Anda di halaman 1dari 41

HUKUM ADAT

2 SKS
• 2 SKS,pengajarnya 2 orang tiap kelas.
• Tim pengajar:
1. Trusto Subekti, SH, MHum.
2. Rochati, SH, MHum.
3. Hj. Siti Muflichah, SH, MH.
• MetodePembelajaran:
1. diskusi dan partisipasi aktif.
2. bersifat analisis (pisau analisa).
3. mahasiswa wajib memiliki diktat kuliah.
• Metode Penilaian:
1. tugas terstruktur dan ujian sisipan/utama.
2. ujian bersifat open book (bukan beo).
• Disiplin dan tertip serta sopan.
• Dihimbau masuk kelas sebelum dosen datang.
HUKUM ADAT
• Pendekatan Bahasa
Hukum = Genus/umum/ruang lingkup/Diterangkan.
Adat = Species/khusus/bagian/Menerangkan.
• Pendekatan Hukum Sebagai Model
1. Sistem Hukum Anglo Saxon (Common Law System)  Kebiasaan.
2. Sistem Hukum Eropa Kontinental (Civil Law System)  Kodifikasi.
3. Sistem Hukum Negara-negara Sosialis.
4. Sistem Hukum berbasis Agama.
• Pendekatan Bentuk Hukum
Prof. Soepomo: Hukum Tertulis (UU) adalah hukum yang dibuat melalui prosedur dan
teknis pembuatan peraturan perundang-undangan.
• Pendekatan Cara Berpikir Hukum
1. Ius Constituendum dan Ius Constitutum.
2. Paradigma Hukum: NILAI  ASAS-ASAS  NORMA PERBUATAN
DASAR HUKUM
ARTI PENTING PASAL II AP UUD 1945
BAGI TATA HUKUM REPUBLIK INDNESIA
• Merdeka memiliki arti sebagai penjebolan tata hukum Hindia Belanda untuk diganti dengan
tata hukum Republik Indonesia.
• Merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 dan UUD 1945 baru lahir pada tangal 18 Agustus
1945.
• Bertujuan mengisi kekosongan hukum.
• Berlakunya Tata hukum Hindia Belanda dalam Tata hukum Republik Indonesia, dan
bersifatsementara sampai dengan dibuatnya peraturan perundang-undangan atas dasar
UUD 1945.
• Tata hukum Hindia Belanda terdiri atas:
1. Sistim Hukum Tertulis (Hukum Barat).
2. Sistim Hukum Tidak Tertulis (Hukum Adat dan Hukum Islam)
• Politik Hukum pergolongan rakyat masih berlku untuk sementara.

Bagaimana analisisnya:
1. Seseorang yang memiliki harta kekayaan semasa Tt hk. Hindia Belanda setelah merdeka.
2. Status hukum pernikahan yg dilakukan sebelum merdeka.
3. Status hukum napi/status hukum jabatan pamong yang ditetapkan sebelum merdeka.
Deskriptif
Dasar Hukum Berlakunya Hukum Adat

• Tata Hukum Hindia Belanda • Tata Hukum Rep. Indonesia


1. Pasal 131 ayat 2 Sub. b IS: 1. Pasal II AP UUD 1945.
bagi golongan hukum Indonesia asli dan 2. Pasal 104 ayat 1 UUDS 1950:
timur asing berlaku hukum adat mereka. “sgl putusan Pengadilan harus berisi ala-
2. Pasal 134 ayat 2 IS: san ………..menyebut aturan UU dan a-
“Dalam perkara perdata antara orang turan kebiaaan yg dijadikan dasar..”
muslim dan hukum adat mereka me- 3. Pasal 1 ayat 2 UU Darurat No. 1/1951:
minta penyelesaiannya, maka penye- Dasar hukum berlakunya Pengadilan
lesaiannya diselenggarakan oleh Hakim Swa Praja dan Pengadilan Adat.
Agama, kecuali jika Ordonansi telah 4. UU No. 19/1964 Tentang Pokok Keku-
menetapkan lain”. asaan Kehakiman Pasal 17:
3. Pasal 163 IS: “…..adanya hukum tetulis dan hukum
Kaula Negara Hindia Belanda, ditentu- tidak tertulis ……”
kan: Gol. Eropa, Gol. Timur Asing dan 5. Pasal 27 ayat 1 UU No. 14/1970:
lain-lainnya, serta Gol. Bumi Putera. “Hakim wajib menggali nilai-nilai yg
hidup….”
KERANGKA BERPIKIR DALAM
PEMBANGUNAN HUKUM NASIONAL

KONSEP HUKUM NASIONAL

Hukum yang berdasarkan Undang-undang Dasar 1945


dan Pancasila, walaupun ada kemungkinan beberapa
bagian dari Hukum Nasonal Indonesia itu diambil dari
Hukum Belanda atau Hukum Filipina, Hukum
Australia, Hukum Amerika atau Hukum Yugoslavia
(Sunaryati Hartono, Makalah 13 September 1985)
KERANGKA SISTEM HUKUM NASIONAL

KERANGKANYA:
 UUD 1945
 Hukum Pokok atau Kodifikasi-kodifikasi
 Hukum sektoral, yaitu peraturan-peraturan hukum
yang secara khusus mengatur sektor-sektor
pembangunan sebagaimana dikemukakan oleh
GBHN
POSISI HUKUM ADAT DALAM
HUKUM POSITIF DI INDONESIA
Sistim Hukum Sistim Hukum
Pemerintah Hindia Belanda Republik Indoneia
(Indische Staatsregeling) (Pancasila dan UUD 1945)

Sistim Hukum Adat Sistim Hukum Adat

Sistim Hukum Islam Sistim Hukum Islam

Sistim Hukum Barat Sistim Hukum Barat

Sistim Hukum Nasional


Posisi Hukum Dalam Perspektif Kedepan
Dalam Pembangunan Hukum Nasional

SEKTOR HUKUM SUMBER HUKUM


@ Hukum Tanah Hukum Adat/Hukum Barat/Hukum Islam

@ Hukum Masyarakkat/Hukum Hukum Adat/Hukum Islam/Hukum Barat


Kekeluargaan
@ Hukum Perkawinan Hukum Adat/Hukum Islam/Hukum Barat

@ Hukum Waris Hukum Adat/Hukum Islam/Hukum Barat

@ Hukum Perjanjian Hukum Barat/Hukum Adat/Hukum Islam

@ Hukum Perniagaan Hukum Barat/Hukum Islam/Hukum Adat

@ Hukum Pidana Hukum Barat/Hukum Adat/Hukum Islam

@ Hukum Tata Negara Hukum Barat/Hukum Adat/Hukum Islam

@ Hukum Administrasi Negara Hukum Barat/Hukum Adat/Hukum Islam


KEDUDUKAN HUKUM ADAT DALAM SISTIM TATA
HUKUM REPUBLIK INDONESIA

HUKUM ADAT PERSEPSI PROF. SOEPOMO

1. Sebagai sinonim dari hukum yang tidak tertulis di dalam peraturan legislatif
(Unstatory Law).
2. Sebagai hukum yang hidup sebagai konvensi di badan-badan hukum
negara (Convention).
3. Sebagai hukum yang timbul karena putusan-putusan Hakim (Judge Made
Law).
4. Sebagai hukum yang hidup sebagai peraturan kebiasaan yang
dipertahankan di dalam pergaulan hidup, baik di kota-kota maupun di desa-
desa (Customary).
ORIENTASI HUKUM ADAT
Dalam cara berpikir sistem dalam tata hukum Republik Indonesia, orientasi hukumnya
pada hukum tertulis, dan hukum adat sebagai hukum tidak tertulis berposisi sebagai
melengkapi.

Hukum UU Perjanjian  Kebiasaan (adat)  Penemuan Hukum (rechtsvinding)

PENYELESAIAN SISTEM APABILA ADA PERTENTANGAN ANTARA:

Undang-Undang Undang-Undang

Undang-Undang Perjanjian

Undang-Undang Keputusan Hakim

Undang-Undang Kebiasaan (adat)

Perjanjian Keputusan Hakim

Perjanjian Kebiasaan (adat)

Keputusan Hakim Kebiasaan (adat)


FUNGSI MEMPELAJARI HUKUM ADAT
Pendekatan obyek materia dan obyek forma dengan ditentukan posisi pendekatannya
dan Hukum Adat dikonsepsikan sebagai apa

POSISI DIKONSEPSIKAN
SEBAGAI
• Ilmu Pengetahuan • Ilmu untuk Ilmu
• Ilmu untuk Masyarakat

• Pembentuk Undang-undang • Sebagai sumber hukum

• Penegak Hukum • Sebagai hukum positif

• Pejabat Pemerintah • Pengambilan Keputusan


• Efektifitas Kebijakan
• Pengembangan dan Penentuan Sasaran
Pembangunan
• Nasionalisme • Sebagai Identitas Bangsa
ISTILAH HUKUM ADAT
Istilah Adat dari bahasa arab = kebiasaan
Pendekatan Sejarah (dengan penelusuran ke masa lalu)

Masuknya Islam ke Indonesia oleh Perintah Kodifikasi atas dasar


pedagang Gujarat Indische Staatsregeling (IS)
Pedagang Gujarat dari India Perintah penelitian terhadap hukum yang
berlaku bagi masyarakat Buni Putera untuk
keperluan membuat kodifikasi
Mereka berbahasa arab Catatan pedagang Gujarat diketemukan

Memasuki wilayah Indonesia Istilah digunakan semuanya dengan penyebutan


adat (kebiasaan)

Budaya mencatat Snouck Hurgronye seorang peneliti Belanda di


Aceh juga menyebutnya adat Rechts (terminologi
Antropologis)
Setiap memasuki suatu daerah  bergaul dan Istilah Adat Rechts kemudian diterminologikan
mencatat kebiasaan (adat) itu oleh Van Vollenhoven secara teknis yuridis

Catatan tentang kebiasaan (adat) tersebut Istilah Adat Rechts kemudian digunakan dan
didokumentasikan diterima sebagai istilah teknis yurdis sampai
sekarang
PENEMUAN HUKUM ADAT
masyarakat apabila ditanya mengenai hukum, jawabannya menyebut Hukum Agama (Islam) atau
hukum undang-undang dan apabila ditanya tentang apa kebiasaannya barulah mereka menjelaskan
tentang hukum adat

Kesadaran Barat Kesadaran Timur


1. Tahun 1500 – 1800 Hukum Adat masih 1. Dimulai tahun 1918 orang Indonesia
dalam artian sempit. menyadari adanya hukum adat sebagai
2. Tahun 1783 – 1865 orientasi pertama di hukum sendiri yang paling baik untuk
lapangan Hukum Adat. memenuhi kebutuhan hidupnya.
3. Tahun 1865 – 1900 Hukum Adat Masih 2. Hukum adat “diketemukan” sebagai hukum
ditafsirkan keliru. yang memang ada dan hidup
4. Sesudah tahun 1900 Hukum adat diselidiki ditengahtengah rakyat, dihayati secara
secara sistematis dan menjalankannya langsung setiap hari dan dipergunakan
dalam perundang-undangan, dalam menyelesaikan setiap persoalan
pemerintahan dan peradilan. Hukum adat yang terjadi di masyarakat.
dalam istilah ilmu pengetahuan hukum 3. Hukum adat sebaiknya disampaikan
sebagai “diketemukan”  penemuan dengan alam pikiran timur (wawasan
hukum, dan kemudian dirumuskan oleh Nusantara) dan menjadi dasar alam pkir
orang barat, yang berarti diinformasikan kesadaran Nasional mengenai hukum
alam bahasa barat dan alam pikiran barat adat, sehingga kita dapat membina
terhadap alam pikiran orang Timur (cara kebudayaan nasional yang senafas dan
berpikir hukum adat). seirama dengan kepribadian bangsa kita
sendiri.
DALAM PERUNDANG-UNDANGAN HINDIA BELANDA HUKUM
ADAT DIKENAL DALAM BERBAGAI ISTILAH/PENYEBUTAN

1. Dalam A.B. (Algemene Bepalingen van Wetgeving) pasal 11 dipakai istilah “Godsdientige
Wetten, Volksinstellingen En Gebruiken” Peraturan-perturan keagamaan, lembaga-lembaga
Rakyat dan kebiasaan-kebiasaan).
2. Dalam R.R. 1854 pasal 75 ayat 3: “Godsdientige Wetten, Instellingen En Gebruiken”
(Peraturan-perturan Keagamaan, Lembaga-lembaga dan kebiasaan).
3. Dalam I.S. (Indische Staatsregeling = Peraturan Hukum Negara Belanda semacam UUD bagi
Hindia Belanda) pasal 128 ayat 4: “Instellingen des Volks” (Lembaga-lembaga dari rakyat).
4. Dalam I.S. pasal 131 ayat 2, sub b: “Met Hunne Godsdienten en Gewoonten Samenhangende
Rechts Regelen” (Aturan-aturan hukum yang berhubungan dengan agama-agama dan
kebiasan-kebiasaan mereka.
5. Dalam R.R. 1854 pasal 78 ayat 2: ‘Godsdientige Wetten en Oude Herkomsten” (Peraturan-
peraturan keagamaan dan naluri-naluri).
6. S. 1929 No. 221 jo. 487: “Adat-Recht” (Hukum Adat) Iman Sudiyat, 1981:1 – 2).

• Ajaran Situation Gebundenheid (Karl Manheim)


• Ajaran Historische Bepalheid (Hora Sicana)
Teori Receptio In Complexu (Salmon Keyser dan Van Den Berg)
Teori Receptio sebagian (Van Vollenhoven)
Komentar atas teori Van Vollenhoven  teori iblis (Hazairin)
HUKUM ADAT DALAM PANDANGAN PARA SARJANA HUKUM
Dalam kuliah ini disajikan 3 pendapat sarjana yang dipandang representatif untuk mendekripsikan
Hukum Adat dalam perspektif yang obyektif (Van Vollenhoven, Ter Haar, Bzn, Djojodigoeno)

VAN VOLLENHOVEN

Adatrecht
Keseluruhan aturan tingkah laku positif, yang disatu pihak mempunyai sanksi (oleh karena itu “hukum”)
dan dipihak lain dalam keadaan tidak dikodifikaskan (oleh karena itu “adat”).

Menjelaskan mengenai hukum terlebih dahulu (genusditerangkan) baru kemudian mengenai adat
(speciesmenerangkan)

Definisi atau batasan merupakan konsep yang menjelaskan sesuatu fenomena dengan berangkat dari
Konsep yang bersifat umum, kemudian dilakukan pembatasan dengan ciri-ciri yang bersifat khusus,
Sehingga diperoleh penjelasan yang konkrit.
Unsur-unsur:
1. Keseluruhan aturan tingkah laku (meliputi: asli 19 lingkungan hukum, agama, tertulis, td tertulis).
2. Positif (formalisme  prosedural).
3. Mempunyai sanksi (introduksi pengertian hukum barat  4 konsep norma dan membedakan
mana hukum dan yang bukan hukum.
4. Dalam keadaan idak dikodifikasikan (pembukuan hukum: sistematis, lengkap, bulat dan tuntas)

Berdampak positif dan negatif


Positif: Pengakuan, kamar adat, ilmu hukum adat
Negatif: introduksi pemikiran barat, distorsi nasionalisme (individualisme)
B. Ter Haar Bzn
introdusir pemikiran Common Law System dengan penyesuaian dan indikator pembeda hukum dan
bukan hukum dengan konsep yang didasarkan pada ajaran keputusan. Perlu diingat perbedaan
antara sistim :Precedent” di Inggris dengan Sistim “Yurisprudensi” yang dianut di Indonesia.

“Beslissingenleer” (ajaran keputusan)


Tulisan tahun 1930 dan direvisi tahun 1937 (Iman Sudiyat, 1981)

1. Hukum adat lahir dan dipelihara oleh keputusan-keputusan: keputusan para warga
masyarakat hukum, terutama keputusan berwibawa darikepala-kepala rakyat yang membantu
pelaksanaan perbuatan-perbuatan hukum; atau dalam pertentangan kepentingan oleh
keputusan para Hakim yang bertugas mengadili sengketa, sepanjang keputusan-kepuusan itu
– karena kesewenangan atau kurang pengertian – tidak bertentangan dengan keyakinan
hukum rakyat, diterima/diakui atau setidak-tidaknya ditoleransikan olehnya.
2. Hukum adat itu – dengan mengabaikan bagian-bagiannya yang tertulis yang terdiri dari
peraturan-peraturan desa, surat-surat perintah raja – adalah keseluruhan peraturan yang
menjelma dalam keputusan-keptusan para Fungsionaris Hukum (dalam arti luas) yang
mempunai wibawa (macht, authority) serta pengaruh dan dipatuhi dengan sepenuh hati.
(Fungsionaris disini terbatas pada 2 kekuasaan, yaitu Eksekutif dan Yudikatif). Dengan
demkian Hukum Adat yang berlaku itu hanya dapat diketahui dan dilihat dalam bentuk
keputusan-keputusan para fungsionarishukum; bukan saja para Hakim, tetapi juga kepala
adat, rapat desa, wali tanah, petugas-petugas dilapangan agama, petugas-petugas desa
lainnya. Keputusan itu bukan saja mengenai suatu sengketa yang resmi, tetapi juga diluar itu
berdasarkan kerukunan (musyawarah). Keputusan-keputusan itu diambil berdasarkan nilai-
nilai yang hidup sesuai dengan alam rohani dan hidup kemasyarakatan anggota-anggota
persekutuan itu.
SKEMA “BESLISSINGENLEER”
PENDAPAT TAHUN 1930 AN REVISI TAHUN 1937

Keputusan para
warga masyarakat
K
E Perbuatan hukum
Keputusan
P
Kepala Rakyat
U
Kesadaran hukum
T
rakyat
U
S
A
N Sengketa Keputusan Hakim

• Hukum Adat itu – mengabaikan bagian yang tertulis (peraturan-peraturan desa dan surat
perintah Raja).
• Keputusan para Fungsionaris Hukum (dalam arti luas) yang punya wibawa (macht, authoriy) --.
Eksekutif dan Yudikatif.
• Keputusa Eksekutif: Kepala adat, rapat desa, wali tanah, petugas agama dan petugas lainnya.
• Keputusan Yudikatif: para Hakim pada waktu mengadili suatu perkara.
BINGKAI SISTIMATIKA HUKUM ADAT
(Pendapat Van Vollenhoven dan Ter Haar)

• Kesadaran bahwa mereka adalah orang belanda (orang asing).


• Tidak paham aspek substansial (falsafah) dari Hukum Adat.
• Pemikirannya diformat dalam suatu bingkai (pigura)  suatu sistimatika hukum adat.
• Aspek isinya (substansialnya) diserahkan pada orang (sarjana) Indonesia sendiri.
• Tiap-tiap hukum merupakan suatu sistim, yaitu peraturan-peraturannya merupakan suatu
kebulatan berdasar atas kesatuan alam pikir;begitu pula Hukum Adat. Untuk memahami Hukum
Adat orang harus menyelami alam pikiran yang hidup di dalam masyarakat Indonesia.
• Masyarakat Adat  bersifat Kolektivistis.
• Masyarakat Barat  bersifat rasionalistis dan individualistis.

Hukum memiliki hubungan fungsional dengan masarakatnya, masyarakat individualistis


 hukumnya akan bercorak individualistis, dan masyarakat kolektvistis  maka
hukumnya akan bercorak kolektivistis pula.

Sistimatika KUHPerdata (BW)

1. tentang orang
2. Tentang benda
3. Tentang perikatan/perjanjian
4. Tentang pembuktian dan daluwarsa
SISTIMATIKA HUKUM ADAT
VAN VOLLENHOVEN B. TER HAAR, Bzn.
Meneliti masyarakat Minangkabau Meneliti masyarakat Jawa
Masyarakat Genealogis Masyarakat Teritorial
(Ketunggalan Silsilah) (Ketunggalan Wilayah)
1. Bentuk susunan persekutuan hukum di 1. Lukisan dasatr-dasar susunan rakyat
lapangan rakyat: desa, nagari, negara, (Volks Ordering).
huta, kuria, marga.
2. Hukum Family 2. Dasar-dasar sistim hukum tanah dan
perbuatan hukum yang berhubungan
dengan tanah.
3. Hukum Perkawinan 3. Dasar-dasar hukum utang piutang dan
dasar-dasar hubungan antara satu dengan
lainnya
4. Hukum Waris 4. Hukum Family

5. Hukum Tanah dan Air 5. Hukum Perkawinan

6. Hukum Harta Benda lain daripada Tanah 6. Hukum Waris


dan Air (hukum utang piutang).
7. Hukum Pelanggaran 7. Hukum Adat Pelanggaran (Delik Adat)
DJOJODIGOENO
“ Hukum adalah suatu karya masyarakat tertentu
yang bertujuan tata yang adil dalam tingkah laku dan perbuatan orang,
dalam perhubungan pamrihnya, serta kesejahteraan masyarakat itu sendiri
Yang menjadi substratumnya (dasarnya/alasnya)

UNSUR-UNSUR:
• Karya masyarakat tertentu
hukum adalah budaya, agama tidak termasuk, ubi societas ibi ius, Volkgeist/geestestruktuur.
• Yang bertujuan tata yang adil
nilai antinomi, orientasi tata, kepastian hukum, tetapi utamakan adil.
• Dalam tingkah laku dan perbuatan orang
konsep tingkah laku dan konsep perbuatan, serta konsep orang.
• Dalam perhubungan pamrihnya
hukum tidak menyentuh aspek guyub atau batin seseorang (gemeinschaft dan gesselschaft).
• Serta kesejahteraan masyarakat itu sendiri yang menjadisubstratumnya.
prinsip hukum adat adalah bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya.
CAKUPAN HUKUM
1. Perundang-undangan.
2. Yurisprudensi.
3. Keputusan pejabat kekuasaan
RANGKAIAN UGERAN Lainnya, serta keputusan
Kekuasaan negara Kekuasaan yang tertinggi dari
Negara  perang, perjanjian,
Perdamaian.
HUKUM
Merupakan ugeran/
Kristalisasi
nilai-nilai
1. Tingkah laku adat kebiasaan.
2. Keputusan rakyat melalui
BUKAN lembaga-lembaga kemasyara-
RANGKAIAN UGERAN Katan, yaitu: rukun kampung,
Pernyataan rakyat Lembaga pelayatan yang men-
Jadi adat kebiasaan.
3. Pemberontakan.
Paradigma Hukum
NILAI
IUS
ABSTRAK
CONSTITUENDUM
ASAS-ASAS

IUS NORMA
KONKRIT
CONSTITUTUM
PERBUATAN

Gambar diatas merupakan gambaran konstruksi paradigma hukum tertulis, sedangkan untuk
paradigma hukum tidak tertulis cukup diilangkan unsur norma

• Hukum bukan dilafalkan oleh peraturan


• Hukum positif, dalam arti hukum yang berlaku pada waktu tertentu dalam suatu
masyarakat tertentu
• Hukum yang berlaku kini dan disini, hic et nune adalah : ius constituendum, dan bukan
ius constitutum
• Ius constitutum hanya merupakan berkas saja (mayat, layon teori), merupakan
pernyataan waktu yang lampau
• Hukum sebagai gejala masyarkat, yang bergerak dinamis (social change)
• Konsep living law (hukum yang hidup) dan implisit law.
Tugas diskusi
• Perbandingan efektifitas hukum undang-undang
dengan hukum adat dalam masyarakat

• Landasan pemikiran hukum adat sebagai hukum


tidak tertulis ditaati oleh masyarakat

• Hambatan-hambatan berlakunya hukum


undang-udang dalam masyarakat
SIFAT UMUM HUKUM ADAT
F.D. HOLLEMAN
Pandangan nilai yang dikandung dalam Hukum Adat adalah pandangan menurut cara berpikir hukum alam, pandangan
bahwa manusia merupakan bagian dari alam semesta (Makro Kosmos)

• MAGISCH RELIGIEUS(RELIGIO MAGIS)


Pembulatan atau perpaduan kata yang mengandung unsur beberapa sifat atau cara
berpikir seperti pre logika (irrational – rational)
• COMMUN (KOMUNAL)
sifat yang mendahuluka kepentingan umum daripada kepentingan diri sendiri.
• CONTANT (TUNAI)
prestasi dan contraprestasi dilakukan sekaligus (bersamaan).
• VISUAL (KONKRIT)
setiap perbuaan diwujudkan dengan suatu bukti/simbolisasi  panjar.

Pertanyaan yang timbul adalah:


1. Apakah sifat – sifat tersebut masih ada sampai sekarang?
2. Apakah ada korelasi antara sifat umum hukum adat tersebut dengan type masyarakat ?
PROSES TERBENTUKNYA HUKUM ADAT
Hanya bisa dijelaskan dengan membuat suatu konstruksi logika (teori)

• SISTEM KEKERABATAN • TERBENTUKNYA HUKUM ADAT

TANPA POLA CARA

MATRILINEAL KEBIASAAN

PATRILINEAL TATA KELAKUAN

PARENTAL ADAT

Proses terbentuknya hukum adat terjadi secara:


EVOLUSI: terjadi secara bertahap seperti dalam skema diatas
REVOLUSI: melalui suatu penetapan karena adanya hal baru
ISTILAH HUKUM ADAT
Variasi penyebutan yang menunjukan ruang lingkupnya (konteksnya)

• Adat Istiadat
Kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat dengan tidak difikirkan asal usulnya dan
merupakan kebiasaan yang dimulai sejak nenek moyang (Toverking = bulatan yang
tidak diketahui ujung pangkalnya  statis ------Van Vollenhoven)
• Adat Nan Teradat
adat baru timbul yang betentangan dengan adat lama, masyarakat menerima adat
baru tersebut, karena itu tumbuh menjadi hukum adat  Hukum Adat tumbuh secara
evolusi seperti tumbuhnya padi.
• Adat Nan Diadatkan.
adat yang menjadi hukum adat adala karena keputusan-keputusan dari Hakim atau
pejabat (tetua adat) yang berwenang (revolusi).
HUKUM ADAT & TRADISI
Menurut pendapat Van Vollenhoven

Hukum Adat Tradisi

• Berorientasi pada hal-hal yang baik, • Tidak berorientasi pada hal itu baik atau
artinya terhadap hal-hal yang tidak baik tidak baik untuk dilakukan, arrtinya
menurut masyarakat maka perilaku tradisi tersebut akan selalu dilakukan
tesebut akan ditinggalkan. Hukum Adat oleh masyarakat, dan tidak berpikir itu
akan mati, menjadi tidak ditaati lagi oleh baik atau tidak baik.
masyarakat.
• Irrational dan didasarkan pada legenda
• Rational, artinya walau Hukum Adat atau mitos, artinya tradisi itu terjadi
sering dilihat sebagai suatu yang karrna suatu mitos atau legenda
irrational, akan tetapi hukum adat akan sehingga bersifat irrational. Seperti
selalu berkembang mengikuti upacara-upacara tradisional yang
pekembangan rational dari dilakukan oleh masyarakat (labuhan
masyarakatnya. dilaut, dsb.).

• Bersifat dinamis dan progresif (plastis), • Bersifat statis, artinya perilaku tradisi
artinya Hukum Adat akan selalu tersebut selalu dilakukan demikian
mengikuti perkembangan masyarakat dengan tanpa perubahan. Tidak
dan berorientasi pada kemajuan, terpengaruh oleh perkembangan jaman.
sehingga Hukum Adat bersifat plastis
luwes dalam rangka menyelesaikan
segala permasalahan masyarakat.
SUMBER HUKUM DAN DASAR HUKUM

• Sumber Hukum
Bahan untuk membuat hukum; asal tempat diketemukannya hukum.
• Dasar Hukum
Yang menjadikan suatu ketentuan hukum menjadi sah, berlaku, mempunyai kekuatan hukum,
kekuatan normatif atau efektif, adanya kesesuaian.
• Filosofis
Berorientasi pada pandangan tentang nlai-nilai yang hidup dalam masyarakat, tentang apa yang
baik dan yang tidak baik.
Kristalisasinya adalah budaya (kultur) sebagai simbolisasi jiwa/semangat rakyat (volkgeist) atau
struktur alam pikir (geestesstructuur).
• Yuridis
Berorientasi pada pengertian sah, berlaku dan prosedural, formal normatif sebagai hukum positif
dan tertib hukum.
Suatu pandangan hukum yang dapat dijelaskan dengan mengikuti cara berpikir aliran Hukum
Murni (Hans Kelsen).
• Sosiologis
Berorientsi pada faktor empiris (sosial ekonomi) dalam kehidupan masyarakat (perkembangan
ekonomi, pengangguran, industri, perilaku individu dan lainya.
SKEMA SUMBER DAN DASAR HUKUM

FILOSOFIS

SUMBER DASAR
YURIDIS HUKUM
HUKUM

SOSIOLOGIS

MENURUT PERSPEKTIF SOSIOLOGIS, HUKUM ITU BERFUNGSI SEBAGAI:


SOCIAL ENGINEERING, SOCIAL CONTROL, SOCIAL EMPOWERING
EFEKTIFITAS HUKUM
MANA LEBIH DITAATI ANTARA UU DIBANDINGKAN HUKUM ADAT

HUKUM (UU)

• INDUKSI
• DEDUKSI
• NASKAH AKADEMIK
• SOSIALISASI HUKUM
• RUU
• STRUKTURALISASI
• UJI PUBLIK
• INTERNALISASI

MASYARAKAT
KONSEP MASYARAKAT (1)

• KOMUNITAS: Suatu kesatuan wilayah yang merupakan


suatu kesatuan adat istiadat, rasa identitas, rasa
solidaritas, yang merupakan ciri-ciri dan pangkal
patriotisme dan nasionalisme (ada ikatan wilayah dan
kesadaran wilayah).
• Sering pengertian Komunitas dengan pengertian
Masyarakat menjadi tumpang tindih, karena masyarakat
terlihat sebagai komunitas dan komunitas terlihat
sebagai masyareakat. Dalam hal ini yang perlu
diperhatikan adalah komunitas terlihat pada cirinya
adanya ikatan wilayah dan kesadaran wilayah)  ada
rasa sentimen diantara mereka.
KONSEP MASYARAKAT (2)
Merupakan dasar pemikiran mengenai masyarakat hukum

T NEGARA
D

T
E KOTA
R
M A ARTI
T KOMUNITAS DESA
A LUAS
U
S R
Y RUKUN
A WILAYAH
R
SUKU RUKUN
A
K TETANGGA
A T
T E MARGA
R
A ARTI
T SEMPIT
U CLAN
R

DSB
MASYARAKAT HUKUM

VAN VOLLENHOVEN
MASYARAKAT HUKUM ADALAH SUATU KESATUAN KEMASYARAKATAN
YANG MEMPUNYAI WIBAWA (AUTHORITY) DI DALAM PEMBENTUKAN
DAN PELAKSANAAN SERTA PEMBINAAN HUKUM ITU SENDIRI.
TER HAAr Bzn.
Masyarakat hukum bukanlah badan hukum biasa, melainkan badan hukum
yang mempunyai kewibawaan dalam kreasi, pelaksanaan dan pemeliharaan hukum, sebab:
selaku masyarakat perlengkapannya disebut pejabat-pejabat kewibawaan;
masyarakat hukum dilawankan dengan subyek hukum.

Masyarakat hukum digambarkan sebagai suatu kelompok teratur yang bersifat


tetap dengan tata urusan sendiri dan harta benda serta harta cita sendiri

CIRI-CIRI ATAU UNSUR-UNSUR MASYARAKAT HUKUM


1. ada organisasi yang selenggarakan kepengurusan masyarakat (Pemerintahan berwibawa);
2. sistem norma yang berlaku sebagai pengikat dan pengendali masyarakatnya;
3. wilayah sebagai “ajang hidup”nya atau tempat hidup dari masyarakatnya;
4. memiliki harta kekayaan sendiri, dapat berupa harta benda dan harta cita (budaya).

Menurut Ter Haar sebagai contohnya adalah: persekutuan wilayah, gabungan


desa-desa, terutama adalah desa.
DESA
Merupakan kesatuan kemasyarakatan atas dasar ketunggalan wilayah atau
territorial, yang anggotanya dalam organisasi didasarkan atas tradisi yang
hidup dalam suasana rakyat, yang mempunyai badan tata urusan pusat
yang berwibawa siseluruh lingkungan wilayahnya (jangan disamakan
pengertian Desa dengan Desa atau kalurahan menurut UU).

FUNGSI DESA

• Merupakan subyek hak purba (hak ulayat, hak pertuanan, beschikkingrechts) atas
tanah dan air, yangf merupakan wilayahnya.
• merupakan masyarakat hukum yang paling utama, dalam arti; badan hukum yang
berwibawa dalam perkembangan dan poemeliharaan Hukum Adat.
PERSEKUTUAN HUKUM
JUGA DISEBUT MASYARAKAT HUKUM

Atas dasar hubungan Atas dasar hubungan Atas dasar gabungan


genealogis ketunggalan wilayah genealogis dan territorial

1. Bersifat unilateral, dalam 1. Persekutuan desa (desa Persekutuan hukum yang


bentuk masyarakat sentrealisasi)  di tebentuk karena gabungan
dengan sistem Jawa dan Bali. antara faktor hubungan
kekerabatan Patrilineal 2. Persekutuan Daerah genealogis dan territorial, hal
dan Matrilineal; (Desa desentralisasi)  ini terjadi sebagai akibat
2. Bersifat bilateral, dalam di Sumatera selatan “mencar”nya atau tersebar
bentuk Rumpun dan dengan marga dan masyarakat genealogis dan
keluarga; dusun-dusun dan berdiam pada masyarakat
3. Altenerend dan Double kalurahan di territorial.  masyarakat
Unilateral; yogyakarta; Batak atau Minangkabau yang
3. Perserikatan Desa tinggal di Jawa.
(kepentingan bersama)
 atas dasar perjanjian
atau serikat dari desa-
desa yang berdekatan
 tentang air.
SKEMA
DASAR PEMBENTUKAN MASYARAKAT
DASAR
PEMBENTUKAN MASYARAKAT

KETUNGGALAN WILAYAH KETUNGGALAN SILSILAH


(TERITORIAL) (GENEALOGIS)

• NEGARA HUBUNGAN
KEWANGSAAN
• KOTA SILSILAH
• DESA
• RUKUN WILAYAH
• RUKUN TETANGGA
HUBUNGAN DARAH

• PATRILINEAL
• MATRILINEAL
ANAK, CUCU, BUYUT, CANGGAH, WARENG,
• PARENTAL
UDEG-UDEG GANTUNG SIWUR, PETARANGAN BUBRAH
HUBUNGAN GENEALOGIS
PATRILINEAL
• Kesatuan kemasyarakatan yang organisasinya terbentuk atas dasar hubungan
genealogis merunut garis keturunan laki-laki (Patri = bapak; lini = garis).
• Kesatuan masyarakatnya biasanya menggunakan nama keluarga (marga) laki-
laki.
• Anggota utama adalah anak laki-laki,sedangkan anak perempuan bila menkah
akan meninggalnya marga.
• Perkawinannya dengan sistem “pembayaran jujur”, artinya pihak wanita dibeli
oleh pihak suami, dan ikut masuk kedalam marga suaminya dan biasanya
dengan sistem “asymetris connubium”  Dalian Ana Tolu ( di Batak).
• Anak laki-laki menjadi penerus silsilah.
• Ada larangan kawin semarga (exogam marga).
• Kehidupan keluarga ditopang oleh harta pusaka, dalam konstruksinya bersifat
komunalistik.
• Anak laki-laki menjadi ahli waris, sebaliknya anak perempuan tidak mewaris.
• Perekembangan terjadi dengan munculnya harta pencarian sebagai embrio
harta besama (bersifat individual  anak perempuan dapat ikut menerima
warisan).
HUBUNGAN GENEALOGIS
MATRILINEAL

• Kesatuan kemasyarakatan yang organisasinya didasarkan atas garis keturunan


perempuan (matri = ibu; lini = garis)  Minangkabau dengan sistem buah
paruik (buah perut).
• Kesatuan kemasyarakatannya menggunakan bentuk Clan (kaum), dan di
Minangkabau ada Clan Piliang dan Clan Caniago.
• Perkawinan mengunakan sistem “semenda”, artinya tidak memutuskan
hubungan dengan kaum/clan orang tuanya. Walau dalam hal ini di
Minangkabau ada sistem “uang Japuik” menjemput suami.
• Anggota utama adalah perempuan dan anak perempuan sebagai penerus
silsilahnya.
• Solidaritas terjadi antara anak-anak (laki-laki dan perempuan) dengan ibu dan
para pamannya, sedankan dengan bapaknya secara kelembagaan tidak ada
hubngan.
• Kehidupan kaum ditopang dengan harta kaum.
• Perkembangan munculnya harta suarang” sebagai embrio harta bersama.
HUBUNGAN GENEALOGIS
PARENTAL

• Kesatuan kemasyarakatan yang organisasinya didasarkan atas hubungan garis


keturunan bapa dan ibu (parent = kedua orang tua).
• Kesatuan kemasyarakatan besar disebut “Trah” dan kesatuan kemasyarakatan
yang terkecil disebut “Keluarga”.
• Perkawinannya menggunakan sistim “semenda”.
• Anggota kesatuan kemasyarakatannya adalah anggota laki-laki dan perempuan
dan anak-anak menjadi penerus silsilah.
• Setiap individu (ego) memiliki dua hubungan genelogis, dari jalur bapak dan
jalur ibu.
• Kehidupan keluarga ditopang oleh harta keluarga yang terdiri atas harta asal
suami, harta asal isteri dan harta bersama.
• Ada tujuh derajat keanggotaan silsilah dimulai dari anak (sederajat adalah
saudara “misan” dan saudara “mindo”), cucu, buyut (cicit), canggah, wareng,
udeg-udeg gantung siwur dan petarangan bubrah.
MAKNA KONSEKUENSI
HUBUNGAN KEWANGSAAN DAN SILSILAH

Hubungan Wangsa Hubungan Silsilah


1. Daya pemecah kearah saudara seayah – 1. Daya penggabung membentuk kolektivitas.
seibu. 2. Solidaritas kuat, timbul rasa ber”kita”.
2. Solidaritas individual dan bersifat kasus, 3. Merupakan unsur pembangun organisasi,
jauh–dekat. lineage (tidak berorganisasi) dan clan
3. Tidak merupakan unsur pembangun (berorganisasi).
organisasi. 4. Menentukan status sosial dan hak dalam
4. Tidak menghasilkan strata sosial organisasi/masyarakat bagi seseorang
sebagaimana dalam ketunggalan silsilah. yang menjadi anggota asal (asli) dan
pendatang.

Suatu komunitas dapat terbentuk atas dasar hubungan genealogis,


di samping yang terbentuk atas dasar ketunggalan wilayah (territorial).
Dalam hal ini perlu diberikan suatu pemahaman mengenai aspek yang terkait
dalam konteks hubungan genealogis ini, yaitu : hubungan darah
atau hubungan “kewangsaan” dan hubungan silsilah
(“lineage”, “clanship “ = kesukuan).
Terima kasih
• Selamat ujian semoga sukses
• Ingat pahami dulu pertanyaannya dan
barulah dijawab apa yang ditanyakan.
• Jawaban cukup singkat saja jangan
mendongeng.
• Jangan jadi beo,jawablah dengan cara
berpikir analisis anda sendiri.
• Jangan menyontek dari buku & catatan.

Anda mungkin juga menyukai