Kuliah Hukum Adat 2
Kuliah Hukum Adat 2
2 SKS
• 2 SKS,pengajarnya 2 orang tiap kelas.
• Tim pengajar:
1. Trusto Subekti, SH, MHum.
2. Rochati, SH, MHum.
3. Hj. Siti Muflichah, SH, MH.
• MetodePembelajaran:
1. diskusi dan partisipasi aktif.
2. bersifat analisis (pisau analisa).
3. mahasiswa wajib memiliki diktat kuliah.
• Metode Penilaian:
1. tugas terstruktur dan ujian sisipan/utama.
2. ujian bersifat open book (bukan beo).
• Disiplin dan tertip serta sopan.
• Dihimbau masuk kelas sebelum dosen datang.
HUKUM ADAT
• Pendekatan Bahasa
Hukum = Genus/umum/ruang lingkup/Diterangkan.
Adat = Species/khusus/bagian/Menerangkan.
• Pendekatan Hukum Sebagai Model
1. Sistem Hukum Anglo Saxon (Common Law System) Kebiasaan.
2. Sistem Hukum Eropa Kontinental (Civil Law System) Kodifikasi.
3. Sistem Hukum Negara-negara Sosialis.
4. Sistem Hukum berbasis Agama.
• Pendekatan Bentuk Hukum
Prof. Soepomo: Hukum Tertulis (UU) adalah hukum yang dibuat melalui prosedur dan
teknis pembuatan peraturan perundang-undangan.
• Pendekatan Cara Berpikir Hukum
1. Ius Constituendum dan Ius Constitutum.
2. Paradigma Hukum: NILAI ASAS-ASAS NORMA PERBUATAN
DASAR HUKUM
ARTI PENTING PASAL II AP UUD 1945
BAGI TATA HUKUM REPUBLIK INDNESIA
• Merdeka memiliki arti sebagai penjebolan tata hukum Hindia Belanda untuk diganti dengan
tata hukum Republik Indonesia.
• Merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 dan UUD 1945 baru lahir pada tangal 18 Agustus
1945.
• Bertujuan mengisi kekosongan hukum.
• Berlakunya Tata hukum Hindia Belanda dalam Tata hukum Republik Indonesia, dan
bersifatsementara sampai dengan dibuatnya peraturan perundang-undangan atas dasar
UUD 1945.
• Tata hukum Hindia Belanda terdiri atas:
1. Sistim Hukum Tertulis (Hukum Barat).
2. Sistim Hukum Tidak Tertulis (Hukum Adat dan Hukum Islam)
• Politik Hukum pergolongan rakyat masih berlku untuk sementara.
Bagaimana analisisnya:
1. Seseorang yang memiliki harta kekayaan semasa Tt hk. Hindia Belanda setelah merdeka.
2. Status hukum pernikahan yg dilakukan sebelum merdeka.
3. Status hukum napi/status hukum jabatan pamong yang ditetapkan sebelum merdeka.
Deskriptif
Dasar Hukum Berlakunya Hukum Adat
KERANGKANYA:
UUD 1945
Hukum Pokok atau Kodifikasi-kodifikasi
Hukum sektoral, yaitu peraturan-peraturan hukum
yang secara khusus mengatur sektor-sektor
pembangunan sebagaimana dikemukakan oleh
GBHN
POSISI HUKUM ADAT DALAM
HUKUM POSITIF DI INDONESIA
Sistim Hukum Sistim Hukum
Pemerintah Hindia Belanda Republik Indoneia
(Indische Staatsregeling) (Pancasila dan UUD 1945)
1. Sebagai sinonim dari hukum yang tidak tertulis di dalam peraturan legislatif
(Unstatory Law).
2. Sebagai hukum yang hidup sebagai konvensi di badan-badan hukum
negara (Convention).
3. Sebagai hukum yang timbul karena putusan-putusan Hakim (Judge Made
Law).
4. Sebagai hukum yang hidup sebagai peraturan kebiasaan yang
dipertahankan di dalam pergaulan hidup, baik di kota-kota maupun di desa-
desa (Customary).
ORIENTASI HUKUM ADAT
Dalam cara berpikir sistem dalam tata hukum Republik Indonesia, orientasi hukumnya
pada hukum tertulis, dan hukum adat sebagai hukum tidak tertulis berposisi sebagai
melengkapi.
Undang-Undang Undang-Undang
Undang-Undang Perjanjian
POSISI DIKONSEPSIKAN
SEBAGAI
• Ilmu Pengetahuan • Ilmu untuk Ilmu
• Ilmu untuk Masyarakat
Catatan tentang kebiasaan (adat) tersebut Istilah Adat Rechts kemudian digunakan dan
didokumentasikan diterima sebagai istilah teknis yurdis sampai
sekarang
PENEMUAN HUKUM ADAT
masyarakat apabila ditanya mengenai hukum, jawabannya menyebut Hukum Agama (Islam) atau
hukum undang-undang dan apabila ditanya tentang apa kebiasaannya barulah mereka menjelaskan
tentang hukum adat
1. Dalam A.B. (Algemene Bepalingen van Wetgeving) pasal 11 dipakai istilah “Godsdientige
Wetten, Volksinstellingen En Gebruiken” Peraturan-perturan keagamaan, lembaga-lembaga
Rakyat dan kebiasaan-kebiasaan).
2. Dalam R.R. 1854 pasal 75 ayat 3: “Godsdientige Wetten, Instellingen En Gebruiken”
(Peraturan-perturan Keagamaan, Lembaga-lembaga dan kebiasaan).
3. Dalam I.S. (Indische Staatsregeling = Peraturan Hukum Negara Belanda semacam UUD bagi
Hindia Belanda) pasal 128 ayat 4: “Instellingen des Volks” (Lembaga-lembaga dari rakyat).
4. Dalam I.S. pasal 131 ayat 2, sub b: “Met Hunne Godsdienten en Gewoonten Samenhangende
Rechts Regelen” (Aturan-aturan hukum yang berhubungan dengan agama-agama dan
kebiasan-kebiasaan mereka.
5. Dalam R.R. 1854 pasal 78 ayat 2: ‘Godsdientige Wetten en Oude Herkomsten” (Peraturan-
peraturan keagamaan dan naluri-naluri).
6. S. 1929 No. 221 jo. 487: “Adat-Recht” (Hukum Adat) Iman Sudiyat, 1981:1 – 2).
VAN VOLLENHOVEN
Adatrecht
Keseluruhan aturan tingkah laku positif, yang disatu pihak mempunyai sanksi (oleh karena itu “hukum”)
dan dipihak lain dalam keadaan tidak dikodifikaskan (oleh karena itu “adat”).
Menjelaskan mengenai hukum terlebih dahulu (genusditerangkan) baru kemudian mengenai adat
(speciesmenerangkan)
Definisi atau batasan merupakan konsep yang menjelaskan sesuatu fenomena dengan berangkat dari
Konsep yang bersifat umum, kemudian dilakukan pembatasan dengan ciri-ciri yang bersifat khusus,
Sehingga diperoleh penjelasan yang konkrit.
Unsur-unsur:
1. Keseluruhan aturan tingkah laku (meliputi: asli 19 lingkungan hukum, agama, tertulis, td tertulis).
2. Positif (formalisme prosedural).
3. Mempunyai sanksi (introduksi pengertian hukum barat 4 konsep norma dan membedakan
mana hukum dan yang bukan hukum.
4. Dalam keadaan idak dikodifikasikan (pembukuan hukum: sistematis, lengkap, bulat dan tuntas)
1. Hukum adat lahir dan dipelihara oleh keputusan-keputusan: keputusan para warga
masyarakat hukum, terutama keputusan berwibawa darikepala-kepala rakyat yang membantu
pelaksanaan perbuatan-perbuatan hukum; atau dalam pertentangan kepentingan oleh
keputusan para Hakim yang bertugas mengadili sengketa, sepanjang keputusan-kepuusan itu
– karena kesewenangan atau kurang pengertian – tidak bertentangan dengan keyakinan
hukum rakyat, diterima/diakui atau setidak-tidaknya ditoleransikan olehnya.
2. Hukum adat itu – dengan mengabaikan bagian-bagiannya yang tertulis yang terdiri dari
peraturan-peraturan desa, surat-surat perintah raja – adalah keseluruhan peraturan yang
menjelma dalam keputusan-keptusan para Fungsionaris Hukum (dalam arti luas) yang
mempunai wibawa (macht, authority) serta pengaruh dan dipatuhi dengan sepenuh hati.
(Fungsionaris disini terbatas pada 2 kekuasaan, yaitu Eksekutif dan Yudikatif). Dengan
demkian Hukum Adat yang berlaku itu hanya dapat diketahui dan dilihat dalam bentuk
keputusan-keputusan para fungsionarishukum; bukan saja para Hakim, tetapi juga kepala
adat, rapat desa, wali tanah, petugas-petugas dilapangan agama, petugas-petugas desa
lainnya. Keputusan itu bukan saja mengenai suatu sengketa yang resmi, tetapi juga diluar itu
berdasarkan kerukunan (musyawarah). Keputusan-keputusan itu diambil berdasarkan nilai-
nilai yang hidup sesuai dengan alam rohani dan hidup kemasyarakatan anggota-anggota
persekutuan itu.
SKEMA “BESLISSINGENLEER”
PENDAPAT TAHUN 1930 AN REVISI TAHUN 1937
Keputusan para
warga masyarakat
K
E Perbuatan hukum
Keputusan
P
Kepala Rakyat
U
Kesadaran hukum
T
rakyat
U
S
A
N Sengketa Keputusan Hakim
• Hukum Adat itu – mengabaikan bagian yang tertulis (peraturan-peraturan desa dan surat
perintah Raja).
• Keputusan para Fungsionaris Hukum (dalam arti luas) yang punya wibawa (macht, authoriy) --.
Eksekutif dan Yudikatif.
• Keputusa Eksekutif: Kepala adat, rapat desa, wali tanah, petugas agama dan petugas lainnya.
• Keputusan Yudikatif: para Hakim pada waktu mengadili suatu perkara.
BINGKAI SISTIMATIKA HUKUM ADAT
(Pendapat Van Vollenhoven dan Ter Haar)
1. tentang orang
2. Tentang benda
3. Tentang perikatan/perjanjian
4. Tentang pembuktian dan daluwarsa
SISTIMATIKA HUKUM ADAT
VAN VOLLENHOVEN B. TER HAAR, Bzn.
Meneliti masyarakat Minangkabau Meneliti masyarakat Jawa
Masyarakat Genealogis Masyarakat Teritorial
(Ketunggalan Silsilah) (Ketunggalan Wilayah)
1. Bentuk susunan persekutuan hukum di 1. Lukisan dasatr-dasar susunan rakyat
lapangan rakyat: desa, nagari, negara, (Volks Ordering).
huta, kuria, marga.
2. Hukum Family 2. Dasar-dasar sistim hukum tanah dan
perbuatan hukum yang berhubungan
dengan tanah.
3. Hukum Perkawinan 3. Dasar-dasar hukum utang piutang dan
dasar-dasar hubungan antara satu dengan
lainnya
4. Hukum Waris 4. Hukum Family
UNSUR-UNSUR:
• Karya masyarakat tertentu
hukum adalah budaya, agama tidak termasuk, ubi societas ibi ius, Volkgeist/geestestruktuur.
• Yang bertujuan tata yang adil
nilai antinomi, orientasi tata, kepastian hukum, tetapi utamakan adil.
• Dalam tingkah laku dan perbuatan orang
konsep tingkah laku dan konsep perbuatan, serta konsep orang.
• Dalam perhubungan pamrihnya
hukum tidak menyentuh aspek guyub atau batin seseorang (gemeinschaft dan gesselschaft).
• Serta kesejahteraan masyarakat itu sendiri yang menjadisubstratumnya.
prinsip hukum adat adalah bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya.
CAKUPAN HUKUM
1. Perundang-undangan.
2. Yurisprudensi.
3. Keputusan pejabat kekuasaan
RANGKAIAN UGERAN Lainnya, serta keputusan
Kekuasaan negara Kekuasaan yang tertinggi dari
Negara perang, perjanjian,
Perdamaian.
HUKUM
Merupakan ugeran/
Kristalisasi
nilai-nilai
1. Tingkah laku adat kebiasaan.
2. Keputusan rakyat melalui
BUKAN lembaga-lembaga kemasyara-
RANGKAIAN UGERAN Katan, yaitu: rukun kampung,
Pernyataan rakyat Lembaga pelayatan yang men-
Jadi adat kebiasaan.
3. Pemberontakan.
Paradigma Hukum
NILAI
IUS
ABSTRAK
CONSTITUENDUM
ASAS-ASAS
IUS NORMA
KONKRIT
CONSTITUTUM
PERBUATAN
Gambar diatas merupakan gambaran konstruksi paradigma hukum tertulis, sedangkan untuk
paradigma hukum tidak tertulis cukup diilangkan unsur norma
MATRILINEAL KEBIASAAN
PARENTAL ADAT
• Adat Istiadat
Kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat dengan tidak difikirkan asal usulnya dan
merupakan kebiasaan yang dimulai sejak nenek moyang (Toverking = bulatan yang
tidak diketahui ujung pangkalnya statis ------Van Vollenhoven)
• Adat Nan Teradat
adat baru timbul yang betentangan dengan adat lama, masyarakat menerima adat
baru tersebut, karena itu tumbuh menjadi hukum adat Hukum Adat tumbuh secara
evolusi seperti tumbuhnya padi.
• Adat Nan Diadatkan.
adat yang menjadi hukum adat adala karena keputusan-keputusan dari Hakim atau
pejabat (tetua adat) yang berwenang (revolusi).
HUKUM ADAT & TRADISI
Menurut pendapat Van Vollenhoven
• Berorientasi pada hal-hal yang baik, • Tidak berorientasi pada hal itu baik atau
artinya terhadap hal-hal yang tidak baik tidak baik untuk dilakukan, arrtinya
menurut masyarakat maka perilaku tradisi tersebut akan selalu dilakukan
tesebut akan ditinggalkan. Hukum Adat oleh masyarakat, dan tidak berpikir itu
akan mati, menjadi tidak ditaati lagi oleh baik atau tidak baik.
masyarakat.
• Irrational dan didasarkan pada legenda
• Rational, artinya walau Hukum Adat atau mitos, artinya tradisi itu terjadi
sering dilihat sebagai suatu yang karrna suatu mitos atau legenda
irrational, akan tetapi hukum adat akan sehingga bersifat irrational. Seperti
selalu berkembang mengikuti upacara-upacara tradisional yang
pekembangan rational dari dilakukan oleh masyarakat (labuhan
masyarakatnya. dilaut, dsb.).
• Bersifat dinamis dan progresif (plastis), • Bersifat statis, artinya perilaku tradisi
artinya Hukum Adat akan selalu tersebut selalu dilakukan demikian
mengikuti perkembangan masyarakat dengan tanpa perubahan. Tidak
dan berorientasi pada kemajuan, terpengaruh oleh perkembangan jaman.
sehingga Hukum Adat bersifat plastis
luwes dalam rangka menyelesaikan
segala permasalahan masyarakat.
SUMBER HUKUM DAN DASAR HUKUM
• Sumber Hukum
Bahan untuk membuat hukum; asal tempat diketemukannya hukum.
• Dasar Hukum
Yang menjadikan suatu ketentuan hukum menjadi sah, berlaku, mempunyai kekuatan hukum,
kekuatan normatif atau efektif, adanya kesesuaian.
• Filosofis
Berorientasi pada pandangan tentang nlai-nilai yang hidup dalam masyarakat, tentang apa yang
baik dan yang tidak baik.
Kristalisasinya adalah budaya (kultur) sebagai simbolisasi jiwa/semangat rakyat (volkgeist) atau
struktur alam pikir (geestesstructuur).
• Yuridis
Berorientasi pada pengertian sah, berlaku dan prosedural, formal normatif sebagai hukum positif
dan tertib hukum.
Suatu pandangan hukum yang dapat dijelaskan dengan mengikuti cara berpikir aliran Hukum
Murni (Hans Kelsen).
• Sosiologis
Berorientsi pada faktor empiris (sosial ekonomi) dalam kehidupan masyarakat (perkembangan
ekonomi, pengangguran, industri, perilaku individu dan lainya.
SKEMA SUMBER DAN DASAR HUKUM
FILOSOFIS
SUMBER DASAR
YURIDIS HUKUM
HUKUM
SOSIOLOGIS
HUKUM (UU)
• INDUKSI
• DEDUKSI
• NASKAH AKADEMIK
• SOSIALISASI HUKUM
• RUU
• STRUKTURALISASI
• UJI PUBLIK
• INTERNALISASI
MASYARAKAT
KONSEP MASYARAKAT (1)
T NEGARA
D
T
E KOTA
R
M A ARTI
T KOMUNITAS DESA
A LUAS
U
S R
Y RUKUN
A WILAYAH
R
SUKU RUKUN
A
K TETANGGA
A T
T E MARGA
R
A ARTI
T SEMPIT
U CLAN
R
DSB
MASYARAKAT HUKUM
VAN VOLLENHOVEN
MASYARAKAT HUKUM ADALAH SUATU KESATUAN KEMASYARAKATAN
YANG MEMPUNYAI WIBAWA (AUTHORITY) DI DALAM PEMBENTUKAN
DAN PELAKSANAAN SERTA PEMBINAAN HUKUM ITU SENDIRI.
TER HAAr Bzn.
Masyarakat hukum bukanlah badan hukum biasa, melainkan badan hukum
yang mempunyai kewibawaan dalam kreasi, pelaksanaan dan pemeliharaan hukum, sebab:
selaku masyarakat perlengkapannya disebut pejabat-pejabat kewibawaan;
masyarakat hukum dilawankan dengan subyek hukum.
FUNGSI DESA
• Merupakan subyek hak purba (hak ulayat, hak pertuanan, beschikkingrechts) atas
tanah dan air, yangf merupakan wilayahnya.
• merupakan masyarakat hukum yang paling utama, dalam arti; badan hukum yang
berwibawa dalam perkembangan dan poemeliharaan Hukum Adat.
PERSEKUTUAN HUKUM
JUGA DISEBUT MASYARAKAT HUKUM
• NEGARA HUBUNGAN
KEWANGSAAN
• KOTA SILSILAH
• DESA
• RUKUN WILAYAH
• RUKUN TETANGGA
HUBUNGAN DARAH
• PATRILINEAL
• MATRILINEAL
ANAK, CUCU, BUYUT, CANGGAH, WARENG,
• PARENTAL
UDEG-UDEG GANTUNG SIWUR, PETARANGAN BUBRAH
HUBUNGAN GENEALOGIS
PATRILINEAL
• Kesatuan kemasyarakatan yang organisasinya terbentuk atas dasar hubungan
genealogis merunut garis keturunan laki-laki (Patri = bapak; lini = garis).
• Kesatuan masyarakatnya biasanya menggunakan nama keluarga (marga) laki-
laki.
• Anggota utama adalah anak laki-laki,sedangkan anak perempuan bila menkah
akan meninggalnya marga.
• Perkawinannya dengan sistem “pembayaran jujur”, artinya pihak wanita dibeli
oleh pihak suami, dan ikut masuk kedalam marga suaminya dan biasanya
dengan sistem “asymetris connubium” Dalian Ana Tolu ( di Batak).
• Anak laki-laki menjadi penerus silsilah.
• Ada larangan kawin semarga (exogam marga).
• Kehidupan keluarga ditopang oleh harta pusaka, dalam konstruksinya bersifat
komunalistik.
• Anak laki-laki menjadi ahli waris, sebaliknya anak perempuan tidak mewaris.
• Perekembangan terjadi dengan munculnya harta pencarian sebagai embrio
harta besama (bersifat individual anak perempuan dapat ikut menerima
warisan).
HUBUNGAN GENEALOGIS
MATRILINEAL