Spondilolisis

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 52

Spondylolisis, Spondilitis,

Spondyloarthosis (Spondylosis),
Spondylolisthesis & Spina Bifida

Dr. CHARLES A SIMANJUNTAK,


dr, SpOT-Spine, MPd
Spondylolysis

Charliesjuntak-FKIK2014 2
Spondylolysis

• Mostcommoncauseof low back


pain in the adolescent athlete
• Accountsforupto47% of the
symptomatic back pain in this
population
• Repetitive mechanical stress;
hyperextension and trunk rotation

Charliesjuntak-FKIK2014 3
Spondylolysis

• Incidence: 5% North American


population
• Age: Not present at birth, but
reaches 5% by age 6
• Heredity: 6X more common in
families of affected
• Sex: Lysis2-3xmorecommonin
boys; slippage 2-3x more common
in girls
Charliesjuntak-FKIK2014 4
Spondylitis

Charliesjuntak-FKIK2014 5
TUBERKULOSA TULANG
INSIDEN & PATOGENESA(1)
• Penyebaran hematogen
• 6-36 bulan pasca infeksi primer
paru
• Vertebra (40-50%), sendi
panggul(30%)
• Sering pada anak (1-10 th): 70 %

Charliesjuntak-FKIK2014 6
TUBERKULOSA TULANG
INSIDEN & PATOGENESA(2)
• Laki-laki:perempuan=3:1
• Penyebaran dari subkhondral &
membrana sinovial
• Basil tb menghambat fibrinolitik
 fibrosis  granulasi  pannus
di sendi

Charliesjuntak-FKIK2014 7
TUBERKULOSA TULANG &
KLINIS & PENATALAKSANAAN
• Gejala: malaise, hangat, kurus, keringat
malam
• Bengkak sendi, sakit, LGS terbatas,
spasme otot, kgb (+)
• Istirahat, diet TKTP
• Bidai atau traksi
• OAT
• Pembedahan setelah pemayungan 3 mgg

Charliesjuntak-FKIK2014 8
Spondylosis (Spondyloarthrosis)

Charliesjuntak-FKIK2014 9
Definisi

• Kerusakan pada pars interartikularis


pada arcus neural, yaitu bagian dari
arcus neural yg menghubungkan
antara facet artikularis superior dan
inferior
• Namun dapat terjadi juga dibagian
lateral

Charliesjuntak-FKIK2014 10
PENYAKIT DEGENERATIF
TULANG BELAKANG

• Terjadi pada degenerasi diskus & degenerasi


sendi di posterior
• Degenerasi diskus intervertebralis: kekenyala
hilang, tinggi diskus berkurang, serat annulus
robek  herniasi
• Ketidakstabilan sendi: gerakan abnormal akib
diskus yang lembut
• Hiperekstensi segmental: strain sendi 
subluksasi
• Penyempitan segmental: baik oleh annulus ata
osteofit
Charliesjuntak-FKIK2014 11
Modul Pengobatan

• Obat-obatan,
• Pola makan,
• Latihan,
• Fisioterapi,
• Terapi okupasi / kerja dan
• Terapi alternatif.

Charliesjuntak-FKIK2014 12
COMPLEMENTARY &
ALTERNATIVE MEDICINE(1)
• Mencakup:
– homeopati;
– meditasi dalam bentuk yoga
dan tenaga dalam
(biofeedback);
– suplemen makanan;
– manipulasi baik berupa
chiropractic atau Osteophatic;
– masase yaitu craniosacral
therapy dan acupressure;
acupunture; Reiki dan Tai Chi.
Charliesjuntak-FKIK2014 13
COMPLEMENTARY &
ALTERNATIVE MEDICINE(2)
• Hampir semua bentuk terapi
alternatif ini dapat
menghilangkan nyeri.

Charliesjuntak-FKIK2014 14
Spondilolisthesis

Charliesjuntak-FKIK2014 15
Definisi

Pergeseran vertebra kedepan terhadap


segment yang lebih rendah,yang biasa
terjadi pada lumbal vertebra ke 4 atau
ke 5 akibat kelainan pada pars
interartikularis (Dorland edisi 25).

Charliesjuntak-FKIK2014 16
Etiologi
• Bersifat multifaktorial
• Faktor predisposisinya antara lain
gravitasi, tekanan rotasional dan
stress fraktur / tekanan kosentrasi
tinggi pada sumbu tubuh

Charliesjuntak-FKIK2014 17
Epidemiologi
• Usia
5% pada umur 5-7 tahun dan meningkat
sampai 6-7% pada umur 18 tahun
• Seks
Pria>wanita perbandinagn 2:1
• Suku bangsa
Orang berkulit putih 6,4%, > orang yang
berkulit hitam 2,8%.

Charliesjuntak-FKIK2014 18
Klasifikasi(1)
(Wiltse et al, 1976)

• Tipe I ( Diplastik )
bersifat sekunder akibat kelainan
kongenital pada permukaan sakral superior
dan permukaan L5 inferior atau keduanya
dengan pergeseran vertebra L5.

Charliesjuntak-FKIK2014 19
Klasifikasi(2)
(Wiltse et al, 1976)

• Tipe II ( Isthmic atau Spondilolitik )


pergeseren satu vertebra yang lesinya
terletak pada bagian isthmus atau pars
interartikularis.
• Tipe IIA
• Disebut juga lytic atau stress
spondilolisthesis akibat mikro fraktiur
rekuren yang disebabkan oleh
hipereksetensi.

Charliesjuntak-FKIK2014 20
Klasifikasi(3)
(Wiltse et al, 1976)

• Tipe IIB
•  terjadi akibat mikro-fraktur pada pars
interartikularis
• pars interartikularis meregang dimana
fraktur mengisinya dengan
• tulang baru.

Charliesjuntak-FKIK2014 21
Klasifikasi(4)
(Wiltse et al, 1976)

• Tipe IIC
• sangat jarang terjadi, dan disebabkan oleh
fraktur akut pada bagian pars
interartikularis.
• diperlukan Pencitraan radioisotop
diperlukan dalam menegakkan diagnosis
kelainan ini.

Charliesjuntak-FKIK2014 22
Klasifikasi(5)
(Wiltse et al, 1976)

• Tipe III ( degeneratif )


•  akibat degenerasi permukaan sendi
lumbal.
• Perubahan pada permukaan sendi tersebut
akan mengakibatkan pergeseran vertebra ke
depan atau ke belakang.
•  Tipe spondylolisthesis ini sering
dijumpai pada orang tua.
•  tidak terdapatnya defek dan pergeseran
vertebra tidak melebihi 30%.
Charliesjuntak-FKIK2014 23
Klasifikasi(6)
(Wiltse et al, 1976)

• D. Tipe IV(traumatik )
•  berhubungan dengan fraktur akut pada
elemen posterior (pedikel, lamina atau
permukaan / facet) dibandingkan dengan
fraktur pada bagian pars interartikularis
• E. Tipe V(patologik )
•  terjadi karena kelemahan struktur tulang
sekunder akibat proses penyakit seperti
penyakit Pagets, Giant Cell Tumor, dan
tumor atau penyakit tulang lainnya.
Charliesjuntak-FKIK2014 24
Klasifikasi dislokasi

• Grade 1 adalah 0-25%


• Grade 2 adalah 26-50%
• Grade 3 adalah 51-75%
• Grade 4 adalah 76-100%
• Grade 5 adalah lebih dari 100%

Charliesjuntak-FKIK2014 25
Manifestasi Klinis

• Terbatasnya pergerakan tulang


belakang
• Kekakuan otot hamstring ( otot betis
)
• Tidak dapat mengfleksikan panggul
dengan lutut yang berekstensi
penuh.
• Hiperlordosis lumbal dan
thorakolumbal
Charliesjuntak-FKIK2014 26
Manifestasi Klinis

• Hiperkifosis lumbosacral junction


• Pemendekan badan jika terjadi
pergeseran komplit (spondiloptosis).
• Kesulitan berjalan

Charliesjuntak-FKIK2014 27
Diagnosis

• Manifestasi Klinis
• Pemeriksaan fisik
• Radiologis
– Rontgen
– CT-Scan
– MRI

Charliesjuntak-FKIK2014 28
Tatalaksana
Nonsurgikal

• tirah baring.
• obat antiinflamasi untuk
mengurangi edema.
• analgesik untuk mengontrol nyeri.
• therapy physical serta olahraga
untuk melatih kekuatan dan
flexibilitas

Charliesjuntak-FKIK2014 29
Indikasi
Surgikal (1)

• Klaudikasio neurogenik.
• Pergeseran berat (high grade slip>50%)
• Pergeseran tipe I dan Tipe II, dengan
bukti adanya instabilitas, progresifitas
listesis, dan kurang berespon dengan
terapi konservatif.
• Spondylolisthesis traumatik.
• Spondylolisthesis iatrogenik.
Charliesjuntak-FKIK2014 30
Indikasi
Surgikal (1)

• Listesis tipe III (degeneratif) dengan


instabilitas berat dan nyeri hebat.
• Deformitas postural dan abnormalitas
gaya berjalan (gait abnormality).

Charliesjuntak-FKIK2014 31
Prognosis (1)

• Secara umum pasien dengan isthmic


spondylolisthesis grade I dan II 
prognosa cukup baik dengan terapi
konservatif

Charliesjuntak-FKIK2014 32
Prognosis (2)

• Isthmic spondylolisthesis grade III


 lebih mempunyai prognosis
bervariasi dan kadang-kadang
disertai dengan nyeri yang persisten
pada tulang belakang. Terapi
pembedahan memberikan perbaikan
pada gejala claudicatio dan
radikular

Charliesjuntak-FKIK2014 33
Prognosis (2)

• Terapi pembedahan dengan


dekompresi memberikan hasil yang
memuaskan untuk mengurangi
gejala dari extremitas bagian
bawah.

Charliesjuntak-FKIK2014 34
Spina Bifida

Charliesjuntak-FKIK2014 35
Diagnosis
Sebelum bayi lahir

Pada trimester pertama, wanita hamil


menjalani pemeriksaan darah yang disebut
triple screen. Tes ini merupakan tes
penyaringan untuk spina bifida, sindroma
Down dan kelainan bawaan lainnya.

Charliesjuntak-FKIK2014 36
Diagnosis
Sebelum bayi lahir
85% wanita yang mengandung bayi dengan
spina bifida, akan memiliki kadar serum alfa
fetoprotein yang tinggi. Tes ini memiliki
angka positif palsu yang tinggi, karena itu jika
hasilnya positif, perlu dilakukan pemeriksaan
lanjutan untuk memperkuat diagnosis.
Dilakukan USG yang biasanya dapat
menemukan adanya spina bifida.
Kadang dilakukan amniosentesis (analisa
cairan ketuban).

Charliesjuntak-FKIK2014 37
Setelah bayi lahir:

Rontgen tulang belakang untuk menentukan luas dan


lokasi kelainan.
USG tulang belakang bisa menunjukkan adanya
kelainan pda korda spinalis
maupun vertebra.
CT scan atau MRI tulang belakang kadang dilakukan

untuk menentukan lokasi dan luasnya kelainan

Charliesjuntak-FKIK2014 38
Charliesjuntak-FKIK2014 39
Embryologi

Charliesjuntak-FKIK2014 40
Charliesjuntak-FKIK2014 41
Meningocele(1)
meningens menonjol melalui vertebra yang tidak
utuh dan teraba sebagai suatu benjolan berisi
cairan di bawah kulit.

Charliesjuntak-FKIK2014 42
Meningocele(2)

Charliesjuntak-FKIK2014 43
Gejala

- penonjolan seperti kantung di punggung tengah


sampai bawah pada bayi baru lahir
- jika disinari, kantung tersebut tidak tembus
cahaya
- kelumpuhan/kelemahan pada pinggul, tungkai
atau kaki
- penurunan sensasi
- inkontinensia uri (beser) maupun inkontinensia
tinja
- korda spinalis yang terkena rentan terhadap
infeksi (meningitis).

Charliesjuntak-FKIK2014 44
Meningomyelocele

jenis spina bifida yang paling berat, dimana


korda spinalis menonjol dan kulit diatasnya
tampak kasar dan merah.

Charliesjuntak-FKIK2014 45
Spina Bifida Okulta:

- seberkas rambut pada


daerah sakral (panggul
bagian belakang)
- lekukan pada daerah
sakrum.

Charliesjuntak-FKIK2014 46
Tujuan dari pengobatan awal:

- mengurangi kerusakan saraf akibat


spina bifida
- meminimalkan komplikasi (misalnya
infeksi)
- membantu keluarga dalam menghadapi
kelainan ini.

Charliesjuntak-FKIK2014 47

Charliesjuntak-FKIK2014 48
Terapi

• Pembedahan
• Terapi fisik
• Antibiotik
• Penekanan lembut diatas
kandung kemih
• Pemasangan kateter
Diet kaya serat
Charliesjuntak-FKIK2014 49
Untuk mengatasi gejala muskuloskeletal
(otot dan kerangka tubuh)

Perlu campur tangan dari ortopedi (bedah


tulang) maupun terapi fisik. Kelainan saraf
lainnya diobati sesuai dengan jenis dan
luasnya gangguan fungsi yang terjadi.
Kadang pembedahan shunting untuk
memperbaiki hidrosefalus akan
menyebabkan berkurangnya
mielomeningokel secara spontan.

Charliesjuntak-FKIK2014 50
Pencegahan

Resiko terjadinya spina bifida bisa


dikurangi dengan mengkonsumsi asam
folat. Kekurangan asam folat pada seorang
wanita harus dikoreksi sebelum wanita
tersebut hamil, karena kelainan ini terjadi
sangat dini. Kepada wanita yang berencana
untuk hamil dianjurkan untuk
mengkonsumsi asam folat sebanyak 0,4
mg/hari. Kebutuhan asam folat pada wanita
hamil adalah 1 mg/hari.
Charliesjuntak-FKIK2014 51
Terima Kasih

Charliesjuntak-FKIK2014 52

Anda mungkin juga menyukai