Anda di halaman 1dari 21

STUNTING

Oleh: Lusi, SST., M.Keb


TP PKK Kota Bima
STUNTING
• STUNTING adalah Kondisi Gagal
Tumbuh pada anak balita akibat
kekurangan zat gizi kronis, terutama dalam
1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)
• Balita Pendek adalah balita dengan status
gizi yang berdasarkan PB atau TB menurut
umurnya bila dibandingkan dengan standar
baku WHO-MGRS (Multicentre Growth
Reference Study), nilai z-scorenya kurang
dari -2SD dan dikategorikan sangat pendek
jika nilai z-scorenya kurang dari -3SD.
1000 Hari Pertama Kehidupan

Catatan:
Walaupun remaja putri secara eksplisit tidak disebutkan dalam 1.000 HPK, namun status gizi remaja putri atau pra
nikah memiliki kontribusi besar pada kesehatan dan keselamatan kehamilan dan kelahiran, apabila remaja putri
menjadi ibu.
Prevalensi Balita Stunting di Kota Bima
Tahun 2018
60

48.94
50 47.49
43.89
39.48
40

31.72 32.09
30 26.26

20

10

0
Jatibaru Paruga Mpunda Penanae Rasanae Timur Kumbe Kolo
DAMPAK STUNTING/KURANG GIZI

Gizi kurang & infeksi Gizi cukup & sehat

“Otak Kosong” bersifat permanen Anak cerdas


Tak terpulihkan dan produktif

MUTU RENDAH MUTU SDM TINGGI

BEBAN ASET 9
Sumber : Unicef, 2002
Sifat Indikator Status Gizi
• Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U)
 Memberikan indikator masalah gizi secara umum karena berat badan
berkorelasi positif dengan Umur & Tinggi Badan.
 Berat Badan menurut umur rendah dapat disebabkan karena Pendek
(masalah gizi kronis) atau menderita penyakit infeksi (masalah gizi akut)
• Indeks Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)
 Memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya Kronis sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung
lama, misalnya: kemiskinan, perilaku hidup tidak sehat, dan asupan makanan kurang dalam waktu yang lama
sehingga mengakibatkan anak menjadi pendek
• Indeks Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)
 Memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya akut sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi dalam waktu
yang tidak lama (singkat), misalnya terjadi wabah penyakit dan kekurangan makan (kelaparan) yang
menyebabkan anak menjadi kurus.
 Indikator BB/TB dan IMT/U dapat digunakan untuk identifikasi kurus dan gemuk. Masalah kurus dan
gemuk pada umur dini dapat berakibat pada resiko penyakit degenerative pada saat dewasa (Teori Barker)
Sumber: Kemenkes RI, Buku saku Pemantauan Status Gizi Tahun 2017
Intervensi Gizi Spesifik
I. Intervensi dengan sasaran Ibu Hamil:
• 1.Memberikan makanan tambahan pada ibu hamil untuk mengatasi kekurangan energi dan protein kronis.
• 2.Mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat.
• 3.Mengatasi kekurangan iodium.
• 4.Menanggulangi kecacingan pada ibu hamil.5.Melindungi ibu hamil dari Malaria.
II. Intervensi dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 0-6 Bulan:
• 1.Mendorong inisiasi menyusui dini (pemberian ASI jolong/colostrum).
• 2.Mendorong pemberian ASI Eksklusif.
III. Intervensi dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 7-23 bulan:
• 1.Mendorong penerusan pemberian ASI hinggausia 23 bulan didampingi oleh pemberian MP-ASI.
• 2.Menyediakan obat cacing.
• 3.Menyediakan suplementasi zink.
• 4.Melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan.
• 5.Memberikan perlindungan terhadap malaria.
• 6.Memberikan imunisasi lengkap.
• 7.Melakukan pencegahan dan pengobatan diare.
Intervensi Gizi Sensitif

• 1.Menyediakan dan Memastikan Akses pada Air Bersih.


• 2.Menyediakan dan Memastikan Akses pada Sanitasi.
• 3.Melakukan Fortifikasi Bahan Pangan.
• 4.Menyediakan Akses kepada Layanan Kesehatan dan Keluarga Berencana (KB).
• 5.Menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
• 6.Menyediakan Jaminan Persalinan Universal (Jampersal).
• 7.Memberikan Pendidikan Pengasuhan pada Orang tua.
• 8.Memberikan Pendidikan Anak Usia Dini Universal.
• 9.Memberikan Pendidikan Gizi Masyarakat.
• 10.Memberikan Edukasi Kesehatan Seksual dan Reproduksi, serta Gizi pada Remaja.
• 11.Menyediakan Bantuan dan Jaminan Sosial bagi Keluarga Miskin.
• 12.Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Gizi.

Anda mungkin juga menyukai