OLEH
KELOMPOK 5
3
B. Pengertian Wanita Usia Subur
5
Menurut Riskesdas 2018, proporsi risiko kurang energi kronis pada wanita usia
subur menurut provinsi, 2018. Sebesar 17,3% pada wanita usia subur yang
hamil dan 14,5% pada wanita usia subur yang tidak hamil. Dengan angka
tertinggi di daerah Nusa Tenggara Timur yaitu sebesar 32,5% pada wanita
tidak hamil dan 36,8% pada wanita hamil. Sementara yang terendah berada di
provinsi Kalimantan Utara dengan prevalensi 14,4% pada wanita tidak hamil
dan 1,7% pada wanita hamil.
6
Menurut riskesdas 2018,
proporsi risiko kurang energi
kronis pada wanita usia subur
menurut kelompok umur pada
tahun 2007-2018 menunjukkan
gambaran risiko KEK paling
tinggi pada WUS usia 15-19
tahun dan paling rendah pada
umur 40-44 tahun.
7
WUS dengan risiko KEK
cenderung melahirkan bayi
dengan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR), yang dapat menghambat
pertumbuhan selanjutnya,
khususnya pada masa balita.
Tingginya risiko KEK pada WUS di
indonesia antara lain disebabkan
rendahnya ketahanan pangan
ditingkat rumah tangga karena
kemiskinan. Kemiskinan dan gizi-
kurang merupakan fenomena
yang saling terkait.
8
Anemia Gizi Besi merupakan
masalah paling banyak pada
Wanita Usia Subur yang berlanjut
pada masa kehamilan. Prevalensi
anemia tahun 2018 pada ibu
hamil adalah sebesar 48,9%. Dan
proporsi anemia ibu hamil
menurut kelompok umur yang
paling tinggi adalah pada usia 15-
24 tahun sebesar 84.6%.
9
Untuk mengatasi anemia gizi besi.
Departemen Kesehatan RI
melakukan program pemberian
Tablet Tambah Darah (TTD)
kepada remaja dan ibu hamil
dengan tujuan meminimalisasi
dampak buruk akibat kekurangan
besi tersebut.
10
Selain masalah anemia dan KEK atau kurus (IMT < 18,5),
masalah kegemukan (IMT > 25) dan obesitas (IMT > 27) juga
dijumpai pada usia produktif dan dewasa setengah tua. Hal ini
antara lain terjadi sebagai dampak perubahan gaya hidup
berkaitan dengan pola makan dan menurunnya aktivitas fisik
yang terutama terlihat secara nyata di kota-kota besar. Di era
globalisasi seperti saat ini, makanan siap santap menjamur
dimana-mana, khusunya dipusat-pusat perbelanjaan, mall, kafe,
dan lain-lain. Orang sangat mudah untuk makan kapan saja dan
dimana saja. Makanan siap santap cenderung tinggi lemak dan
garam sehingga meningkatnya muncul penyakit degeneratif
lainnya.
11
BERBAGAI PROGRAM UNGGULAN PEMERINTAH DALAM
UPAYA PENANGGULANGAN MASALAH GIZI
• Pola Menu 4 Sehat 5 Sempurna
• Pedoman Umum Gizi Seimbang
• Pedoman Gizi Seimbang
• Daftar bahan Penukar
• Keluarga Sadar Gizi
• Strategi dan Upaya Penanggulangan Akibat
Kekurangan Iodium
• Posyandu sebagai Saran Peran Serta Masyarakat
dalam Upaya Peningkatan Kesehatan Masyarakat
• Millenium Development Goals (MDGs)
• Jampersal
• Jamkesmas
• Jamkesda
12
A. Pola menu 4 sehat 5 sempurna
“
Pola menu 4 sehat 5 sempurna adalah pola menu seimbang yang bila
disusun dengan baik mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh
tubuh. Pola menu ini diperkenalkan pada tahun 1950 oleh bapak ilmu
gizi prof. DR. Poorwo soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat
Depkes dalam rangka melancarkan gerakan “sadar gizi”.
Pola menu 4 sehat 5 sempurna digali dari pola menu yang pada
umumnya sejak dahulu telah dikenal oleh masyarakat Indonesia. Pada
umumnya menu di Indonesia terdiri atas makanan sebagai berikut :
•Makanan pokok
•Lauk
•Sayur-sayuran
•Buah-buahan
•Minum susu
Dalam menyusun menu 4 sehat 5 sempurna diperlukan pengetahuan bahan
makanan, karena nilai gizi bahan makanan dalam tiap golongan tidak sama, jadi
setiap individu haru mempelajari setiap bahan makanan dan kandungan gizinya.
13
B. Pedoman umum gizi seimbang (PUGS)
PUGS memuat tiga belas pesan dasar yang diharapkan dapat digunakan
masyarakan luas sebagai pedoman praktis untuk mengatur makanan
sehari-hari yang seimbang dan aman guna mencapai dan
mempertahankan status gizi dan kesehatan yang optimal.
Ketiga belas pesan dasar tersebut adalah :
14
1. Makanlah aneka ragam makanan.
2. Makanlan makanan untuk memenuhi kecukupan energi.
3. Makanlah makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan energy.
4. Batasi komsumsi lemak dan minyak sampai seperempat kebutuhan energy.
5. Gunakan garan beriodium.
6. Makanlah makanan sumber zat besi.
7. Berikan ASI saja kepada bayi sampai umur empat bulan.
8. Biasakan makan pagi atau sarapan.
9. Minumlah air bersih, aman dan cukup jumlahnya.
10. Lakukan kegiatan fisik dan olah raga secara teratur.
11. Hindari minum-minuman beralkohol.
12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan.
13. Bacalah laber pada makanan yang dikemas.
15
C. Pedoman Gizi Seimbang
“
Pedoman Gizi Seimbang baru ini sebagai penyempurnaan pedoman-
pedoman yang lama, bila diibaratkan rumah maka ada 4 (empat) pilar prinsip
yang harus dipenuhi agar rumah tersebut dapat berdiri, yaitu
1) Mengonsumsi makanan beragam, tidak ada satupun jenis makanan yang
mengandung semua jenis zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk menjamin
pertumbuhan dan mempertahankan kesehatannya, kecuali Air Susu Ibu
(ASI) untuk bayi baru lahir sampai berusia 6 bulan;
2) Membiasakan perilaku hidup bersih, perilaku hidup bersih sangat terkait
dengan prinsip Gizi Seimbang;
3) Melakukan aktivitas fisik, untuk menyeimbangkan antara pengeluaran
energi dan pemasukan zat gizi kedalam tubuh;
4)Mempertahankan dan memantau Berat Badan (BB) dalam batas normal.
16
D. Daftar Bahan Makanan Penukar
“
Daftar Bahan Makanan Penukar fungsinya mengelompokkan bahan
makanan berdasarkan peranannya dalam pola menu simbang dan zat gizi
utama yang dikandungnya.
Pada tahun 1996 Direktoran gizi mengeluarkan Daftar Padanan Bahan
Makanan yang prinsipnya sama sengan Daftar Penukar Bahan Makanan.
Daftar Bahan Makanan Penukar didalam buku ini dapat digunakan secara
umum dalam sehat dan sakit. Bahan makanan dibagi dalam delapan
golongan sebagai berikut : • Bahan makanan sumber karbohidrat.
• Bahan makanan sumber protein hewani.
• Bahan makanan sumber protein nabati.
• Sayuran.
• Buah-buahan.
• Susu.
• Minyak.
• Gula 17
Untuk tiap golongan bahan makanan disusun daftar bahan makanan dalam jumlah yang zat gizinya setara
atau ekivalen salam energy, karbohidrat, lemak, dan protein (diperoleh dari kandungan rata-rata kandungan
energy, karbohidrat, lemak, dan protein bahan makanan dalam tiap golongan). Bahan makanan dalam jumlah
tersebut dapat saling menukarkan
Golongan Ukuran
Utr (1) Gram Energy kkal Krbhdrat (g) Lemak( g) Protain (g)
I. golongan karbohidrat (nasi) ¼ gelas 100 175 40 - 4
19
F. Strategi dan Upaya Penanggulangan
Gangguan Akibat Kekurangan Iodium
Menurut beberapa literatur, termasuk diantaranya modul Peningkatan Konsumsi
GaramBeryodium Direktorat Bina Gizi MasyarakatDepkes RI 2004, di Indonesia
terdapat beberapa strategi (baik jangka pendek maupun jangka panjang) sebagai
upaya penanggulangan Dampak Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
sebagai berikut :
Strategi jangka panjang, antara lain dengan melakukan tiga kegiatan berikut :
✘ Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE), merupakan sebuah strategi
pemberdayakan masyarakat dan komponen terkait agar mempunyai visi dan
misi yang sama untuk menanggulangi GAKY melalui kegiatan pemasyarakatan
informasi, advokasi, pendidikan/penyuluhan tentang ancaman GAKY bagi
kualitas sumberdaya manusia. Juga terkait pentingnya mengkonsumsi garam
beryodium, law enforcement dan social enforcement, hak memperoleh kapsul
beryodium bagi daerah endemic dan penganekaragaman konsumsi pangan.
20
“
✘ Surveillans, merupakan kegiatan pemantauan yang dilakukan secara
berkesinambungan terhadap beberapa indicator untuk dapat melakukan
deteksi dini adanya masalah yang mungkin timbul agar dapat dilakukan
tindakan/intervensi sehingga keadaan lebih buruk dapat dicegah.
Kegunaan survey lansya itu mengetahui luas dan beratnya masalah pada
situasi terakhir, mengetahui daerah yang harus mendapat prioritas,
memperkirakan kebutuhan sumberdaya yang diperlukan untuk intervensi,
mengetahui sasaran yang paling tepat dan mengevaluasi keberhasilan
program.
✘ Iodisasi garam, merupakan kegiatan fortifikasi garam dengan Kalium Iodat
(KOI3). Tujuan kegiatan ini agar semua garam yodium yang dikonsumsi
masyarakat mengandung yodium minimal 30 ppm. Target program ini
90% masyarakat mengkonsumsi garam beryodium yang cukup (30 ppm).
21
“
Sedangkan strategi jangka pendek sebagai upaya penanggulangan
GAKY yaitu dengan melakukan kegiatan distribusi kapsul minyak
beryodium. Program yang sudah mulai dilaksanakan sejak tahun
1992 ini dilakukan untuk mempercepat perbaikan status yodium
masyarakat bagi daerah endemik sedang dan berat pada kelompok
rawan. Kapsul minyak beryodium 200mg diberikan pada Wanita
Usia Subur (WUS) sebanya 2 kapsul/tahun, sedangkan untuk ibu
hamil, ibu menyusui dan anak SD kelas 1-6 sebanyak 1
kapsul/tahun.
22
G. Posyandu Sebagai Saran Peran Serta Masyarakat
dalam Usaha Peningkatan Kesehatan Masyarakat
23
1. Pembinaan kelangsungan hidup anak (Child Survival) yang
ditujukan untuk menjaga kelangsungan hidup anak sejak
janin dalam kandungan sampai usia balita.
2. Pembinaan perkembangan anak (child development) yang
ditujukan untuk membina tumbuh kembang anak secara
sempurna, baik fisik maupun mental sehingga siap menjadi
tenaga kerja tangguh.
3. Pembinaan kemampuan kerja (Employment) yang dimaksud
untuk memberikan kesempatan berkarya dan berkreasi dalam
pembangunan bangsa dan Negara.
H. Millennium Development Goals-MDGs
Tujuan MDGs menempatkan manusia sebagai focus
utama pembangunan yang mencakup semua komponen
kegiatan yang tujuan akhirnya ialah kesejahteraan
masyarakat
25
MDGs 2. MDGs 3.
Mencapai Mendorong
MDGs 1. Pendidikan Dasar Kesetaraan Gender MDGs 4.
Menanggulangi untuk Semua dan Pemberdayaan Menurunkan Angka
Kemiskinan dan Perempuan Kematian Anak
Kelaparan
29
KEBUTUHAN GIZI DAN CONTOH MENU
Nasi 8p 5p
Sayuran 3p 3p
Buah 5p 5p
Tempe 3p 3p
Daging 3p 3p
Minyak 7p 5p
Gula 2p 2p
30
2. Untuk Kelompok Umur 30-49 tahun Bahan Makanan Laki-laki 30-49 tahun Perempuan 30-49 tahun
2625 kkal 2125 kkal
3. Untuk Kelompok Umur 50-64 tahun Bahan Makanan Laki-laki 50-64 tahun Perempuan 50-64 tahun
2625 kkal 2125 kkal
Sayuran 4p 4p
Buah 5p 5p
Tempe 3p 3p
Daging 3p 3p
susu 1p 1p
Minyak 6p 4p
Gula 1p 2p
31
Ket :
1. Nasi 1 porsi = ¾ gelas = 100 gr = 175 kkal
2. Sayuran 1 porsi = 1 gelas = 100 gr = 25 kkal
3. Buah 1 porsi = 1 buah pisang ambon = 50 gr = 50 kkal
4. Tempe 1 porsi = 2 potong sedang = 50 gr = 80 kkal
5. Daging 1 porsi = 1 potong sedang = 35 gr = 50 kkal
6. Ikan segar 1 porsi = 1/3 ekor = 45 gr = 50 kkal
7. Susu sapi 1 porsi = 1 gelas = 200 gr = 50 kkal
8. Susu rendah lemak 1 porsi = 4 sdm = 20 gr = 75 kkal
9. Minyak 1 porsi = 1 sdt = 5 gr = 50 kkal
10. Gula = 1 sdm = 20 gr = 50 kkal
*) sdm : sendok makan
**) sdt : sendok teh
p : porsi
32
SUMBER :
Soekatri, M., & Soertardjo, S. 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. Gramedia,
Jakarta
Jahari AB , 2005, Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) dalam Menuju Gizi Baik untuk Semua,
Puslitbang Gizi dan Makanan, DepKes RI.
Setyowati, T., & Lubis, A. (2012). Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan dan Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan (SUSENAS 2001). Buletin Penelitian Kesehatan, 31(4 Des).
Sembiring. N., 2004, Posyandu sebagai Saran Peran serta Masyarakat dalam Peningkatan
Kesehatan Masyarakat, FKM Universitas Sumatra Utara.
https://www.academia.edu/8277592/Makalah_GIZI_SEIMBANG_TIAP_TAHAPAN_UMUR 33
Thanks!
Any questions?
34