Anda di halaman 1dari 14

TOBAT DAN RAJA’

Taubat dan Raja’


A.TAUBAT
Pengertian Taubat
Taubat secara etimologis/bahasa yang berarti “kembali” atau
“pulang”. Adapun secara terminologis/menurut Meninggalkan
Segala Perbuatan Dosa Yang Telah Dilakukan, Bertekad Untuk
Tidak Mengulanginya Lagi dan Berupaya Memperbaiki Segala
Kesalahan di Masa Lalu.
Dengan kata lain:

Taubat adalah meminta ampun kepada Allah atas segala


perbuatan tercela/dosa yang telah dilakukan dan berupaya
sekuat hati untuk tidak akan mengulangi perbuatan tercela
tersebut.
DALIL TOBAT

َ ‫ب ا ْل ُمت َ َط ِه ِر‬
‫ين‬ َ ‫ب الت َّ َّوا ِب‬
ُّ ‫ين َويُ ِح‬ َّ ‫ِإ َّن‬
ُّ ‫َّللاَ يُ ِح‬
Artinya : “Sungguh, Allah menyukai orang yang tobat
dan menyukai orang yang menyucikan diri” (Q.S. AL-Baqarah : 222)
TUJUAN TOBAT
1. Memelihara diri agar suci dari dosa
2. Agar amal ibadah dapat diterima Allah
3. Agar dapat mengerjakan ibadah dengan sempurna
4. Agar mendapatkan balasan yang baik di akhirat nanti
5. Agar mendapat petunjuk dan hidayah dari Allah SWT
6. Agar jiwa dan perasaan menjadi tenang
Syarat-syarat taubat
1. Menyesal atas segala perbuatan dosa yang pernah
dilakukan.
2. Mensucikan diri dari perbuatan maksiat yang sudah
dilakukan.
3. Karena tidak ada artinya bertaubat jika dosa masih terus
dikerjakan.
4. Bertekad dengan sungguh-sungguh bahawa tidak akan
mengulanginya lagi, selama hayat dikandung badan,
sampai mengucapkan selamat tinggal pada dunia yang
fana ini.
Syarat diterimanya Taubat

1) Ikhlas. Artinya, taubat pelaku dosa harus ikhlas semata-mata karena Allah,
bukan karena lainnya.
2) Menyesali dosa yang telah diperbuatnya.
3) Meninggalkan sama sekali maksiat yang telah dilakukannya.
4) Tidak mengulangi. Artinya, seorang muslim harus bertekad tidak
mengulangi perbuatan dosa tersebut.
5) Istighfar. Yaitu memohon ampun kepada Allah atas dosa yang dilakukan
terhadap hakNya.
6) Memenuhi hak bagi orang-orang yang berhak, atau mereka melepaskan
haknya tersebut.
7) Waktu diterimanya taubat itu dilakukan di saat hidupnya, sebelum tiba
ajalnya. Sabda Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam : “Sesungguhnya Allah
akan menerima taubat seorang hambaNya selama belum tercabut
nyawanya.” (HR. At-Tirmidzi, hasan).
 Kriteria
 Orang yang bertaubat sesudah melakukan kesalahan. Orang ini
diampuni dosanya
 Tobat seseorang ketika hampir mati atau sekarat. Tobat semacam ini
sudah tidak dapat diterima
 Tobat nasuha atau tobat yang sebenar-benarnya. Tobat nasuha adalah
tobat yang dilakukan dengan sungguh-sungguh atau semurni-murninya.
Tobat semacam inilah yang dinilai paling tinggi.
Untuk bisa dinyatakan sebagai tobat nasuha, seseorang harus memenuhi

Tiga syarat sebagai berikut :


1) Harus menghentikan perbuatan dosanya
2) Harus menyesalai perbuatannya
3) Niat bersungguh-sungguh tidak akan mengulangi perbuatan dosa itu
lagi.
 Tahapan Taubat
Dalam bertaubat, ada tiga tahapan, yaitu:
1) Tahap pertama yaitu berpaling dari dosa karena takut
kepada Allah SWT. Tahapan seperti ini merupakan
tahapan orang mukmin biasa.
2) Kedua yaitu inabat, yaitu taubat karena ingin
mendapat balasan atau pahala dari Allah SWT, Inabat
merupakan tahapan para wali dan yang diridhai Allah
SWT.
3) Ketiga yaitu aubat, aubat adalah taubat karena
mematuhi perintah allah SWT, bukan karena
menginginkan pahala atau takut kepada Allah SWT.
Aubat merupakan tahapan para nabi dan rasul.
Hukum taubat adalah wajib bagi setip muslim atau muslimah yang sudah
mukallaf (balig dan berakal). Allah SWT berfirman:

‫ون‬ َ ُ‫َّللاِ َج ِميعًا أَيُّ َها ا ْل ُم ْؤ ِمن‬


َ ‫ون لَعَلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِل ُح‬ َّ ‫َوتُوبُوا ِإلَى‬
“Bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah hai orang-orang yang beriman.
Supaya kamu beruntung”. (QS. An-nur 24:31)
Adapun hikmah dan manfaat yang diperoleh dari taubat itu antara lain:
dosanya diampuni, memperolah rahmat Allah, dan bimbingan untuk masuk
surga. Allah SWT berfirman:

‫سى َربُّ ُك ْم أ َ ْن يُك َِف َر‬ َ ‫ع‬ َ ‫صو ًحا‬ ُ َ‫َّللاِ ت َ ْوبَةً ن‬
َّ ‫ين َءا َمنُوا تُوبُوا ِإلَى‬ َ ‫يَاأَيُّ َها الَّ ِذ‬
‫ار يَ ْو َم لَ يُ ْْخ ِِي‬ ُ ‫س ِيئَاتِ ُك ْم َويُد ِْخلَ ُك ْم َجنَّات ت َ ْج ِري ِم ْن ت َ ْحتِ َها اْأل َ ْن َه‬َ ‫ع ْن ُك ْم‬
َ
‫يه ْم َو ِبأ َ ْي َمانِ ِه ْم‬
ِ ‫سعَى بَ ْي َن أ َ ْي ِد‬ ُ ُ‫ين َءا َمنُوا َمعَهُ ن‬
ْ َ‫ور ُه ْم ي‬ َ ‫َّللاُ النَّ ِب َّي َوالَّ ِذ‬
َّ
‫علَى ك ُِل ش َْيء قَ ِدير‬ َ ُ‫ون َربَّنَا أَتْ ِم ْم لَنَا ن‬
َ ‫ورنَا َوا ْغ ِف ْر لَنَا ِإنَّ َك‬ َ ُ‫يَقُول‬
“Wahai orang-orang yang beriman bertaubatlah kepada Allah dengan taubat
semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menutupi kesalahan-
kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga”. (Q.S At-Tahrim, 66 : 8)
Dari sini dapat diambil suatu kesimpulan, bahwa taubat
merupakan perintah Allah yang menjadi kewajiban
seluruh kaum muslimin, meskipun mereka tidak
berbuat maksiat, apalagi yang telah berbuat maksiat
kepada Allah. Karena ternyata Allah SWT memberikan
predikat dzolim, kepada mereka yang tidak mau
bertaubat, sebagaimana yang Allah firmankan,

َّ ‫َو َم ْن لَ ْم يَت ُ ْب فَأُولَ ِئ َك ُه ُم ال‬


َ ‫ظا ِل ُم‬
‫ون‬
"Dan barang siapa yang tidak mau bertaubat, maka
mereka itulah orang-orang yang dzolim" (QS. Al-
Hujurat/ 49: 11).
Raja’
Pengertian Raja’
Raja’ berarti harapan. Maksudnya adalah mengharap ridha Allah SWT.
Raja’ termasuk akhlak yang terpuji yaitu suatu akhlak yang dapat
berguna untuk mempertebal iman dan taqwa kepada Allah SWT.
Dengan kata lain:

Raja' berarti mengharapkan sesuatu dari Allah SWT. Ketika berdo’a


maka kita harus penuh harap bahwa do’a kita akan dikabul oleh Allah
SWT.
 Ciri-ciri Raja’

1. Dalam berusaha (ikhtiar) seseorang akan mengawali dengan


niat yang baik, yaitu karena Allah swt
2. Senantiasa berpikir positif dan dinamis, memiliki
pengharapan yang baik bahwa usahanya akan berhasil, serta
berani menghadapi resiko yang menghadang
3. Munculnya sifat ulet, pantang menyerah dalam menghadapi
cobaan sehingga akan menjadikannya mampu berpikir kritis
4. Selalu bertawakal kepada Allah setelah usaha yang
dilakukan. Ia sadar bahwa kewajiban manusia hanya
berusaha dari Allah yang menentukan
5. Tidak lekas merasa puas atas apa yang diraih dan selalu
berusaha meningkatkan diri
6. Jika ia menjadi orang yang berhasil, akan menyadari bahwa
segala keberhasilannya berkat karunia Allah, ia tidak lupa
untuk menafkahkan sebagian hasil jerih payahnya untuk
beramal dan membantu mereka yang membutuhkan
 Contoh Prilaku Raja’

 Bekerja dengan mengharap rida Allah atas


penghasilan yang ia dapat
 Bersedekah dengan mengharap rida Allah
 Membantu orang lain tanpa pamrih dan hanya
mengharap rida Allah
 Manfaat dan Hikmah
 Memperoleh keridaan Allah
 Terhindar dari perbuatan dosa
 Mendapatkan kepuasan hidup
 Mendekatkan diri kita pada Allah S.W.T
 Sarana penyelesaian persoalan hidup
 Memperoleh kebahagiaan hidup di dunia
dan akhirat

Anda mungkin juga menyukai