidupan
masyarakat yang baik. Oleh karena itu berkesusilaan
(zedelijk). Dari hal tersebut timbul sendi, dasar atau
fundamen yang disebut dengan sendi-sendi pokok atau tidak

Pamungkas Satya Putra


tetap yang dapat terdiri atas: Antropologi hukum, sosiologi
hukum, filsafat hukum, politik hukum, psikologi hukum,
hukum perundang-undangan, perbandingan hukum, sejarah
hukum, hukum ekonomi, dan lainnya. Sifat: Khusus. Hal
tersebut didasarkan kepada hukum sebagai kenyataan yang
bersifat empiris tergantung terhadap hukum positif yang
berada di setiap negara sebagai konsekuensi dari dunia
nyata.

39
2. Bahan Riil: memuat tiga (3) unsur yaitu manusia, alam
(naturalia) dan tradisi. Sendi bertalian erat dengan bahan
rill dan berubah-ubah (variabel menurut waktu, tempat dan
keadaan). Oleh karena itu sendi (pokok), bersifat variabel
(contoh: Itikad baik (te goeder trouw), sebagai tuan rumah
yang baik (als een goed huisvader) dan demokrasi-liberal).

Pamungkas Satya Putra


Sedangkan pengertian (pokok) sifatnya konstan (contoh:
Subjek hukum, objek hukum, hukum objektif, hukum
subjektif, republik dan demokrasi).

40
UNSUR-UNSUR NEGARA

 UNSUR NEGARA SECARA KLASIK;


 UNSUR NEGARA SECARA YURIDIS;

 UNSUR NEGARA SECARA SOSIOLOGIS;

 UNSUR NEGARA MENURUT KONSEP HUKUM


INTERNASIONAL.
UNSUR NEGARA SECARA KLASIK/
TRADISIONAL
 WILAYAH TERTENTU;
 RAKYAT;

 PEMERINTAHAN YANG BERDAULAT.


WILAYAH TERTENTU
 Batas wilayah di mana kekuasaan negara itu berlaku;
 Kekuasaan negara itu tidak berlaku di luar batas
wilayahnya karena dapat menimbulkan sengketa
internasional (kecuali di daerah ekstrateritorial, seperti
kedutaan asing, kapal/pesawat perang berbendera asing).
DI MANA KITA MELIHAT BATAS WILAYAH
TERTENTU ITU?

 Perjanjian batas-batas wilayah yang dibuat secara bilateral 


melibatkan dua negara;
 Perjanjian batas-batas wilayah yang dibuat secara multilateral
 melibatkan lebih dari dua negara.
 Penentuan dalam konstitusi (UUD) hanya suatu peringatan saja
bahwa negara mempunyai wilayah yang berbatas.
PANDANGAN GEORGE JELLINEK TENTANG UNSUR WILAYAH
 Segi Negatif  tidak ada ada organisasi lain yang
berpengaruh di atas wilayah tertentu itu, kecuali:
1. Perjanjian tertentu (kondominium);
2. Susunan negara serikat;
3. Negara protektorat;
4. Negara yang kalah perang (ocupation);

 Segi Positif  setiap orang yang berada di atas wilayah


tertentu itu tunduk kepada penguasanya.
RAKYAT
 Rakyatsekumpulan orang yang hidup di suatu tempat.
 Rumpun/ raskumpulan orang yang mempunyai ciri-ciri jasmaniah
yang sama (warna kulit, rambut, bentuk badan, bentuk muka, dan
lainnya).
 Sukukumpulan orang yang mempunyai kesamaan kebudayaan.

 Bangsa (natie)rakyat yang sudah berkesadaran membentuk


negara.
EMPAT UNSUR BANGSA (NATIE)
 DR. HERTS:
1. Ada hasrat kesatuan;
2. Ada hasrat untuk merdeka;
3. Ada hasrat keaslian budaya;
4. Ada hasrat memiliki/mempertahankan kehormatan.
BANGSA (NATIE) – J.J. ROUSSEAU
 Citoyen  golongan bangsa yang berstatus aktif;
 Suyet  bangsa yang tunduk pada kekuasaan di
atasnya atau bangsa yang berstatus pasif;
BANGSA (NATIE) – G. JELLINEK

 Status Positif  hak warga negara untuk menuntut tindakan positif


pada negara tentang perlindungan dan kesejahteraan;
 Status Negatif  negara tidak boleh campur tangan/ merugikan
hak-hak asasi warganya;
 Status Aktif  hak warga negara untuk berpartisipasi dalam
pemerintahan;
 Status Pasif  kewajiban warga negara untuk mematuhi hukum/
perintah negara.
ASAS-ASAS KEWARGANEGARAAN
 Ius Sanguinus  seseorang menjadi warga negara berdasarkan
keturunan.
 Ius Soli  seseorang menjadi warga negara berdasarkan
tempat kelahiran.
 Campuran  apabila dua asas di atas sekaligus diberlakukan.
DWI KEWARGANEGARAAN (BIPATRIDE)

 Terjadi apabila seseorang lahir di negara yang


menganut asas tempat kelahiran (ius soli), namun
orang tuanya berasal dari negara yang menganut asas
keturunan (ius sanguinus).
 Misalnya  anak yang lahir di Inggris namun orang
tuanya (ayahnya) berkewargaan Belanda.
TANPA KEWARGANEGARAAN
(APATRIDE/STATELESS)
 Terjadi apabila seseorang lahir di negara yang menganut
asas keturunan (ius sanguinus), namun orang tuanya
berasal dari negara yang menganut asas tempat kelahiran
(ius soli).
 Misalnya  anak yang dilahirkan di Belanda namun
orang tuanya (ayahnya) berkewargaan Inggris (& tidak
dilaporkan dalam waktu 12 bulan sejak kelahirannya di
Kedutaan Inggris).
BAGAIMANA PENGATURAN
KEWARGANEGARAAN DI INDONESIA?

 Undang-undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang


Kewarganegaraan:
Republik Indonesia menganut asas “ius
sanguinis”, di mana kewarganegaan anak
ditentukan oleh kewarganegaraan ayahnya.
 Dalam undang-undang tersebut, hanya anak yang
lahir di luar nikah dan jika status
kewarganegaraan ayahnya tidak diketahui, maka
kewarganegaraan anak bisa mengikuti ibunya 
diskriminasi gender?
UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2006
TENTANG KEWARGANEGARAAN

 Mengadopsi variasi “ius soli” dan “ius sanguinis” sehingga


perempuan WNI bisa memberi kewarganegaraan kepada
anaknya yang lahir di Indonesia.
 Adanya kemudahan dalam proses naturalisasi dan keimigrasian.

 Untuk menghindari bipatride atau dwikewarganegaraan, maka


setelah berusia 18 tahun anak tersebut menentukan sikap dalam
tempo 3 tahun.
PEMERINTAH YANG BERDAULAT
 Dalam arti luas  keseluruhan badan pengurus
negara dengan segala organisasi, bagian-bagian,
pejabat-pejabat yang menjalankan tugas negara
dari pusat dan daerah;
 Dalam arti sempit  badan pimpinan yang
mempunyai peran dalam menentukan dan
melaksanakan tugas negara.
 Pemerintahan  fungsi/ tugas dari pemerintah
baik dalam arti sempit (eksekutif) maupun dalam
arti luas (legislatif, eksekutif, dan yudikatif).
 Berdaulat ke dalam dibatasi oleh hukum positif, ke
luar oleh hukum internasional.
UNSUR NEGARA SECARA YURIDIS
LOGEMANN:
 Wilayah hukum (gebiedsleer) yakni meliputi darat, laut, udara,
serta orang dan batas wewenangnya;
 Subyek hukum (persoonsleer) yakni pemerintah yang berdaulat;

 Hubungan hukum (de leer van de rechtsbetrekking) yakni


hubungan hukum antara penguasa dengan rakyat, termasuk
hubungan hukum ke luar dengan dunia internasional.
UNSUR NEGARA SECARA SOSIOLOGIS

RUDOLF KJELLIN:
 Faktor Sosial:  Faktor Alam:
1. Masyarakat; 1. Wilayah;
2. Ekonomis; 2. Bangsa.
3. Budaya/ Kultur.
BARRY BUZAN (PEOPLE, STATE AND FEAR;
SUSSEX, 1983)
Tiga Komponen Utama Negara:
 Gagasan/ Cita-cita/ Tujuan Nasional;

 Basis Fisik (penduduk dan wilayah);

 Kelembagaan (legislatif, eksekutif, yudikatif),


aparatur dan lembaga-lembaga yang turut berperan
sebagai penopang eksistensi negara.
UNSUR NEGARA MENURUT KONSEP HUKUM
INTERNASIONAL

OPPENHEIM-LAUTERPACHT:
 Rakyat;
 Daerah;
 Pemerintah;
 Kemerdekaan;
 Pengakuan dari negara lain;
 Kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan negara
lain.
KEMAMPUAN MENJALIN HUBUNGAN DENGAN NEGARA
LAIN

 Mempertanggungjawabkan tindakan-tindakan pejabatnya


(agents) terhadap negara lain.
 Kemampuan dan kesediaan untuk menaati hukum
internasional.
 Keabsahan berdirinya negara itu dalam hukum
internasional.
 Kemampuan untuk menentukan nasib sendiri negara yang
bersangkutan.
Pamungkas Satya Putra
61

TERIMA KASIH
WAASALAMU’ALAIKUM WR. WB.

Pamungkas Satya Putra


62

Anda mungkin juga menyukai