Anda di halaman 1dari 20

AUDIT PERBANKAN

PENGGOLONGAN KREDIT

KELOMPOK 2

1. Eka Putri Maharani ( 161600042 )


2. Yuni Aprilyani ( 161600106 )
3. Novelita Try Lesmawardani ( 161600125 )
4. Moses Albertho Girendra ( 161600220 )
Klasifikasi dan Kriteria
Penggolongan Kredit

Penggolongan Aktiva Produktif (yang sebagian besar


terdiri dari kredit) menurut kualitasnya telah mengalami
perubahan. Sebelum Februari 1998, kualitas aktiva
produktif dibagi menjadi 4 golongan : Lancar, Kurang
Lancar, Diragukan dan Macet. Perubahan dilakukan sesuai
perkembangan kondisi perbankan yang berkaitan juga
dengan perlunya pemilihan yang lebih tajam dalam melihat
kesehatan bank, serta untuk menentapkan penyisihan
cadangan penghapusan aktiva produktif yang memadai
untuk menyangga operasi perkreditan bank.
Klasifikasi dan Kriteria Penggolongan Kredit
3. Kurang Lancar (Sub
Standard) 5. Macet (Loss)
• Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau • Terdapat tungakan angsuran
1. Lancar (Pass) bunga yang telah melampaui 90 hari pokok dan atau bunga telah
• Pembayaran angsuran pokok dan/ atau • Frekuensi mutasi rekening relatif rendah melampaui 270 hari
• Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang • Kerugian operasional ditutup
bunga tepat waktu
dijanjikan lebih dari 90 hari dengan pinjaman baru
• Memiliki mutasi rekening yang aktif • Dari segi hukum maupun
• Terdapat indikasi masalah keuangan yang
• Bagian dari kredit yang dijamin kondisi pasar, jaminan tidak
dihadapi debitur
dengan angunan tunai (cash • Dokumentasi pinjaman yang lemah dapat dicairkan pada nilai
collateral) wajar.
• Terdapat tunggakan angsuran pokok • Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari
dan atau bunga yang belum • Terjadi kapitalisasi bunga
2. Dalam Perhatian melampaui 90 hari • Terjadi tunggakan angsuran pokok dan
• Kadang-kadang terjadi cerukan atau bunga yang telah melampaui 180
Khusus (Special • Mutasi rekening relatif aktif hari
Mention) • Jarang terjadi pelangaran terhadap • Terjadi cerukan yang bersifat permanen
kontrak yang diperjanjikan
• Didukung oleh pinjaman baru 4. Diragukan (Doubtful)
Untuk kredit yang berhasil Kualitas
diselamatkan pada waktu
penyelamatan dapat Kredit Yang
memenuhi kolektibilitas
Lancar (pass), selama 6 Diselamatkan
bulan sejak penyelamatan,
kredit tersebut tinggi-
tingginya digolongkan
sebagai Kurang Lancar
Non Performing Loan (NPL)

Istilah kredit bermasalah sering juga


dipakai untuk kredit macet yang
sudah di hapus dari pembukuan bank.
Agar tidak menimbulkan kerancuan
untuk selanjutnya.
Yang dimaksud dengan NPL dalam
tulisan ini adalah debitur atau
kelompok debitur yang masuk dalam
golongan 3,4 dan 5 dari 5 golongan
kredit tersebut diatas yaitu debitur
yang kurang lancar, diragukan dan
macet.
Pengaruh NPL Terhadap Operasi Bank
Pada posisi neraca bank sebelum ada NPL, kita asumsikan loan (L) sama dengan
deposit (D) atau dengan kata lain loan deposit ratio = 1 (LDR 100%). Bunga yang
dikenakan terhadap kredit yang diberikan rata-rata diasumsikan sebesar 20%, kredit
100% lancar dan semua kredit membayar bunga. Bunga untuk deposit yang dibayarkan
bank diasumsikan rata-rata 12%. Beban overhead bank diasumsikan sebesar 5%.
Semua % dihitung dari L atau D yang sesuai asumsi diatas jumlahnya sama. Profit atau
keuntungan bank dengan mudah dihitung sebagai berikut :
Profit = (20% x L) – (12% x D) – 5% d, karena L = D maka
Profit = 3% x D
Pengaruh NPL Terhadap Operasi Bank
Pada keadaan yang sudah memburuk dimana kalau diasumsikan NPL
sudah mencapai 30% x L (dan kondisi ini banyak dialami bank umum
bahkan lebih buruk), serta diantara yang 30% tersebut terdapat kredit
macet sebesar 10% x L, LDR masih sama (100%) maka perhitungan
profit akan seperti berikut :
Profit = (70% x (20% x L)) – (12% x D) – 5% x D
Profit = 14% x L – 12% x D – 5% x D
Profit = -3% x D (minus atau rugi)
Pembentukan Cadangan NPL
Bank perlu menyisihkan sebagaian pendapatan bank untuk berjaga-
jaga agar dapat menutup kerugian yang akan timbul apabila suatu
saat kredit yang diberikan bank ternyata mengalami kemacetan.
Penyisihan untuk pembentukan cadangan NPL harus dilakukan
sesuai aturan yang ditetapkan. Dalam Strandar Akuntansi Keuangan
(PSAK No.31), cadangan tersebut disebut sebagai Penyisihan
Penghapusan Kredit atau PPK, dan penyajiannya dalam neraca
adalah sebagai offcetting account yang muncul sebagai pengurangan
dari jumlah kredit yang diberikan pada aktiva bank.
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)

1. Cadangan Umum, yang 2. Cadangan khusus untuk


sekurang-kurangnya sebesar kredit yang diberikan, yang
1% (satu perseratus) dari sekurang-kurangnya
total aktiva produktif sebagai berikut ini :

Kolektibilitas Kredit PPAP


2.1 Dalam Perhatian Khusus (Special Mention) 5%
2.2 Kurang Lancar (substandard) 15%
2.3 Diragukan (Doubtfull) 50%
2.4 Macet (Loss) 100%
Masing-masing telah dikurangi dengan nilai anggunan
tunai (cash collateral).
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)

3. Cadangan khusus untuk surat berharga, yang


sekurang-kurangnya 100% (serratus per serratus)
dari surat berharga yang digolongkan macet.
Pengaruh Penghapusan Kredit Macet

Penghapusan kredit macet mempengaruhi terhadap neraca bank. Dengan


penghapusan kredit macet yang bukan lagi merupakan produktif asset,
berat jumlah produktif asset dalam akuntansi bank mengecil namun lebih
bersih atau lebih produktif.
Bank yang baik tidak terpengaurh dengan penghapusan kredit macet
karena sudah menyiapkan cadangan yang cukup, malah berdampak positif
terhadap operasi bank selanjutnya, bahkan apabila kredit macet yang
sudah dihapus bukukan dapat ditagih kembali baik sebagian maupun
seluruhnya, maka hasil itu akan meningkatkan kembali cadangan
penghapusan kredit atau PPAP bank yang otomatis memperkuat posisi
bank.
Penanganan NPL

Penjadwalan
Ulang Reconditioning Restructuring
(Reschedulling)
Penggolongan Kredit Menurut Resiko

Exposure kredit dapat pula disusun dan


dikelompokkan berdasarkan tingkatan risiko
masing-masig debitur. Kesimpulan berdasarkan
profil risiko menunjukkan komposisi kredit
menurut risiko dan dari komposisi tersebut
menejemen dapat melihat komposisi kualitas
kredit dan dapat memutuskan perhatian
pengawasan kredit pada kredit high risk, poor
quality, dan below average.
Penggolongan Kredit Menurut Resiko
Kredit juga dikelompokkan menurut kriteria
besarnya limit atau sifat umum penerimanya
sebagai berikut :
• Corporate
• Commercial dan
• Consumers credit
Pengelompokkan seperti itu juga terbaik dengan
risiko masing-masing kelompok kredit tersebut,
karena risikonya berbeda satu sama lain dapat
dikemukakan bahwa :
• Kerugian paada consumers exporsures lebih
dapat diramalkan, lebih rendah gejolaknya dan
kurang berpengaruh pada siklus di bandingkan
dengan exposure comercial credit.
• Untuk portofolio komersial kredit, kerugian
akibat gejolak selama berlangsungnya suatu
siklus ekonomi niainya dapat jauh lebih besar.
Beberapa Penyebab NPL
1. Penyebab Eksternal
a. Pengaruh Makro (Systematic Risk)
b. Kecurangan (Operasional Risk / Fraud Risk)
2. Penyebab Internal
a. Tidak memiliki pengetahuan, pengalaman dan intergritas (op
rasional risk / fraud risk)
b. Ingin cepat berkembang (oprational risk)
c. Pelanggaran batas wewenang (risiko operasional/frau rsik)
d. Pencairan sebelum persyaratan kredit di penuhi (operasional
risk/legal risk/reputationa risk)

3. Kombinasi Penyebab Eksternal Dan Interal


a. Intersi yang dilayani (fraud risk)
b. Kolusi (fraud risk)
c. Plafondering (operasional risk/fraud risk)
Usaha Mencegah NPL

Pengelolaan Kredit Harus Orang


Terpilh

Fit and Proper Test Oleh Bank


Indonesia

Benahi Sisdur dan Laksanakan


Secara Konsekuen

Melaksanakan KYC Principle


Contoh Kasus
Kredit Macet Perbankan Naik jadi 2,6%
Rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) perbankan
nasional mengalami tren peningkatan dalam tiga bulan terakhir.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, rasio kredit macet
perbankan perlahan naik dari 2,50 persen pada Juni 2019 menjadi
2,60 persen pada Agustus 2019. Presiden Direktur PT Bank Central
Asia Tbk, Jahja Setiaatmadja, menuturkan penyebab
peningkatannya adalah kasus gagal bayar kredit sejumlah
perusahaan besar yang melibatkan beberapa bank nasional.
Penyebab naiknya NPL industri mungkin karena kasus gagal bayar,
seperti Krakatau Steel dan Duniatex Group. Seperti diketahui,
kegagalan PT Delta Dunia Sandang Textile (DDST), anggota
Duniatex Group, membayar bunga dan pinjaman senilai US$ 11
juta dari pinjaman total sindikasi senilai US$ 260 juta pada Juli lalu
menyeret sejumlah bank yang menjadi kreditornya.
Contoh Kasus
Kredit Macet Perbankan Naik jadi 2,6%
Berikutnya adalah persoalan beban keuangan yang mendera
perusahaan pelat merah PT Krakatau Steel Tbk akibat
menumpuknya utang terhadap enam lembaga keuangan hingga
memerlukan restrukturisasi. Hingga Juni 2019, tingkat NPL
korporasi BCA tercatat sebesar 1,39%.
Adapun Krakatau Steel akhir September lalu akhirnya meneken
perjanjian kredit restrukturisasi dengan BCA, Bank Mandiri, Bank
Negara Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank
ICBC Indonesia, dan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia
(LPEI). Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim menuturkan,
dengan adanya perjanjian ini, pihaknya akan mendapatkan relaksasi
pembayaran utang, termasuk di dalamnya tenor atau jangka waktu
pelunasan pinjaman yang menjadi lebih panjang.
Analisis :
Ke depan, untuk mengantisipasi kredit macet terutama di
segmen menengah, perbankan seharusnya mengedepankan
pengecekan rekam jejak (track checking). Tujuannya, untuk
mengecek keaslian atau keabsahan data debitur. Pengecekan
seharusnya dilakukan ke pemasok (supplier) yang selama
ini bekerja sama dengan debitur, dan kepada kreditur kredit
sebelumnya. Selain itu, pihak bank harus meningkatkan
kewaspadaan pegawainya agar tidak hanya mengandalkan
data keuangan dari akuntan publik. Bank juga harus lebih
selektif dalam memilih kantor akuntan publik yang kredibel.
Question :

THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai