Anda di halaman 1dari 23

FARMAKOTERAPI IV

OSTEOARTHRITIS
OLEH : KELOMPOK IV
ALI SANDI D.C
HASNUL HIDAYAT
KHAIRUL ANAS
LOTINORIS CARDO
M.RIZKY FIRDAUS
RIVALDI CHANDRA
YOGI PRADANA

DOSEN PEMBIMBING : SRI OKTAVIA, M.Farm.Apt.

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI


PADANG
DIEGO ARMANDO MARADONA

Sang Legenda Hidup


sepak bola dunia asal Argentina
tahun ’80-an ia adalah Diego
Armando Maradona lahir 30
Oktober 1960 di kota Buenos
Aires Argentina. Sang legenda
yang populer karena gol “Tangan
Tuhan” pada gelaran piala dunia
tersebut ternyata memiliki riwayat
osteoarthritis pada bagian
lututnya, hal itu terungkap pada
sebuah video saat maradona
memimpin latihan menggunakan
tongkat.
Karena hal ini, seorang dokter bedah andalan Maradona
bernama German Ochoa ikut angkat bicara. Menurutnya, kini Maradona
mungkin akan membutuhkan prostesis alias bagian tubuh buatan.
"Saya kenal Maradona sejak 2004 ketika saya mengoperasi lutut
kanannya," ujar Ochoa, dilansir BolaSport.com dari Marca."Juni lalu
sebelum Piala Dunia kami melakukan perawatan standar agar ia bisa
beraktifitas secara lancar di Rusia," tutur Ochoa lagi.
Masih menurut Ochoa, kini lutut Maradona sudah tak
menyisakan Cartilage (tulang rawan) yang merupakan masalah
serius."Maradona punya penyakit osteoarthritis di kedua lututnya dan
tak ada cartilage yang tersisa," tutur Ochoa."Hal ini membuat tulang di
lututnya saling bergesekan langsung dan ini adalah masalah serius
dengan rasa sakit luar biasa, bengkak, dan kesulitan bergerak," ujar
sang dokter. Ochoa kemudian memberikan saran bagi Maradona untuk
melakukan operasi dan menggunakan anggot tubuh buatan.
DEFINISI
Osteoartritis adalah penyakit sendi degeneratif yang ditandai
dengan kerusakan rawan sendi dan tulang subkondral dan
menyebabkan nyeri pada sendi. Osteoarthritis merupakan masalah
kesehatan yang sering ditemui dalam praktik sehari-hari. Osteoartritis
diketahui dialami sepertiga populasi di atas usia 65 tahun dan
merupakan satu dari lima penyebab disabilitas utama pada populasi
usia lanjut di Amerika Serikat.
Di Indonesia sendiri kasus osteoarthritis merupakan kasus penyakit
reumatik yang paling sering ditemui. (Ikatan Reumatologi Indonesia)

Osteoarthritis merupakan penyakit yang berkembang dengan


lambat, biasa mempengaruhi terutama sendi diartrodial perifer dan
rangka aksial. Ditandai dengan kerusakan dan hilangnyan kartilago
artikular.( ISO Farmakoterapi)
 Kerusakan persendian yang
berlangsung lama
 Terdapat perlunakan tulang
rawan sendi yang progresif dan
mudah rusak.
 Pertumbuhan tulang rawan dan
baru pada tepi persendian
(osteofit) dan capsula fibrosa.
TEMPAT
• Bisa terjadi hampir semua
sendi.
• Biasa terjadi pada 
sendi berbeban berat dan
sering digunakan:
lutut, pinggul, punggung
/ tulang belakang,
tangan dan kaki.
EPIDEMIOLOGI
WHO melaporkan 40% penduduk dunia yang lansia akan
menderita OA, dari jumlah tersebut 80% mengalami keterbatasan gerak
sendi. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun. Bisa
terjadi pada pria dan wanita, tetapi pria bisa terkena pada usia yang
lebih muda. Prevalensi Osteoartritis di Indonesia cukup tinggi yaitu 5%
pada usia > 40 tahun, 30% pada usia 40-60 tahun dan 65% pada usia >
61 tahun. Berdasarkan studi yang dilakukan di pedesaan Jawa Tengah
menemukan prevalensi untuk OA mencapai 52% pada pria dan wanita
antara usia 40-60 tahun dimana 15,5% pada pria dan 12,7% pada
wanita.
ETIOLOGI
Primer Sekunder

Belum diketahui Defisiensi


secara jelas Kalsium/Vit D

Cedera

Fraktur

Kortikosteroid

Kelainan Tulang
& Sendi
GEJALA
Nyeri Sendi Bengkak Keterbatas Kekakuan
an Gerak Sendi

Insabilitas ketika naik turun tangga


FAKTOR RESIKO
PRIMER SEKUNDER

belum Usia
diketahui
penyebabnya
dan tidak Jenis Kelamin
berhubungan
dengan
penyakit RAS/Etnis
sistemik
maupun
proses Riwayat Cedera
perubahan
lokal pada Obesitas
sendi.
KLASIFIKASI
Berdasakan Etiologi :

PRIMER SEKUNDER
KLASIFIKASI
Berdasarkan lokasi :
PATOFISIOLOGI
DIAGNOSIS
1. Radiologi
Pada OA terdapat gambaran radiografi yang khas, yaitu osteofit. Selain
osteofit, pada pemeriksaan X-ray penderita OA biasanya didapatkan
penyempitan celah sendi, pengerasan tulang bawah rawan sendi,
pembentukan kista subkondral dan pembentukan osteofit. Berdasarkan
gambaran radiografi tersebut, Kellgren dan Lawrence membagi OA
menjadi empat grade.
1) Grade 0 : normal
2) Grade 1 : sendi normal, terdapat sedikit osteofit
3) Grade 2 : osteofit pada dua tempat dengan sklerosis subkondral,
celah sendi normal, terdapat kista subkondral
4) Grade 3 : osteofit moderat, terdapat deformitas pada garis tulang,
terdapat penyempitan celah sendi
5) Grade 4 : terdapat banyak osteofit, tidak ada celah sendi, terdapat
kista subkondral dan sklerosis
PENATALAKSANAAN
TUJUAN : untuk mengontrol nyeri, memperbaiki fungsi sendi yang
terserang, menghambat progresifitas penyakit, serta edukasi pasien.

NON FARMAKOLOGI
FARMAKOLOGI
NON FARMAKOLOGI
a. Edukasi pasien. (Level of evidence: II)
b. Program penatalaksanaan mandiri (self-management programs):
modifikasi gaya hidup. (Level of evidence: II)
c. Bila berat badan berlebih (BMI > 25), program penurunan berat
badan, minimal penurunan 5% dari berat badan, dengan target BMI
18,5-25. (Level of evidence: I).
d. Program latihan aerobik (low impact aerobic fitness exercises).
(Level of Evidence: I)
e. Terapi fisik meliputi latihan perbaikan lingkup gerak sendi,
penguatan otot- otot (quadrisep/pangkal paha) dan alat bantu gerak
sendi (assistive devices for ambulation): pakai tongkat pada sisi yang
sehat. (Level of evidence: II)
f. Terapi okupasi meliputi proteksi sendi dan konservasi energi,
menggunakan splint dan alat bantu gerak sendi untuk aktivitas fisik
sehari-hari. (Level of evidence: II)
FARMAKOLOGI
a. Untuk OA dengan gejala nyeri ringan hingga sedang, dapat
diberikan salah satu obat berikut ini, bila tidak terdapat kontraindikasi
pemberian obat tersebut:
• Acetaminophen (kurang dari 4 gram per hari).
• Obat anti inflamasi non-steroid (OAINS). (Level of Evidence: II)

b. Untuk OA dengan gejala nyeri ringan hingga sedang, yang memiliki


risiko pada sistim pencernaan (usia >60 tahun, disertai penyakit
komorbid dengan polifarmaka, riwayat ulkus peptikum, riwayat
perdarahan saluran cerna, mengkonsumsi obat kortikosteroid dan atau
antikoagulan), dapat diberikan salah satu obat berikut ini :
• Acetaminophen ( kurang dari 4 gram per hari).
• Obat anti inflamasi non-steroid (OAINS) topikal
• Obat anti inflamasi non-steroid (OAINS) non selektif, dengan
pemberian obat pelindung gaster (gastro- protective agent).
c. Untuk nyeri sedang hingga berat, dan disertai pembengkakan sendi,
aspirasi dan tindakan injeksi glukokortikoid intraartikular (misalnya
triamsinolone hexatonide 40 mg) untuk penanganan nyeri jangka
pendek (satu sampai tiga minggu) dapat diberikan, selain pemberian
obat anti-inflamasi nonsteroid per oral (OAINS). (Level of evidence: II)
PEMBEDAHAN
A. Realignment osteotomy
Reposisi dengan cara memotong
tulang dan merubah sudut
weightbearing.

Anda mungkin juga menyukai