Anda di halaman 1dari 3

Dina Sri Rahayu & Satrio Fidriansyah

Tugas Legal Opinion

Arbitrase & ADR

7/E

LEGAL OPINION

Duduk Perkara

Emiten maskapai milik negara, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) menerima


gugatan winding up atau kepailitan yang diajukan oleh dua lessor-nya. Kedua lessor tersebut
adalah Greylag Goose Leasing 1410 Designated Activity Company dan Greylag Goose Leasing
1446 Designated Activity Company. Di mana kali ini gugatan pailit dari keduanya berasal dari
Supreme Court of New South Wales, Australia. Konsultan hukum GIAA di Australia menerima
surat pemberitahuan mengenai gugatan kepailitan tersebut.

Berdasarkan surat GARUDA/JKTDZ/21616/2022 tentang Laporan Informasi atau Fakta


Material PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, Pemohon menyatakan Garuda belum dapat
melakukan pemenuhan kewajiban terkait biaya sewa pesawat. "Dalam gugatan tersebut Pemohon
menyatakan bahwa Perseroan belum dapat melakukan pemenuhan kewajiban terkait biaya sewa
pesawat"

Sebelumnya masing-masing Greylag 1410 dan Greylag 1446 juga mengajukan upaya hukum
Kasasi di Indonesia terhadap Putusan Homologasi Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
(PKPU) Perseroan yang telah disahkan oleh Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat tanggal 27 Juni 2022. Selain itu, Greylag 1410 dan Greylag 1446 juga melakukan gugatan
arbitrase ke Singapore International Arbitration Centre (SIAC) terhadap Garuda pada 14 Juni
2022. Gugatan itu didasari pembayaran sewa pesawat belum beres, dan ada pelanggaran
perjanjian.
Dasar Hukum

1. Undang – Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang arbitrase dan alternatif penyelesaian
sengketa
2. Pasal 22 ayat (1) dan (3) Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang penanaman
modal asing
3. Undang – Undang Nomor 30 tahun 1999 tentang tata cara arbitrase dan arbitrase
penyelesaian sengketa

Pendapat Hukum

Undang – Undang No 30 tahun 1999 tentang arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa pasal
1 ayat (1), “Arbitrase adalah tata cara penyelesaian sengketa perkara perdata diluar peradilan
umum yang didasarkan pada perjanjian Arbitrase yang dibuat oleh para pihat yang bersengketa”.
Dalam hal ini bahwa telah terjadi kesepakatan antara kedua belah pihak dan disetujui kedua
belah pihak sebelumnya yaitu antara Garuda Indonesia dengan Greylag Goose Leasing 1410 dan
1446

Pasal 22 ayat (1) Undang – Undang No 1 tahun 1967 tentang penanaman modal asing, jika
antara kedua belah pihak tidak tercapai persetujuan mengenai jumlah/macam cara pembayaran
kompensasi tersebut, maka akan diadakan arbitrase putusannya mengikuti kedua belah pihak.
Pihak Garuda Indonesia telah melakukan wanprestasi yang mana telah memiliki total tagihan
sebesar kurang lebih 1.08 Triliun dan 1.26 Triliun kepada Greylag Goose Leasing 1410 & 1446
sehingga diadakan arbitrase.

Pihak Garuda telah benar adanya untuk membuka dan melaksanakan ruang diskusi dalam
kerangka proses PKPU (Putusan Homologasi Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang), yang
merupakan bagian dari upaya dan komitmen untuk memberikan solusi terbaik atas penyelesaian
kewajiban usahanya, dengan mempertimbangkan aspirasi dari para kreditur yang turut
diselaraskan dengan kemampuan Perseroan.
Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik adalah, pihak Garuda Indonesia memiliki itikad yang baik untuk
melakukan tindakan dalam merespon gugatan dari Greylag Goose Leasing 1410 & 1446. Dengan
melaksanakan da nmembuka ruang diskusi PKPU adalah langkah yang tepat dalam melakukan
upaya atau mencari solusi terbaik atas penyelesaian kewajiban usahanya serta lebih
mempertimbangkan aspirasi dari para kreditur terkait akan hal/kasus wanprestasi yang sedang
terjadi. Penanganan kasus perdata ini juga sudah melalui proses proses yang sesuai dengan
peraturan perundang undangan.

Anda mungkin juga menyukai