Anda di halaman 1dari 11

Kelompok 2

 Tn ES, usia 30 tahun masuk UGD RSCM dengan riwayat penurunan kesadaran
dengan kesadaran kualitatif samnolen, kekuatan otot baik ekstremitas atas dan
bawah semua nilainya 4, nyeri kepala dengan skala nyeri 7 durasi 5-10 menit,
pasien tidak bisa melihat sejak 1 bulan sebelum masuk RS saat dilakukan
funduskopi terdapat kesan papil atrofi sekunder, pasien sudah 4 hari tidak BAB,
epilepsy simptomatik hasil CT-Scan tampak masa intra aksial lobus frontal
bilateral dengan perivokal edema yang menyempitkan ventrikel lateralis
kiri dan kanan, hernia subfalcine ke sisi kanan, edema serebri, hematoma
frontal bilateral SOL intrakarnial astrisitoma grade II frontal bilateral.
Keluhan saat dikaji, asupan nutrisi pasien tidak adekuat karena pasien muntah,
kejang, terpasang NGT. Hasil lab ; Hb 14gr/Dl leukosit 14,3 eusinophil 0,0%,
neutrophil 89,7%, limfosit 7,1% , ureum 16,4gr/Dl , kratinin 0,810 g/Dl . TTV :
110/70 mmHg , nadi 58x/menit, respirasi 24x/menit, irama nafas irregular, SpO2 :
92% CRT < 3 detik, akral teraba hangat, kongjungtiva tidak anemis. Terapi :
dexamenthasone 5 mg 4x1/IV , paracetamol 1gr 3x1/IV, Kepra 500 mg 2x1 oral.
Kata/kalimat kunci
 Kata kunci pada kasus tersebut adalah kalimat yang dimiringkan.

Identifikasi masalah
 Sebutkan jenis tumor otak berdasarkan teori dan jelaskan jenis tumor otak apa
yang terjadi pada pasien berdasarkan hasil CT-Scan.
 Jelaskan patofisiologi tumor otak berdarkan hasil CT-Scan
 Jelaskan patomekanisme berdasarkan keluhan dan hasil lab dan pemeriksaan TTV
yang terjadi pada pasien.
 Jelaskan fungsi terapi yang diberikan berdasarkan keluhan dan kasus
 Susunlah diagnose keperawatan berdasarkan prioritas masalah
 Berdasarkan implementasi keperawatan, menurut kelompok implementasi apasaja
yang harus dilakukan oleh perawat terhadap pasien
* Jenis-jenis TUMOR OTAK :
2) Meningioma
1) Tumor Otak glioma :
 Astrositoma 3) Adenoma Pituitari
 Oligodendroglioma 4) Tumor Neuroma
 Ependyoma 5) Limfoma Saraf Pusat
 Glioma Batang Otak
6) Craniopharyngioma
 Glioma saraf Optik
7) Tumor Kelenjar pineal
 Glioma Campuran
8) Tumor Otak Metastasis

* Berdasarkan CT-Scan pada kasus diatas termasuk jenis tumor otak


ASTROSITOMA GRADE I
Astrositoma Grade II (diffuse astrocytoma atau low-grade) bersifat lambat dalam
pertumbuhan dan biasanya tidak memiliki batas yang jelas. Kondisi ini paling sering
terjadi pada orang dewasa yang berusia antara 20-40 tahun.
 Tumor ini akan menyebabkan penekanan ke jaringan otak sekitarnya, invasi dan
destruksi terhadap parenkim otak. Fungsi parenkim akan terganggu karena
hipoksia arterial maupun vena, terjadi kompetisi pengambilan nutrisi , pelepasan
produk metabolisme, serta adanya pengaruh pelepasan mediator radang sebagai
akibat lanjut dari hal tersebut diatas. Efek masa yang ditimbulkan dapat
menyebabkan gejala defisit neurologis vokal berupa kelemahan suatu sisi tubuh,
gangguan sensorik, parese nervus kranialis atau bahkan kejang.
 Astrositoma low-grade yang merupakan grade II klasifikasi WHO akan tumbuh
lebih lambat dibandingkan dengan bentuk yang malignya. Tumor doubling time
umtuk astrocytoma low-grade kira-kira 4 kali lebih lambat dibandingkan dengan
astrocytoma anoplastic (grade III astrocytoma). Sering diperlukan waktu beberapa
tahun antara gejala awal hingga diagnosa low-grade astrocytoma ditegakkan,
interval ini kira-kira 3,5 tahun. Astrocytoma low-grade ini sering kali disebut difusi
astrocytoma WHO grade II.
 Patomekanisme : astrositoma merupakan suatu penyakit yang
termasuk salam SOL ( Space Occupyng Lesion) lesi desak ruang, ciri
khas dari penyakit ini adalah keluhan yang bersifat kronik progresif.
Kelemahan otot yang terjadi pada ke empat ektremitas menunjukkan
infiltrasi sel tumor pada korteks frontal bilateral pada gyrus
presentralis kedua sisi otak. Terjadi penurunan kesadaran pada
pasien tidak lepas dari dasar penyakit ini (lesi desak ruang)
sehingga mengganggu sistem ARAS (Ascending Reticular Activating
System)
 Dexamethasone itu golongan steroid yang merupakan obat anti-
inflamasi, jadi keberadaan si tumor itu mungkin menyebabkan
inflamasi, itu pada gambaran juga ada edema yang merupakan
salah satu inflamasi, jadi kita turunkan dengan dexamethasone,
karena sangat fatal jika tekanan di otak meningkat.
 Paracetamol merupakan obat anti-inflamasi golongan OAINS (Obat
Anti-Inflamasi No Steroid) fungsinya sama, ditambah mungkin juga
pasien demam tinggi.
 Kepra itu obat anti konvulsan, anti epilepsi, supaya kejang tidak
berulang.
 Nyeri kronis b.d peningkatan tekanan intracranial (TIK)
 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual dan
muntah, penurunan intake makanan
 Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d penurunan suplai darah
kejaringan otak (tumor otak)
 Resiko jatuh b.d gangguan penglihatan (kompresi saraf optikus)
DIAGNOSA IMPLEMENTASI
1. Nyeri kronis b.d peningkatan tekanan - melakukan pengkajian skala nyeri secara
intracranial komprehensif dan berkala sebelum dan setelah
diberikan terapi obat
- melakukan kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan, dan kebisingan
- mengajarkan teknik terapi nonfarmakologi seperti
nafas dalam
- memberikan obat analgetik pada saat pasien
merasakan nyeri hebat sesuai indikasi dokter
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari - mengkaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh b.d mual dan muntah, - memonitor berat badan pasien secara berkala
penurunan intake makanan - mengajarkan oral hygiene pada pasien sebelum
makan
- mengobservasi pasien apakah sudah makan sesuai
kebutuhan yang sudah ditentukan
DIAGNOSA IMPLEMENTASI

3. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan - memonitor jika adanya perubahan kulit pada
otak b.d penurunan suplai darah pasien
kejaringan otak (tumor otak) - mengajarkan pasien untuk menghindari
pemakaian benda-benda yang berlebihan
suhunya (terlalu panas atau dingin)

4. Resiko jatuh b.d gangguan penglihatan - mengidentifikasi adanya faktor resiko jatuh
(kompresi saraf optikus) - menganjurkan pasien untuk menggunakan
alat bantu berjalan (mis. kursi roda, walker)

Anda mungkin juga menyukai