Anda di halaman 1dari 14

Tatalaksana Keracunan

Organofosfat di IGD
Oleh: Chindy Marselya – 406162121

Pembimbing: dr. Hadi Sulistyanto, Sp. PD, MH Kes, FINASIM


Pendahuluan
• Penggunaan pestisida organofosfat secara luas berdampak
pada meningkatnya kasus keracunan.

• WHO (World Health Organization): satu juta kasus keracunan


berat dan dua juta kasus bunuh diri menggunakan organofosfat
terjadi diseluruh dunia

• 200.000 diantaranya meninggal

• Terbanyak di daerah berkembang


Harijanto PN. Keracunan Insektisida. Dalam: EIMED PAPDI Kegawatan Penyakit Dalam. Jilid 2. Jakarta: Interna Publishing; 2016: 656 – 9.
Soemarno S, Asdie AH. Keracunan Organofosfat dan Insektisida. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada; 2016: 85 – 90.
Patogenesis Keracunan Organofosfat

Harijanto PN. Keracunan Insektisida. Dalam: EIMED PAPDI Kegawatan Penyakit Dalam. Jilid 2. Jakarta: Interna Publishing; 2016: 656 – 9.
Jalur Masuk Organofosfat

• Per oral, di mana racun masuk melalui saluran pencernaan.


• Inhalasi, racun masuk ke tubuh manusia melalui sistem
pernafasan.
• Parenteral, racun masuk ke dalam tubuh akibat kontak
dengan kulit atau selaput lendir mata.

Soemarno S, Asdie AH. Keracunan Organofosfat dan Insektisida. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada; 2016: 85 – 90.
Diagnosis Keracunan Organofosfat
• Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cermat akan sangat
membantu menegakkan diagnosis.

• Diagnosa keracunan organofosfat dibuat berdasar kecurigaan tanda


klinis dengan karakteristik adanya bau pestisida, mual, muntah,
diare, pusing (dizziness), nyeri kepala, hipersalivasi, fasikulasi otot,
tampak agitasi, berkeringat banyak, penurunan kesadaran, pupil
miosis, dan terjadi gangguan pernapasan.

Harijanto PN. Keracunan Insektisida. Dalam: EIMED PAPDI Kegawatan Penyakit Dalam. Jilid 2. Jakarta: Interna Publishing; 2016: 656 – 9.
Eddleston dkk. Management of Acute Organophosporus Pesticide Poisoning. Lancet; 2017 Feb 16: 597 – 607.
Diagnosis Pasti Keracunan Organofosfat

• pengukuran aktivitas enzim butirilkoinesterase atau enzim asetilkolin


esterase di darah/plasma
• Lebih akurat  asetilkolinesterase di eritrosit.

*Pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) dapat dilakukan untuk


mendeteksi adanya aritmia atau prolong QT interval.

Harijanto PN. Keracunan Insektisida. Dalam: EIMED PAPDI Kegawatan Penyakit Dalam. Jilid 2. Jakarta: Interna Publishing; 2016: 656 – 9.
Tatalaksana Keracunan Organofosfat
01
Tindakan suportif dan dekontaminasi

02
Eliminasi bahan racun

03
Pemberian antidotum

04 Pencegahan terhadap kejadian


keracunan berikutnya

Harijanto PN. Keracunan Insektisida. Dalam: EIMED PAPDI Kegawatan Penyakit Dalam. Jilid 2. Jakarta: Interna Publishing; 2016: 656 – 9.
Tindakan Suportif
Tindakan suportif berupa ABC (Airway – Breathing –
Circulation), yaitu:
(1) Pemberian oksigenasi dan kalau perlu bantuan
ventilasi;
(2) Pertahankan jalan napas tetap bebas;
(3) Mengatasi kondisi hemodinamik tidak stabil dan
mengatasi gangguan aritmia.

Harijanto PN. Keracunan Insektisida. Dalam: EIMED PAPDI Kegawatan Penyakit Dalam. Jilid 2. Jakarta: Interna Publishing; 2016: 656 – 9.
Eddleston dkk. Management of Acute Organophosporus Pesticide Poisoning. Lancet; 2017 Feb 16: 597 – 607.
Dekontaminasi Gastrointestinal
1. Lavage lambung (kumbah lambung)
dilakukan dengan memberikan 5 ml cairan/kgBB dengan sonde
lambung no. 40 (dewasa) dan no. 28 (anak).
• 5 menit pertama  absorbsi turun 52%
• 30 menit pertama  absorbsi turun 26%
• 1 jam pertama  absorbsi turun 16%

2. Arang aktif (Activaced Charcoal)


diberikan dalam larutan secara oral, dengan dosis 1 g/KgBB,
tindakan ini efektif menurukan absorbsi bahan organofosfat.
• 5 menit pertama  absorbsi turun 73%
• 30 menit pertama  absorbsi turun 51%
• 1 jam pertama  absorbsi turun 36%
Harijanto PN. Keracunan Insektisida. Dalam: EIMED PAPDI Kegawatan Penyakit Dalam. Jilid 2. Jakarta: Interna Publishing; 2016: 656 – 9.
Prinsip Penangangan dalam Keadaan Darurat

1. Resusitasi
2. Pemberian oksigen
3. Pemberian atropin
4. Asetilkolinesterase reactivator (oxime).

Harijanto PN. Keracunan Insektisida. Dalam: EIMED PAPDI Kegawatan Penyakit Dalam. Jilid 2. Jakarta: Interna Publishing; 2016: 656 – 9.
Atropinisasi

Atropin (iv) dapat diberikan secara infus dengan dosis


0.02 – 0.08 mg/kgBB selama 30 menit atau dosis intermitten
2 mg tiap 15 menit sampai hipersekresi terkendali.

*Efek takikardia dihindari dengan pemberian diltiazem atau


propranolol.

Harijanto PN. Keracunan Insektisida. Dalam: EIMED PAPDI Kegawatan Penyakit Dalam. Jilid 2. Jakarta: Interna Publishing; 2016: 656 – 9.
• Terapi oxime/pralidoxime dapat diberikan dengan dosis 4 gram/
hari terbagi dalam 4 dosis pemberian.

• WHO membuat rekomendasi terkait penggunaan oxime


(pralidoxime chloride/obidoxime) pada penderita simptomatik
yang memakai atropin
 Dosis loading diberikan 2 gram oxime secara iv lambat
(20 menit) dan dilanjutkan dengan 1 gram melalui infus
setiap jam.

Eddleston dkk. Management of Acute Organophosporus Pesticide Poisoning. Lancet; 2017 Feb 16: 597 – 607.
Prinsipnya adalah membuat atropinisasi terjadi, dan
merujuk pasien ke fasilitas kesehatan dengan sarana
yang lebih lengkap.
Thank you
Tatalaksana keracuanan Organofosfat di IGD

Anda mungkin juga menyukai