Anda di halaman 1dari 22

Rehabilitasi Pasca Cedera Otak traumatik

adalah proses rehabilitasi pada cedera otak yang


diakibatkan oleh trauma, yang meninggalkan
gangguan fungsional, perilaku dan atau kognitif
sehingga menyebabkan ketergantungan dalam
kehidupan sehari-hari (disabilitas) dan handicap
pada penderitanya.
Pasca cedera otak diffuse/focal traumatik
tertutup/ terbuka/ penetrasi dengan :
› Gangguan kontrol motorik, mobilisasi dan ambulasi.
› Gangguan sistem neurologis (penglihatan, pendengaran,
neuropatic pain, integrasi sensorik, neglect).
› Gangguan afektif
› Gangguan perilaku dan psikososial.
› Gangguan fungsi kortikal luhur (komunikasi dan bahasa,
memori, atensi, konsentrasi, inisiasi, persepsi, visuospasial,
emosi, kognitif, fungsi eksekutif)
› Gangguan miksi dan defekasi
› Dangguan AKS
› Pemeriksaan fisik umum
› Pemeriksaan khusus: neurologis, muskuloskeletal,
neuropsikologi.
› Pemeriksaan lain: sistem otonomik,
kardiorespirasi, gastrointestunal, genitourinaria
› Pemeriksaan fungsional : disabilitas fungsional
dan kemampuan yang ada.
 Level kognitif : Rancho Los Amigos Scale, SCATBI (Scale
of Cognitive Abilities for Traumatic Brain Injury),
WECHSCER, BENTON test.
 FIM (Functional Independence Measure
Beberapa pemeriksaan penunjang tambahan
dapat diperlukan pada rehabilitasi untuk
menjelaskan defisit yang terjadi dan prognosis
pemulihan sehingga dapat menentukan goal serta
jenis terapi rehabilitasi antara lain :
› Laboratorium darah dan urin
› Radiologi : MRI
› Elektrofisiologi : Evoked Potensial (BAEP, VEP, SSEP), EMG
› Pemeriksaan urodinamik
› Dokter Spesialis Jiwa
› Dokter Spesialis Saraf
› Dokter Spesialis Bedah Saraf
› Dokter Spesialis Penyakit Dalam
› Dokter Spesialis Jantung/ Vaskuler
› Dokter Spesialis Neuropsikolog
› Dokter Spesialis Urologi
› Dokter Spesialis Bedah
› Rawat inap : fase akut dan fase pemulihan
› Rawat jalan : fase kronis
Proses rehabilitasi cedera otak dibagi dalam 3 fase :
 Rehabilitasi pada fase akut:
dilaksanakan dalam rawat inap. Lebih diutamakan pada
penatalaksanaan medis dan bedah.

Tujuan Rehabilitasi:
› Mencegah atau meminimalkan defisit neurologis
› Mencegah komplikasi tirah baring.

Program Rehabilitasi
› Cegah kegagalan respirasi akibat retensi sputum
› Cegah ulkus decubitus
› Cegah komplikasi kardiovaskuler
› Cegah kekakuan sendi
› Cegah distensi bladder dan infeksi traktus urinaris
 Rehabilitasi pada fase pemulihan :
dilaksanakan dalam rawat inap. Merupakan proses rehabilitasi aktif.

Tujuan rehabilitasi :
› Mangatasi masalah disabilitas dan handicap yang timbul akibat
cidera.
› Memaksimalkan fungsi yang ada untuk kemandirian.
› Meningkatkan kebugaran kardiopulmoner.
› Mencegah komplikasi sekunder.

Program Rehabilitasi :
› Terapi latihan persiapan mobilisasi dan transfer.
› Terapi latihan keseimbangan.
› Terapi latihan persiapan ambulasi.
› Ortosis tungkai (AFO, KAFO) bila diperlukan.
› Latihan jalan dengan atau tanpa ortosis tungkai, dengan atau
tanpa alat bantu (crutches, canadian, walker).
Program Rehabilitasi (lanjutan….)
› Terapi latihan persiapan kemandirian aktivitas sehari-hari.
› Splint dan /alat bantu adaptif bila diperlukan.
› Terapi latihan oromotor dan fungsi menelan.
› Terapi latihan kontrol miksi dan atau defekasi.
› Terapi latihan fungsi luhur / kognitif : arousal, atensi, fungsi
eksekutif, inisiasi, bahasa dan komunikasi, memori, persepsi serta
visuospasial.
› Terapi perilaku.
› Psikoterapi untuk mengatasi emosi dan depresi.
› Terapi latihan kebugaran.
› Terapi latihan prevokasional.
› Aktivitas hobi dan olahraga yang sesuai.
› Edukasi : persiapan kembali ke rumah, problema seksual dan
family training.
› Terapi suportif (kelompok) : pemahaman mengenai kecacatan.
 Rehabilitasi pada fase lanjut :
dilaksanakan dalam rawat jalan, lamanya seumur hidup untuk
kecacatan menetap.

Tujuan rehabilitasi :
› Resosialisasi (di antaranya mengembalikan ke tempat kerja atau
menyiapkan untuk kemampuan bekerja).
› Mempertahankan kemampuan fungsional.
› Meningkatkan kualitas hidup.

Program Rehabilitasi :
› Resosialisasi.
› Rujukan untuk vokasional training.
› Konseling keluarga.
› Program latihan di rumah.
› Follow up.
Penyulit :
› Gangguan perilaku / psikososial, agresif.
› Adanya penyakit penyerta seperti fraktur.
› Sistem muskuloskeletal : osteomyelitis.
› Sistem neurologis : spastisitas, neglect, nyeri neuropatik.
› Ulcus decubitus.

Komplikasi :
› Sistem neurologi : epilepsi, parkinsonism, hidrosefalus pasca
trauma, sakit kepala berkelanjutan.
› Sistem muskuloskeletal : kontraktur dan deformitas sendi.
› Psikologis : depresi pasca trauma.
› Sistem respirasi : Pnemonia sampai gagal nafas.
Penanganan rehabilitasi cedera otak yang komprehensif
sangat tergantung pada kelengkapan tenaga tim
rehabilitasi yang ada di RS.
- Fase akut dan fase pemulihan : RS Tipe A/B
Pendidikan
- Fase kronis dan follow up : RS Tipe C
 Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
 Psikolog Klinis
 Perawat Rehabilitasi
 Terapis (Fisik, Okupasi, Prevokasional, Rekreasi,
Wicara)
 Pekerja Sosial Medis
 Prostetis Ortosis
Prognosis fungsional tergantung pada :
 Usia
 Lama koma
 Post Traumatic amnesia (PTA)
 Eye sign
Rehabilitasi dapat seumur hidup tergantung
berat ringannya cedera otak dan adanya
komplikasi.
Tergantung Indikator Prognostik
Hasil rehabilitasi
 Sembuh total, aktif bekerja
 Sembuh parsial, aktif bekerja
 Sembuh parsial, mandiri dalam aktivitas sehari-hari
 Ketergantungan parsial
 Ketergantungan total
› Pemeriksaan fisik umum
› Pemeriksaan khusus: neurologis, muskuloskeletal,
neuropsikologi.
› Pemeriksaan lain: sistem otonomik,
kardiorespirasi, gastrointestunal, genitourinaria
› Pemeriksaan fungsional : disabilitas fungsional
dan kemampuan yang ada.
 Level kognitif : Rancho Los Amigos Scale, SCATBI (Scale
of Cognitive Abilities for Traumatic Brain Injury),
WECHSCER, BENTON test.
 FIM (Functional Independence Measure
Beberapa pemeriksaan penunjang tambahan
dapat diperlukan pada rehabilitasi untuk
menjelaskan defisit yang terjadi dan prognosis
pemulihan sehingga dapat menentukan goal serta
jenis terapi rehabilitasi antara lain :
› Laboratorium darah dan urin
› Radiologi : MRI
› Elektrofisiologi : Evoked Potensial (BAEP, VEP, SSEP), EMG
› Pemeriksaan urodinamik
› Dokter Spesialis Jiwa
› Dokter Spesialis Saraf
› Dokter Spesialis Bedah Saraf
› Dokter Spesialis Penyakit Dalam
› Dokter Spesialis Jantung/ Vaskuler
› Dokter Spesialis Neuropsikolog
› Dokter Spesialis Urologi
› Dokter Spesialis Bedah
› Rawat inap : fase akut dan fase pemulihan
› Rawat jalan : fase kronis

Anda mungkin juga menyukai