Anda di halaman 1dari 26

Kasus DBD di Kalimantan Utara, 142

positif, dan 3 meninggal dunia


Kelompok 21
Tutor: Pak Erick
Ketua: Billy Oktavian (405180063)

Sekretaris: Jennifer Grace (405180081)

Notulen: Salsa Ratia Wardhany (405180152)

Anggota:

1. Evelin Maharani Widjaja (405180002)


2. Alyn Kristiani (405180054)
3. Laurencia Sylvano (405180058)
4. Mohammad Jofa Rachman Putera (405180130)
5. Talitha Zahwa Atha Salsabila(405180136)
6. Saskia Rizki Afianti (405180173)
7. Richardo Chandra (405180190)
8. Puspa Gracella Tambunan (405180244)
Kasus DBD di Kalimantan Utara, 142 positif, dan 3
meninggal dunia
Berdasarkan catatan terakhir (3/2/2019) Dinas Kesehatan Kalimantan Utara, jumlah kasus Demam Berdarah
Dengue (DBD) di provinsi ini mencapai 54 orang penderita, 142 orang positif, dan 3 orang meninggal dunia.
Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Utara Usman menjelaskan, secara umum wabah DBD di Kalimantan Utara
sudah mereda. Beberapa masyarakat yang sebelumnya dirawat di rumah sakit sebagian sudah dipulangkan.
Namun demikian, ia berharap masyarakat tetap melaksanakan upaya antisipasi dibantu upaya sosialisasi dan
penanggulangan oleh pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota.
“Di Provinsi Kalimantan Utara sebut Usman, belum ada daerah yang dinaikkan statusnya menjadi KLB (Kejadian
Luar Biasa) DBD. Semua daerah di Kalimantan Utara berstatus siaga.” "Untuk Kabupaten Bulungan statusnya
tetap siaga.Tetapi kita tetap lakukan penanganan sama seperti KLB karena ada yang meninggal dunia. Sama
seperti di Tarakan dan Malinau," kata Usman dalam kegiatan 'Respons Kaltara', Kamis (7/2/2019).
Sebelumnya, Dinas Kesehatan Kalimantan Utara sudah mengusulkan ke Kementerian Kesehatan agar kasus DBD
di Kalimantan Utara dinaikkan statusnya jadi KLB. "Tetapi Menkes tidak menetapkan Kalimantan Utara statusnya
KLB. Akan tetapi perlakuan yang kami lakukan sama dengan KLB," kata Usman.
Sumber: http://kaltim.tribunnews.com/2019/02/07/kasus-dbd-di-kalimantan-utara-142-positif-dan-3-meninggal-
dunia.
Apa yang dapat anda pelajari dari berita di atas?
Mind Map
DOKTER &
KETERKAITAN PELAYANAN MASYARAKAT
KESEHATAN DENGAN LEMBAGA KLB INTERAKSI
PEMERINTAHAN KEMENKES &
DINKES
SISTEM PELAYANAN
KESEHATAN MASYARAKAT
PERANAN
DOKTER, KEPENTINGAN
MASYARAKAT,
KEMENKES, BENTUK, KRITERIA,
DINKES ELEMEN
Learning Issues

1. MM. Sistem Pelayanan Kesehatan Masyarakat


2. MM. Interaksi
a. Dokter dan masyarakat
b. Kemenkes dan dinkes
3. MM. Keterkaitan Pelayanan Kesehatan dengan Lembaga
Pemerintahan
4. Solusi
LI 1

MM. Sistem Pelayanan Kesehatan Masyarakat


PENERAPAN SESUAI PEMICU
○ Input : dokter, pasien DBD, Kemenkes, Dinkes Kal-Ut
○ Proses : system pelayanan kesehatan pada pasien DBD (upaya antisipasi masyarakat yang
dibantu sosialisasi dan penanggulangan oleh pemerintah daerah baik di provinsi maupun
kabupaten/kota)
○ Output : kurangnya penanggulangan yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan RI sebab
dalam pemicu, kerja sama antar Kementerian Kesehatan RI dan Dinas Kesehatan Kalimantan
Utara tidak berjalan beriringan (Kemenkes tidak menyetujui usulan dinkes untuk menaikkan
status kasus DBD di KalUt menjadi KLB namun penanganan/perlakuan yang diberikan Dinkes
terhadap kasus DBD KalUt sama dengan KLB) -> disebutkan belum ada daerah yang dinaikkan
statusnya menjadi KLB oleh Usman, Kepala Dinkes KalUt
○ Impact : Masih tinggi angka kasus DBD di prov Kal-Ut yang mencapai 54 penderita, 142 positif,
3 orang meninggal dunia
○ Feedback : perlu ada penanggulangan/penanganan kasus DBD yang lebih baik dengan kerja
yang sinergis antara Dinkes dan Kemenkes dalam menanggapi kasus DBD yang telah merengut
korban jiwa (3 org) -> meningkatkan kinerja system kesehatan masyarakat agar mencapai
tujuan yg diinginkan
○ Environment : -
PENERAPAN SESUAI PEMICU

ELEMENT : • TUJUAN
• Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
○ Dokter umum
Kalimantan Utara khususnya dalam kasus penyakit
○ Kemenkes DBD
○ Dinkes • Menurunkan angka kejadian kasus DBD yaitu 142
○ Pasien DBD positif, 54 penderita, dengan 3 meninggal dunia
• Menurunkan kemungkinan berkembangbiaknya
○ Keluarga pasien nyamuk Aedes pembawa virus Dengue di Lingkungan
○ Masyarakat (kalut) tempat tinggal masyarakat di Kalimantan Utara
○ Rumah sakit dengan gerakan 3M+
○ Puskesmas setempat
PENERAPAN SESUAI PEMICU
PEMBANGUNAN
BERWAWASAN KESEHATAN

PROMOTIF PREVENTIF CURATIF

SOSIALISAS Pengo Reha


I PENYULUHAN ANTISIPASI batan bili
tasi
Kriteria Pelayanan Kesehatan Masyarakat dalam Pemicu

Penanggung Jawab Kementrian Kesehatan

Belum optimal dalam menanggulangi kasus DBD


Standar Pelayanan Kesehatan sehingga masih terdapat angka kematian dan
kesakitan karena kasus DBD
Antara Kemenkes dan Dinkes, Dokter dan pihak RS
Hubungan Kerja
serta masyarakat
Pengorganisasian Potensi
Belum ada
Masyarakat

Sistem Rujukan -

Belum tercapai atau belum maksimal


pelaksanaannya
LI 2

MM. Interaksi
PENERAPAN DALAM PEMICU
Tugas dokter terkait dengan sistem
pelayanan kesehatan terkait kasus

• Berpraktek di pelayanan tingkat primer untuk menangani kasus


DBD
• Berperan sebagai dokter kontak pertama (first contact doctor) jika
ada masyarakat yang terkena DBD
• Merujuk kasus/penderita DBD dengan tingkat perkembangan klinis
yang lebih berat kepada dokter spesialis klinik di tingkat
sekunder/rumah sakit
• Menerapkan prinsip kedokteran keluarga secara kompeten dan
profesional
PENERAPAN DALAM PEMICU
Peran dokter terhadap kondisi kesehatan masyarakat
KALIMANTAN UTARA terkait pemicu
1. Menyelesaikan masalah DBD melalui program penyuluhan, pengobatan
penderita, dan pemulihan pasien
2. Memecahkan kasus DBD dengan memperhatikan aspek jasmani, rohani,
dan sosio-budaya
3. Memanfaatkan sumber daya lain seperti tokoh masyarakat, LSM, dll. untuk
melakukan penyuluhan DBD
4. Bekerja sebagai pemimpin dalam mengangani kasus DBD
5. Memperhatikan kondisi lingkungan yang mendukung perkembangbiakan
vector DBD dan berusaha mengatasinya
6. Mendidik dan mengikutsertakan masyarakat dalam penyelesaian kasus DBD
LI 3

MM. Keterkaitan Pelayanan Kesehatan dengan


Lembaga Pemerintah
Peran Kementerian Kesehatan
Terkait KLB
Pasal 11
• Menteri menetapkan daerah dalam keadaan KLB/wabah berdasarkan pertimbangan
seperti diatas.

Pasal 12
• Menteri harus mencabut penetapan daerah KLB/wabah berdasarkan pertimbangan
keadaan.

Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501 Tahun 2010 15


Peran Pemerintah Terkait KLB

Pasal 13
• Penanggulangan KLB/Wabah dilakukan secara terpadu oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah dan masyarakat.
• Penanggulangan KLB/Wabah meliputi:
a. Penyelidikan epidemiologis;
b. Penatalaksanaan penderita yang mencakup kegiatan pemeriksaan,
pengobatan, perawatan dan isolasi penderita, termasuk tindakan karantina;
c. Pencegahan dan pengebalan;
d. Pemusnahan penyebab penyakit;
e. Penanganan jenazah akibat wabah;
f. Penyuluhan kepada masyarakat; dan
g. Upaya penanggulangan lainnya.

Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501 Tahun 2010 16


Peran Kementrian Kesehatan Terkait KLB
Pasal 16

● Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota memberikan laporan adanya penderita atau


tersangka penderita penyakit tertentu secara berjenjang kepada bupati/walikota, gubernur,
dan Menteri melalui Direktur Jenderal selambat-lambatnya 24 (dua puluh empat) jam sejak
menerima laporan.

● Tenaga kesehatan atau masyarakat wajib memberikan laporan kepada kepala desa/lurah dan
puskesmas terdekat atau jejaringnya selambat-lambatnya 24 (dua puluh empat) jam sejak
mengetahui adanya penderita atau tersangka penderita penyakit tertentu yg dpt menimbulkan
KLB/wabah.

● Pimpinan puskesmas yang menerima laporan harus segera melaporkan kepada kepala dinas
kesehatan kabupaten/kota selambat-lambatnya 24 (dua puluh empat) jam sejak menerima
informasi.
Peran Kementerian Kesehatan
Terkait KLB
Pasal 26
• Menteri, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota melakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap penanggulangan KLB/Wabah.

• Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dilakukan melalui:


a. Peningkatan kemampuan dan keterampilan dalam penanggulangan
KLB/wabah;
b. Peningkatan jejaring kerja dalam upaya penanggulangan KLB/wabah;
c. Pemantauan dan evaluasi terhadap keberhasilan penanggulangan KLB/wabah;
dan
d. Bimbingan teknis terhadap penanggulangan KLB/wabah.

Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501 Tahun 2010 18


LI 4

Solusi
SOLUSI TERBAIK DAN TEPAT UNTUK PIHAK YANG
BERTANGGUNG JAWAB BERDASARKAN PEMICU
● Peningkatan akses. Upaya ini dilakukan melalui pemenuhan tenaga kesehatan, peningkatan sarana pelayanan
primer (Puskesmas, klinik pratama, dokter praktek mandiri), pemenuhan prasarana pendukung (alat kesehatan,
obat, dan bahan habis pakai), serta inovasi untuk pelayanan di daerah terpencil dan sangat terpencil, dengan
pendekatan pelayanan kesehatan bergerak, gugus pulau, atau telemedicine.
● Peningkatan mutu baik fasilitas penyelenggara layanan, maupun sumber daya manusia kesehatan diantaranya
melalui penyediaan norma, standar, prosedur dan kriteria (NSPK) atau standar prosedur operasional (SPO),
peningkatan kemampuan tenaga kesehatan (Nakes), dokter layanan primer (DLP) dan akreditasi fasilitas kesehatan
tingkat pertama (FKTP).
● Regionalisasi rujukan melalui penguatan sistem rujukan baik di tingkat Kabupaten, Regional, maupun Nasional.
Sejak jaminan kesehatan nasional (JKN) dilaksanakan mulai awal 2014, kebutuhan penataan sistem rujukan semakin
dibutuhkan. Di era JKN, mekanisme rujukan penting untuk menjamin mutu pelayanan dan efisiensi pembiayaan.
● Penguatan peran Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan Provinsi melalui sosialisasi advokasi dan
capacity building.
● Penguatan dukungan bagi penguatan pelayanan kesehatan dari lintas sektor, baik itu berupa regulasi, infrastruktur,
maupun pendanaan.

http://www.depkes.go.id/article/view/16110400004/kuatkan-layanan-kesehatan-pemerintah-lakukan-lima-upaya-secara-simultan.html
UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PELAYANAN
KESEHATAN DENGAN PERILAKU MASYARAKAT
● Penataan organisasi menjadi organisasi yang efektif dan efisien
● Regulasi peraturan, terutama tentang SOP DBD untuk memaksimalkan penanganan kasus DBD
● Pemantapan jejaring dengan pusat unggulan pelayanan dan sistem rujukannya
● Standarisasi tenaga baik kuantitatif maupun kualitatif, sarana dan fasilitas, kemampuan, metode,
pencatatan dan pelaporan dan lain-lain
● Quality Assurance diikuti oleh pelaksanaan upaya perbaikan dan peningkatan dengan pendekatan
Plan- Do- Control- Action (PDCA)
● Pengembangan sumber daya manusia
● Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
● Peningkatan peran serta masyarakat dan organisasi profesi terutama dalam pembinaan anggota
sesuai dengan standar profesi dan peningkatan mutu sumber daya manusia
● Peningkatan kontrol sosial

http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/05/strategi-dan-upaya-peningkatan-mutu.html
PENINGKATAN STATUS KLB
● Meningkatkan kerjasama antar unsur dalam system
kesehatan
● Penyelenggaraan SKD-KLB (terutama surveilans dan
penyelidikan KLB) dilaksanakan terus menerus secara
sistematis di tingkat nasional, propinsi, kabupaten/kota dan
MENINGKATKAN
di masyarakat yang membutuhkan KUALITAS dukungan KESEHATAN
politik dan DAN
anggaran yang memadai di LINGKUNGAN
berbagai tingkatan tersebut
untuk menjaga kesinambungan penyelenggaraan dengan
1. Di rumah masing-masing secara rutin seminggu sekali melakukan pemantauan jentik nyamuk dan PSN 3M
Plus, yaitu:
a. Menguras, kinerja yang tinggi.
yaitu membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi,
ember air, tempat penampungan air minum, penampungan air di lemari es, dan dispenser;
b. Menutup, yaitu menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti drum, kendi, dan toren air; dan
c. Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk menjadi tempat
perkembangbiakan nyamuk Aedes.
MENINGKATKAN KUALITAS KESEHATAN DAN
LINGKUNGAN
Adapun yang dimaksud dengan "Plus" pada 3M Plus adalah segala bentuk kegiatan pencegahan dari gigitan
nyamuk, seperti:
a. Menaburkan atau meneteskan larvasida pada tempat penampungan yang sulit dibersihkan;
b. Menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk;
c. Menggunakan kelambu saat tidur;
d. Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk;
e. Menanam tanaman pengusir nyamuk;
f. Mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah;
g. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang dapat menjadi tempat istirahat nyamuk;
dan
h. Mulai menggunakan air pancur (shower) untuk mandi, dengan tujuan mengurangi bak mandi.

http://www.depkes.go.id/resources/download/pengumuman/surat%20nyamuk%203m%20plus.
Kesimpulan
Kondisi geografis Indonesia menyebabkan Indonesia termasuk negara endemis penyakit DBD
yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypt. Penyebaran DBD dikarenakan semakin
membaiknya sarana transportasi dan tingginya mobilitas penduduk yang menyebabkan
penyebaran virus DBD semakin mudah dan semakin luas. Kegiatan penanggulangan KLB
terkendala faktor perilaku dan partisipasi masyarakat yang masih kurang dalam mendukung
kegiatan PSN. Selain itu, faktor sumber daya manusia terutama ketersediaan epidemiolog
kesehatan menjadi faktor penghambat penanggulangan KLB DBD. Masalah advokasi
kebijakan di tingkat kecamatan dan kelurahan juga menjadi faktor penghambat. Upaya
penanggulangan KLB DBD sangat bergantung pada komitmen pengurus lingkungan baik kepala
RT, RW, lurah, dan camat. Upaya advokasi dilakukan kepada pengurus lingkungan tersebut
oleh kepala puskesmas namun belum sepenuhnya melibatkan tenaga epedemioloig kesehatan

.
Saran
● perlu adanya koordinasi lintas sektor mengenai pentingnya melibatkan komitmen masyarakat
dalam menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan yang mendukung penanggulangan KLB
DBD.
● pencegahan KLB DBD sebaiknya lebih menitik beratkan pada upaya PSN yang bertujuan
mengubah perilaku masyarakat. Perlu adanya inovasi kegiatan seperti lomba sehat antardesa.
● DPR melalui fungsi legislasi perlu merevisi Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang
Wabah Penyakit Menular agar upaya penanggulangan KLB melibatkan pihak terkait selain
pemerintah dan masyarakat; upaya penanggulangan KLB tidak hanya dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
● Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-prinsip Dasar). Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.
● Modul Blok Humaniora. 2016. FK UNTAR.
● Notoatmodjo, Soekidjo. 2015. Kesehatan Masyarakat (Ilmu dan Seni). Jakarta: Rineka Cipta.
● Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehahatan Edisi Ketiga. Tangerang: Binapura Aksara.
● http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
● https://www.halodoc.com/kesehatan/demam-berdarah
● http://www.depkes.go.id/article/view/16110400004/kuatkan-layanan-kesehatan-pemerintah-lakukan-lima-upaya-secara-simultan.html
● http://www.depkes.go.id/resources/download/pengumuman/surat%20nyamuk%203m%20plus.pdf
● http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/05/strategi-dan-upaya-peningkatan-mutu.html

● Kalangi, Nico. 1994. Kebudayaan dan Kesehatan, Jakarta: Megapoin


● Foster, Anderson. 1986. Antropologi Kesehatan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
● Daldiyono. 2007. Pasien Pintar & Dokter Bijak, Jakarta : Bhuana Ilmu Populer.
● Irmayanti, 2018. Modul Blok Humaniora – Ilmu Sosial Kedokteran, Jakarta: FK Untar

Anda mungkin juga menyukai