Anda di halaman 1dari 13

Reaksi Toksisitas

Antagonis

Oleh :
1. Ninda Fatma Wati H75216042
2. Nurrahma Maya Oktavia H75216045
3. Agung Achmad Subadi H75216051
Interaksi bahan kimia dapat terjadi melalui
sejumlah mekanisme dan efek dari dua atau lebih
bahan kimia yang diberikan secara bersamaan
akan menghasilkan suatu respons yang mungkin
bersifat aditif, sinergis, potensiasi, dan
antagonistik.
PAPARAN CAMPURAN ZAT KIMIA
Jika manusia terpapar 2 zat atau lebih, zat tersebut mungkin akan berinteraksi
sehingga mengubah toksisitas mereka. Interaksi zat kimia dapat terjadi dengan
berbagai cara seperti mengubah absorbsi, biotransformasi atau ekskresi salah satu
atau kedua toksikan yang saling berinteraksi
Terdapat 4 jenis efek yang muncul akibat inteaksi zat kimia (WHO, 2005):
1. Independen
2. Aditif
3. Sinergis
4. antagonis
Antagonis muncul akibat penetralan zat kimia
terhadap efek buruk yang dimiliki zat lain. Dengan
kata lain, paparan tehadap 2 zat kimia / lebih
yang ditimbulkan tidak sekuat efek terhadap
paparan masing-masing zat. Efeknya lebih lemah
dari zat aditif.
Contoh :
3-2 =1

Sumber : (WHO,2005)
EFEK ANTAGONIS
Efek antagonis adalah apabila 2 bahan kimia diberikan bersama-sama akan saling mengganggu
atau salah satu akan mengganggu aktivitas bahan kimia lain (Mukono H.J 2005)

Antagonis ialah apabila beberapa zat kimia digabungkan akan saling mengurangi efek toksik dari
masing-masing zat kimia tersebut (Adhani & Husaini, 2017)

Jadi antagonis (less than additive) terjadi apabila pencampuran bahan kimia mengakibatkan
penurunan toksisitas pada organisme

Fun Fact : Salah satu fenomena antagonisme yang sering dijumpai adalah antagonisme
farmakologi
SIFAT ALAMI LINGKUNGAN
Menurut Yulianto & Nurul Amaloyah (2017) Secara alami terdapat berbagai macam
senyawa kimia di alam yang berpotensi mempunyai efek toksik, seperti senyawa-
senyawa polusi udara dan gas buang mesin-mesin industri dan kendaraan bermotor.
Apabila terdapat 2 zat atau lebih bersamaan di alam dan terabsorpsi oleh
organisme secara bersamaan akan menimbulkan efek antogonis,
Hal ini juga memungkinkan adanya efek antagonis seperti keberadaan selenium
akan menurunkan efek toksik dari merkuri, methionin dan fenilklorid, arsnik dan
selenium, serta seng dan kadmium.
Efek antagonis seringkali sangat diharapkan di dalam toksikologi dan menjadi dasar
pembentukan berbagai antidot
Contoh : demorkapol berikatan dengan unsur-unsur seperti arsenik, merkuri, dan
timbal. Serta efektoksiknya akan lebih lemah daripada yang diperkirakan.
DALAM DUNIA PERTANIAN
Menurut Hanudin dan budi marwoto (2012) Secara alami terdapat prospek
penggunaan mikroba antagonis sebagai agens pengendali hayati penyakit utama
pada tanaman hias dan sayuran dimana mikroba antagonis adalah jasad hidup
berupa bakteri, jamur/cendawan, actinomycetes maupun virus yang terdapat di ada
alam
Hal ini juga memungkinkan adanya penerapan isu pembangunan pertanian berbasis
green agriculture dengan bermaksud menekan pencemaran udara, tanah, air dan
lingkungan hidup.
DALAM DUNIA TEKNOLOGI PANGAN
Menurut Netty Kusumawati (2000) pada bahan pangan hewani terdapat bakteriosin
terutama nisin merupakan senyawa yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat untuk
menghasilkan senyawa yang berefek antagonis terhadap L. monocytogenes pada
suhu rendah dengan tidak mempengaruhi citra rasa dan kenampakan produk.

Fun fact : L. Monocytogenes merupakan spesies yang paling dominan yang


menyebabkan listeriosis pada manusia. Listeriosis pada manusia tidak ditandai
dengan serangkaian gejala unik yang timbul dari status kondisi inangnya. Namun jika
wanita hamil mengalami penyakit ini maka kemungkinan besar terjadi keguguran,
lahir premature atau (stillbirth)
KESIMPULAN
Reaksi antagonis secara toksikologi akan mengurangi atau bahkan
menghilangkan toksisitas suatu zat atau senyawa toksikan atau protoksikan.

Salah satu fenomena antagonisme yang sering dijumpai adalah antagonisme


farmakologi.
DAFTAR PUSTAKA
Bahaya Bakan kimia pada kesehatan manusia dan lingkungan / WHO; alih bahasa,
Palupi Widyastuti; editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester- Jakarta : EGC, 2005.
Mukono H.J (2005). Toksikologi Lingkungan. Surabaya : Airlangga University Press
(Hal 9-10)
Adhani & Husaini (2017). Logam Berat Sekitar Manusia. Banjarmasin : lambung
mangkurat university Press
Yulianto & Nurul Amaloyah (2017). Toksikologi Lingkungan. Pusat Pendidikan Sumber
Daya Manusia Kesehatan (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia).
DAFTAR PUSTAKA
Sang Gede Purnama dan I Gede Herry Purnama. 2017.Diktat Kuliah Toksikologi
Lingkungan Pariwisata. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
Universita Udayana.
NK Dewi, FF Perdhana, A Yuniastuti. 2012. Paparan Seng di Perairan Kaligarang
terhadap Ekspresi Zn-Thionein dan Konsentrasi Seng pada Hati Ikan Mas. Journal
MIPA 35(2): 108-115
Agung Endro Nugroho, Puguh Novi Arsito, Yance Anas, Joko Tri Wibowo, Sugeng
Riyanto, Mohamad Aspollah Sukari. 2011. Antagonisme Marmin terhadap Reseptor 5-
Hidroksi Triptamin dan Reseptor Histamin pada Otot Polos Ileum Marmut. Jurnal Ilmu
Kefarmasian Indonesia, Vol. 9, No. 2
DAFTAR PUSTAKA
Hanudin dan budi marwoto. 2012. prospek penggunaan mikroba antagonis sebagai
agens pengendali hayati penyakit utama pada tanaman hias dan sayuran. Jurnal
Litbang Pertanian.
Netty Kusumawati. 2000. Peranan Bakteri Asam Laktat dalam menghambat Listeria
Monocytogenes pada bahan makanan. Jurnal teknologi pangan dan gizi.
Endrialdi.2010.Logam-Logam Berat Pencemar Lingkungan san Efeknya Terhadap
Manusia. Jurnal Kesehatan Masyarakat No. 1 Vol. 4.

Anda mungkin juga menyukai