Anda di halaman 1dari 31

KARSINOM

ANASOFARI
NG
Oleh:
Nurul Fadhilah 1840312267
Andina Dwinanda 1840312632

Preseptor:
Dr. dr. Sukri Rahman, Sp.THT-KL (K) FICS
Clinical Science Session
LATAR BELAKANG
Latar Belakang Masalah

• Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas paling sering muncul di area nasofaring.

• Di Indonesia menjadi keganasan terbanyak nomor 4 prevalensinya.

• Terutama menyerang usia produktif M:F 2,18:1 dan 60 % kasus dalam rentang usia 25-60 tahun.

• Predileksi tersembunyi  penegakan diagnosis dini sulit karena asimptomatik.


TINJAUAN PUSTAKA
EPIDEMIOLOGI
• (Global) Insidensi 80.000 kasus tiap tahunnya.

• Memiliki kecenderungan geografis ; Amerika Utara dan Eropa memiliki


tingkat insidensi <1 kasus per 100.000 populasi sedangkan di China
Selatan dan Asia Tenggara mencapai 20-30 kasus per 100.000 kasus per
tahunnya.
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Faring
ETIOLOGI Epstein-
Barr Virus

Diet dan
Kebiasaan

Lingkungan
PATOGENESIS
Infeksi EBV Paparan lingkungan

Replikasi di Radikal bebas


epitel faring Terbentuk lesi pra-kanker

Sel stres oksidatif


Proliferasi Kanker
Limfosit B

Mutasi gen
Translokasi Menurunkan ekspr CD 8 + juga
Kemampuan lisis
sel abnormal
gen CMYC esi MHC kelas 1 menurun
menurun
PENYEBARAN TUMOR
• Penyebaran ke superior
Tumor meluas ke intrakranial menjalar sepanjang fossa medialis -
> penjalaran Petrosfenoid -> melalui foramen laserum -> diplopia
dan neuralgia trigeminal (parese N. III, IV, V dan VI)
• Meluas ke retro/posterior
Secara ekstrakranial menembus fascia faringobasilaris yaitu
sepanjang fossa posterior (termasuk di dalamnya foramen
spinosum, foramen ovale dll) -> terdapat N. IX - XII
• Penyebaran ke kelenjar getah bening
Penyebaran ke kelenjar getah bening sangat mudah terjadi.
Biasanya penyebaran ke KGB diawali pada nodus limfatik di
lateral retrofaring -> bengkak di leher -> menembus kelenjar dan
mengenai otot dibawahnya.
• Metastasis jauh
Sel-sel kanker dapat ikut mengalir bersama getah bening atau
darah -> tulang, hati dari paru.
Gejala Klinis
1. Gejala nasofaring -> Epitaksis / Rasa hidung tersumbat
2. Gangguan telinga -> timbul karena tempat asal tumor
dekat muara eutachius (fossa rosenmuller).
Berupa tinnitus, rasa tidak nyaman di telinga sampai
rasa nyeri di telinga (otalgia) serta penurunan
pendengaran.
Gejala Klinis
3. Foramen laserum -> N III,IV,VI dan V -> diplopia
dan neuralgia trigeminal
4. Foramen Jugulare -> N IX, X, XI, dan XII jika
penjalaran melalui foramen jugulare. Gangguan ini
sering disebut dengan sindrom Jackson.
5. Metastasis ke kelenjar servikal
Prinsip Diagnosis
Anamnesis
• Identitas pasien (gender, usia, asal daerah, pekerjaan)
• Gejala yang muncul dan elaborasinya
Pemeriksaan fisik
• Status generalis dan status lokalis THT
• Pemeriksaan nasofaring dapat dilakukan dengan menggunakan cara
tidak langsung yaitu rinoskopi posterior dan cara langsung
nasofaringoskopi dengan alat endoskop/ nasofaringoskop kaku (rigid
nasopharyngoscope).
Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan serologik.
• Serologi IgA VCA/IgA EA sebagai tumor marker
(penanda tumor) diambil dari darah tepi dan/atau
Brushing Nasofaring (DNA Load Viral).
• Pemeriksaan ini tidak berperan dalam penegakkan
diagnosis : skrining dan data dasar untuk evaluasi
pengobatan
B. Pemeriksaan Radiologik
CT Scan
• Pemeriksaan radiologik berupa CT scan nasofaring
mulai setinggi sinus frontalis sampai dengan
klavikula, potongan koronal, aksial, dan sagital,
tanpa dan dengan kontras.
• CT berguna untuk melihat tumor primer dan
penyebaran ke jaringan sekitarnya serta penyebaran
kelenjar getah bening regional.
USG abdomen
• Untuk menilai metastasis organ-organ intra abdomen. Apabila
dapat keraguan pada kelainanang ditemukan dapat dilanjutkan
dengan CT Scan Abdomen dengan kontras.
Foto Thoraks
• Untuk melihat adanya nodul di paru atau apabila dicurigai
adanya kelainan maka dilanjutkan dengan CT Scan Thoraks
dengan kontras.
Bone Scan
• Untuk melihat metastasis tulang.
C. Pemeriksaan Patologi Anatomi
Menurut WHO tahun 2005 ada tiga tipe karsinoma nasofaring yaitu :

1. Karsinoma sel skuamosa berkeratin (keratinized squamous cell


carcinoma). Merupakan tipe yang banyak menghasilkan keratin
dan dapat berdiferensiasi dengan baik.
2. Karsinoma sel skuamosa tanpa keratin (nonkeratinized
squamous cell carcinoma). Pada tipe ini dibagi menjadi dua yaitu
tipe differentiated dan tipe undifferentiated.
3. Karsinoma sel skuamosa basaloid (basaloid squamous cell
arcinoma)
Sistem TNM UICC/AJCC Edisike-8 tahun 2018

Penentuan Stadium KNF


(Staging)
Sistem TNM UICC/AJCC
Edisike-8 tahun 2018
Sistem TNM UICC/AJCC
Edisi ke-8 tahun 2018
Staging Pasien Bangsal
Alur Diagnosis Karsinoma Nasofaring
Alur Diagnosis Karsinoma Nasofaring
Tatalaksana Karsinoma Nasofaring
Kontrol rutin dilakukan meliputi konsultasi & pemeriksaan fisik:
• Tahun 1 : setiap 1-3 bulan
• Tahun 2 : setiap 2-6 bulan
• Tahun 3-5 : setiap 4-8 bulan
• 5 tahun : setiap 12 bulan

Follow Up Terapi Paliatif (dengan terapi kemoterapi); follow-up dengan CT Scan


pada siklus pertengahan terapi untuk melihat respon kemoterapi terhadap tumor.

Follow-up
• Prognosis keseluruhan tidak baik dan angka survival 5 tahunnya hanya 30%.
Hal ini biasa terjadi karena terlambat menegakkan diagnosis. Dengan
pengenalan tanda dan gejala sedini mungkin maka prognosis dapat membaik
• Stadium T1 dan T2 memiliki angka kontrol lokoregional yang tinggi (> 95%).
Angka survival dapat mencapai 70 –75%.
• Pada stadium lanjut T3 dan T4, angka kontrol lokoregional 26 mencapai secara
berturut-turut 70% dan 50%. Angka survival 5 tahun pasien dengan stadium
lanjut yang ditangani kemoterapi adalah 66% dan dengan radiasi 76%.

Evaluasi dan Monitoring


TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai