Anda di halaman 1dari 29

PENGELOLAAN SPESIMEN UNTUK

PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGI KLINIK


DALAM MENEGAKAN DIAGNOSIS
PENYAKIT INFEKSI

oleh:
dr. R.Ludhang Pradipta R, M.Biotech, Sp.MK
Pendahuluan Penegakan diagnosis penyakit infeksi memerlukan adanya
hubungan antara barbagai data.

PEMERIKSAAN
ANAMNESIS
FISIK

PEMERIKSAAN
PENUNJANG

MIKROBIOLOGI
KLINIK

“Untuk mendapatkan hasil yang akurat dari pemeriksaan


mikrobiologi klinik, kualitas spesimen merupakan
faktor yang harus diperhatikan”
Pendahuluan Spesimen untuk pemeriksaan mikrobiologi
(bakteri, jamur, virus) harus mendapat perhatian khusus
mengingat mikroorganisme dapat mati selama transportasi
atau sebaliknya mikroorganisme kontaminan dan flora
normal dapat tumbuh mempengaruhi
hasil biakan-penegakan diagnosis infeksi-pemberian terapi
yang tidak tepat pada pasien .

DIAGNOSIS, membantu penegakan diagnosa


dengan melakukan isolasi dan identifikasi kuman.
TUGAS
MIKROBIOLOGI TERAPI, membantu memberikan terapi dengan uji
KLINIK sensitivitas kuman terhadap obat anti mikroba

Menentukan CARRIER, untuk memastikan tidak


adanya kuman carrier terhadap penyakit-penyakit
dalam masa penyembuhan

FOLLOW UP, dapat membantu menentukan apakah


pasien bisa dipulangkan atau dilakukan terapi
lanjutan
Pendahuluan PROSEDUR PENGAMBILAN SAMPEL
KEAMANAN :
1. Universal precaution.
PRINSIP 2. Semua spesimen dianggap berbahaya.
SAMPLING 3. Usahakan untuk meminimalisasikan
HANDLE memegang spesimen secara langsung,
4. Petugas harus memakai pelindung
seperti jas laboratorium, masker dan
sarung tangan (APD).

KENYAMANAN & KESELAMATAN :


Memperhatikan kenyamanan dan
keselamatan penderita dengan penjelasan
tentang tindakan yang akan dilakukan dan
alasannya.
SEBELUM PEMBERIAN TERAPI :
Pengambilan spesimen dilakukan sebelum pemberian
antibiotika, jika memungkinkan atau bebas antibiotika
minimal 3 hari .
Pendahuluan PROSEDUR PENGAMBILAN SAMPEL
BEBAS KONTAMINAN DAN FLORA NORMAL:
Pengambilan spesimen meminimalisir
PRINSIP terjadinya kontaminasi-flora normal
SAMPLING tubuh
HANDLE untuk meyakinkan bahwa spesimen yang
diperoleh cukup mewakili dari tempat
yang terinfeksi
PENGAMBILAN SECARA TEPAT :
Menggunakan peralatan yang steril dan
dengan teknik aseptik untuk mencegah
masuknya mikroorganisme ke dalam
tubuh saat melakukan tindakan invasif.
TEMPAT SPESIMEN :
Wadah atau kontainer spesimen harus steril, tidak bocor dan
bertutup ulir. Wadah tersebut harus diberi label yang jelas.
Label tersebut berisi nama pasien, nomor rekam medik
pasien, nomor ruang rawat pasien, jenis spesimen, tanggal
dan waktu pengambilan.
Pendahuluan PROSEDUR PENGAMBILAN SAMPEL
VOLUME SAMPEL
Volume spesimen yang diambil harus
PRINSIP cukup untuk pemeriksaan. Spesimen yang
SAMPLING kurang akan menghasilkan hasil yang
HANDLE negatif palsu

PERMINTAAN JELAS
Permintaan pemeriksaan dengan jelas.

TRANSPORTASI SAMPEL :
Semua spesimen sebaiknya dibawa ke laboratorium segera setelah
diambil (< 1 jam) namun jika spesimen tidak dapat dibawa segera ke lab
dapat disimpan pada suhu 2 - 8C. (dengan pertimbangan tertentu)
Kultur Darah PENGAMBILAN SAMPEL BERDASAR JENIS SPESIMEN

Seringkali bakteremia berkaitan dengan infeksi yang mengancam nyawa, oleh


karena itu darah adalah salah satu spesimen yang paling penting untuk kultur

Bakteremia mengindikasikan adanya infeksi yang menyebar dari situs primer,


misalnya paru (pneumonia) kondisi demikian, bakteremia yang terjadi adalah
bakteremia sekunder, sedangkan jika tidak didapatkan situs primer infeksi,
maka bakteremia yang terjadi merupakan bakteremia primer.

INDIKASI :
Pemeriksaan darah diindikasikan pada pasien yang dicurigai bakteremia, seperti
infeksi intravaskular (endokarditis infektif, myotic aneurism, tromboflebitis
supuratif, bakteremia terkait kateter intravena) dan infeksi ekstravaskular
yang masuk ke darah (pneumonia, meningitis, atau abses liver), termasuk
pada pasien dengan gejala septikemia atau sepsis dan syok septik
Kultur Darah
BAHAN PEMERIKSAAAN:
Pemilihan spesimen diawali dengan Pemilihan vena tempat pengambilan
specimen dengan cara:
Jika pada pasien terpasang infus, Jika terpasang vascular shunt
daerah pengambilan dipilih di bawah (IV kateter) tidak dianjurkan
tempat pemasangan infus. pengambilan spesimen karena sulit
dekontaminasi secara komplit.

Apabila terpaksa darah untuk kultur


diambil dari vascular shunt, maka
harus disertai pula dengan darah
untuk kultur yang diambil melalui
punksi vena yang asepsis.

Murray PR., Baron EJ., Jorgensen JH., Landry ML., Pfaller MA. Manual of Clinical Microbiology 9th ed. Washington DC, USA. 2007. ASM Press
Kultur Darah
VOLUME :
Volume darah berkorelasi langsung dengan peluang hasil kultur

BAYI & ANAK DEWASA


Jumlah volume 20 ml darah per set
(1 set terdiri2 botol kultur, volume
sampel darah per botol 10 ml) sangat
direkomendasikan pasien dewasa.

KRITERIA PENOLAKAN SPESIMEN :


Spesimen yang memenuhi kriteria di bawah ini sebaiknya tidak dilanjutkan
dengan proses selanjutnya dan harus diambil spesimen yang baru :
1.Tidak terdapat label atau label rusak pada botol kultur
2.Botol kultur rusak
3.Terbentuk gumpalan darah pada spesimen
4.Botol kultur mengandung antikoagulan selain SPS (Sodium Polyanethanolsulfonate).

Murray PR., Baron EJ., Jorgensen JH., Landry ML., Pfaller MA. Manual of Clinical Microbiology 9th ed. Washington DC, USA. 2007. ASM Press
Kultur Darah
PROSEDUR:
1. Segera setelah menentukan tempat pengambilan darah,
maka bagian septum karet dari botol kultur darah
dibersihkan dengan alcohol 70% dan biarkan kering.
2. Kulit tempat pengambilan spesimen bersihkan dengan
alcohol 70% membentuk lingkaran dengan diameter ± 5cm,
usap dan biarkan kering.
3. Bersihkan kulit dengan antiseptik (povidon iodine) dengan
membentuk lingkaran mulai dari tengah (dalam) ke luar
(biarkan kering selama 1 menit).
4. Bila setelah itu bagian yang telah diantisepsis harus
dipalpasi, maka sebelum menyentuh tenaga medis tersebut
harus membersihkan sarung tangannya dengan desinfektan.
5. Masukkan jarum suntik ke dalam vena dan ambil darah
secukupnya. Jangan mengubah posisi jarum sebelum
diinjeksikan ke dalam botol kultur darah.
6. Setelah jarum dikeluarkan dari kulit, pindahkan darah ke
dalam botol kultur darah kemudian bersihkan kembali kulit
dengan alkohol 70%.
7. Ulangi prosedur yang sama untuk pengambilan darah yang
kedua di tempat yang berbeda, dengan mengganti jarum
steril yang akan digunakan untuk mengambil darah

Murray PR., Baron EJ., Jorgensen JH., Landry ML., Pfaller MA. Manual of Clinical Microbiology 9th ed. Washington DC, USA. 2007. ASM Press
Kultur Darah
LAPORAH HASIL
Kemungkinan kontaminasi: Kemungkinan patogen
1. Pertumbuhan Bacillus spp.(kecuali 1. Pertumbuhan mikroorganisme yang
Bacillus anthracis), sama dari hasil kultur berulang, baik
Corynebacterium spp., dari tempat yang berbeda dan waktu
Propionibacterium acnes, atau yang berbeda.
Staphylococcus coagulase negatif 2. Pertumbuhan mikroorganisme
hanya pada satu atau beberapa tertentu pada kasus yang sesuai.
hasil kultur spesimen. 3. Pertumbuhan mikroorganisme
2. Pertumbuhan organisme multiple tertentu seperti Enterobactericeae,
dari hanya satu atau beberapa Streptoococcus pneumoniae,
kultur. Streptococcus pyogenes, bakteri
3. Mikroorganisme penyebab infeksi anaerob gram negatif.
di tempat infeksi primer tidak sama 4. Isolasi mikroba komensal pada darah
dengan infeksi dari hasil pada pasien yang dicurigai
pemeriksaan kultur darah. bakteremia (pasien immunosupresan
atau pasien dengan prostetik)

Murray PR., Baron EJ., Jorgensen JH., Landry ML., Pfaller MA. Manual of Clinical Microbiology 9th ed. Washington DC, USA. 2007. ASM Press
Kultur Cairan Serebrospinal PENGAMBILAN SAMPEL BERDASAR JENIS SPESIMEN

Pemeriksaan kultur cairan serebrospinal adalah pemeriksaan mikrobiologi untuk


mendiagnosis suatu etiologi penyakit infeksi pada sistem syaraf pusat dengan
menumbuhkan bakteri yang terdapat dalam cairan serebrospinal

INDIKASI :
Infeksi pada sistem syaraf pusat
(Enchepalitis, Meningitis)

BAHAN PEMERIKSAAAN :
Specimen cairan serebrospinal
diambil sesuai prosedur

PROSEDUR:
Pengambilan sampel
dilakukan oleh tenaga medis
yang terlatih (dokter spesialis
syaraf-dokter spesialis anak)

Murray PR., Baron EJ., Jorgensen JH., Landry ML., Pfaller MA. Manual of Clinical Microbiology 9th ed. Washington DC, USA. 2007. ASM Press
Kultur Cairan Serebrospinal 1.
PROSEDUR:
Specimen cairan serebrospinal diambil sesuai prosedur.
2. Satu ml spesimen dimasukkan dalam botol media, satu ml
dimasukkan dalam vial steril.
3. Dikirim ke Laboratorium Mikrobiologi dalam waktu kurang
dari 2 jam.
4. Spesimen dalam vial disentrifus 3000 rpm 15 menit.
Dilakukan penilaian mikroskopis endapan cairan LCS dengan
pemeriksaan gram, pengecatan tahan asam.
5. Tunggu botol media menunjukkan hasil positip (+)
6. Jika botol Media kultur positif , botol dikeluarkan dari mesin
7. Diambil spesimen dari botol media dengan menggunakan
spuit injeksi steril, sebelumnya karet tutup botol Bactec
didesinfeksi dengan alkohol 70%
8. Diteteskan spesimen pada permukaan medium agar darah,
agar Mc Conkey dan kaca obyek secara aseptik (steril) untuk
pengecatan Gram.
9. Kultur diinkubasi dalam inkubator suhu 35-37C selama 18-
24 jam.
10. Dilakukan penilaian koloni kuman yang tumbuh dalam
medium Agar darah dan Mc Conkey
11. Dilakukan konfirmasi dengan pengecatan Gram dari koloni
yang tumbuh.
12. Identifikasi kuman disimpulkan dari pemeriksaan Gram,
penilaian koloni dan pemeriksaan biokimia
13. Uji sensitivitas antimikroba dari kuman yang ditemukan pada
medium Muller Hinton Agar

Murray PR., Baron EJ., Jorgensen JH., Landry ML., Pfaller MA. Manual of Clinical Microbiology 9th ed. Washington DC, USA. 2007. ASM Press
Kultur ILO/PUS/Eksudat PENGAMBILAN SAMPEL BERDASAR JENIS SPESIMEN

Terdapatnya pus pada bagian tubuh menunjukkan adanya infeksi akibat invasi
mikroorganisme ke dalam rongga, jaringan, atau organ tubuh
INDIKASI :
Semua kasus infeksi supuratif,
Pus dapat berasal dari luka permukaaan (ulkus) atau luka dalam (abses)

BAHAN PEMERIKSAAAN :

Spesimen eksudat atau pus


yang memenuhi persyaratan
untuk pemeriksaan
bakteriologik dan dapat
diambil setiap saat, sebelum
pemberian antibiotika

Murray PR., Baron EJ., Jorgensen JH., Landry ML., Pfaller MA. Manual of Clinical Microbiology 9th ed. Washington DC, USA. 2007. ASM Press
Kultur ILO/PUS/Eksudat 1.
PROSEDUR PENGIRIMAN :
Pengiriman ke laboratorium harus dilakukan dalam jangka waktu 2 jam dari
pengambilan pus, dengan temperatur ruangan.
2. Apabila waktu pengiriman memakan waktu lebih dari 2 jam, maka diperlukan
media transpor khusus dimana bisa didapatkan suhu 2°-8°C.
3. Spesimen boleh disimpan dalam jangka waktu paling lama 24 jam sebelum
mulai diproses, dengan suhu lemari es 2°-8°C.
4. Jangan menyimpan spesimen lebih dari 24 jam.
5. Pada spesimen yang memerlukan pemeriksaan anaerob, tidak boleh
disimpan pada refrigerator dan wadah spesimennya harus steril dan bebas
dari oksigen.
KRITERIA PENOLAKAN SPESIMEN :
Secara MAKROSKOPIK, spesimen dapat ditolak untuk diproses lebih lanjut
apabila memenuhi salah satu saja atau lebih kondisi-kondisi seperti :
1. Ada ketidakcocokan data pada label spesimen dengan data pada lembar
permintaan pemeriksaan.
2. Spesimen ditempatkan pada suhu atau media transpor yang tidak tepat
3. Jumlah spesimen yang tidak memadai  QNS (Quantity Not Sufficient)
4. Wadah spesimen mengalami kebocoran atau spesimen telah mengering
5. Waktu transpor spesimen > 2jam setelah pengambilan dan tanpa preservasi
6. Spesimen diterima dalam keadaan terfiksasi dalam formalin
Murray PR., Baron EJ., Jorgensen JH., Landry ML., Pfaller MA. Manual of Clinical Microbiology 9th ed. Washington DC, USA. 2007. ASM Press
Kultur ILO/PUS/Eksudat KRITERIA PENOLAKAN SPESIMEN :
Secara MIKROSKOPIK, spesimen dapat ditolak untuk diproses lebih lanjut apabila
telah dilakukan pengecatan Gram terdapat kondisi-kondisi seperti :
1. Lakukanlah pengecatan gram dari salah satu sisi kapas swab.
2. Amati hasil pengecatan di bawah mikroskop.
3. Spesimen yang dapat diterima adalah spesimen yang mengandung < 2+ sel
epitel skuamus dan tampak adanya sel-sel PMN.
4. Spesimen yang tidak dapat diterima (ditolak) adalah spesimen yang terdiri dari
> 2+ sel epitel skuamus dan tidak mengandung sel-sel PMN (lihat tabel).

Tabel . Screening Wound Specimens to Ensure Qualitya(for superficial wound only)

Quantities of Cells per 10x (Objecive Lens) Microscopic Field


Number of Q-Value for Q-Value for Squamous Epithelial Cells Present in the Following No :b
Neutrophils Neutrophils
0 1-9 10-24 >25
0 -1 -2 -3
0 0 (1) 0 0 0
1-9 +1 +1 0 -1 -2
10-24 +2 +2 +1 0 -1
>25 +3 +3 +2 +1 0

Murray PR., Baron EJ., Jorgensen JH., Landry ML., Pfaller MA. Manual of Clinical Microbiology 9th ed. Washington DC, USA. 2007. ASM Press
Kultur ILO/PUS/Eksudat KRITERIA SPESIMEN DITERIMA :
Rekomendasi :
Spesimen pus yang DITERIMA adalah spesimen yang mengandung sel-sel bakteri
dan lebih dari 25 sel PMN serta kurang dari 10 sel epitel skuamus.

Catatan:
Jumlah sel epitel skuamus yang berlebihan mengindikasikan adanya kontaminasi
oleh flora normal kulit. Dalam hal ini, spesimen yang tidak memenuhi syarat
dapat tidak diperiksa (diidentifikasi) lebih lanjut.

Deep Intra-Operative Shoulder Wound: Deep wound smear for Gram stain:
4+ (>10/oif) PMNs, 4+ (> 10 per low power field) neutrophils, 3+ (11-50/
4+ (>50/oif) gram negative bacilli, oil immersion field) gram-positive cocci, 3+ (11-50/
3+ (11-50/oif) gram positive cocci. oil immersion field) gram-negative bacilli or
coccobacilli (S. aureus and B. fragilis)

Murray PR., Baron EJ., Jorgensen JH., Landry ML., Pfaller MA. Manual of Clinical Microbiology 9th ed. Washington DC, USA. 2007. ASM Press
Kultur ILO/PUS/Eksudat AEROB PROSEDUR KULTUR ANAEROB
1. Setelah dilakukan pewarnaan Gram, sediaan 1. Spesimen pus (aspirat) yang sudah
pus dari swab kapas pada sisi yang kedua dimasukkan ke dalam kaldu Thioglycolate
(sisi yang lain selain sisi yang telah diinkubasikan dalam selama 24-48 jam
digunakan untuk pewarnaan Gram) ditanam pada suhu 37°C.
pada media Blood Agar atau Chocolate Agar 2. Amati pertumbuhan koloni bakteri pada
dan pada Mac Conkey Agar. kaldu Thioglycolate, yang ditandai dengan
2. Inkubasikan selama 18-24 jam pada suhu adanya kekeruhan pada kaldu, pada hari
37°C pada Inkubator. kedua (jam ke-48) dan atau hari keempat
3. Amati pertumbuhan koloni bakteri, bila ada (jam ke-96).
pertumbuhan koloni, lanjutkan dengan 3. Lakukan pewarnaan Gram dari kaldu
pewarnaan Gram kembali (untuk cek ulang Thioglycolate.
jenis Gram bakteri) dan uji identifikasi. 4. Apabila didapatkan bentukan bakteri, baik
4. Pertumbuhan bakteri aerobik dikatakan bersifat Gram positif maupun Gram negatif,
negatif apabila tidak didapatkan maka dilaporkan bahwa didapatkan
pertumbuhan koloni bakteri pada Blood pertumbuhan bakteri anaerobik pada
Agar atau Chocolate Agar dan pada Mac spesimen pus dari luka dalam (abses) yang
Conkey Agar. dikirimkan (tidak perlu dilanjutkan dengan
uji identifikasi jenis bakteri anaerob dan uji
sensitifitas antimikroba).
5. Pertumbuhan bakteri anaerobik dikatakan
negatif apabila tidak didapatkan kekeruhan
pada kaldu Thioglycolate setelah diinkubasi
selama 3-5 hari.
Catatan:
Pengambilan spesimen menggunakan tabung
berisi kaldu Thioglycolate.
Murray PR., Baron EJ., Jorgensen JH., Landry ML., Pfaller MA. Manual of Clinical Microbiology 9th ed. Washington DC, USA. 2007. ASM Press
Kultur Urin PENGAMBILAN SAMPEL BERDASAR JENIS SPESIMEN

Spesimen urin dikultur dari pasien di rumah sakit maupun diluar rumah sakit
yang mempunyai gejala infeksi saluran kemih dan dari penderita yang
asimptomatik dengan resiko tinggi
INDIKASI :
Semua kasus infeksi saluran kemih terbatas, dengan mayoritas agen infeksi :
Escherichia coli, Enterococcus spp, Enterobacter spp,
Staphylococcus saprophyticus dan Pseudomonas aeruginosa

BAHAN PEMERIKSAAAN :
Spesimen urine yang memenuhi persyaratan untuk pemeriksaan Mikrobiologi

WAKTU PEMERIKSAAAN :
1. Spesimen diambil sebelum pemberian antimikroba atau 48-72 jam atau
setelah pemberian antibiotika terakhir.
2. Spesimen terbaik adalah urine pagi pertama (malam hari tidak BAK).
3. Bila hal tersebut tidak memungkinkan maka spesimen dapat diambil 2 jam
setelah buang air kecil terakhir.

Murray PR., Baron EJ., Jorgensen JH., Landry ML., Pfaller MA. Manual of Clinical Microbiology 9th ed. Washington DC, USA. 2007. ASM Press
Kultur Urin PRIA
TEKNIK PENGAMBILAN SPESIMEN
WANITA
(Midstream urine)
1. Penderita harus mencuci tangan dengan sabun
kemudian dikeringkan
2. Jika tidak disunat, tarik kulit prepusium
kebelakang, keluarkan urine, aliran pertama 1. Penderita harus mencuci tangan dengan
dibuang, aliran urine selanjutnya ditampung sabun kemudian dikeringkan dan tanggalkan
dalam wadah yang sudah disediakan. pakaian dalam.
3. Hindari urine mengenai lapisan tepi wadah. 2. Lebarkan labia dengan satu
4. Pengumpulan urine selesai sebelum aliran urine tangan,bersihkan labia dan vulva
habis. menggunakan kasa steril dengan arah dari
5. Wadah ditutup rapat dan segera dikirimkan ke depan kebelakang.
laboratorium. 3. Bilas dengan air hangat dan keringkan
6. Pada penderita yang tidak mampu melakukan dengan kasa steril yang lain.
sendiri, hal ini dilakukan dengan bantuan 4. Selama proses ini berlangsung, labia harus
perawat. tetap terbuka lebar dan jari tangan jangan
1 2 menyentuh daerah yang sudah steril.
5. Keluarkan urine, aliran urine selanjutnya
ditampung dalam wadah yang sudah
disediakan.
6. Hindari urine mengenai lapisan tepi wadah.
7. Pengumpulan urine selesai sebelum aliran
3 4 urine habis.
8. Wadah ditutup rapat dan dengan segera
spesimen dikirim ke laboratorium

Murray PR., Baron EJ., Jorgensen JH., Landry ML., Pfaller MA. Manual of Clinical Microbiology 9th ed. Washington DC, USA. 2007. ASM Press
Kultur Urin TEKNIK PENGAMBILAN SPESIMEN
(Urine kateter)
TEKNIK PENGAMBILAN SPESIMEN
(Aspirasi Suprapubic)
TEKNIK PENGAMBILAN SPESIMEN
(Bayi dan Anak-Anak)

1. Lakukan disinfeksi dengan 1. Urine aspirasi suprapubik 1. Penderita sebelumnya diberi


alkohol 70% pada bagian selang harus dilakukan pada minum air untuk mudahkan
kateter yang terbuat dari karet kandung kemih yang penuh buang air kecil
(jangan bagian yang terbuat 2. Lakukan disinfeksi kulit 2. Bersihkan alat genital
dari plastik) daerah suprapubik dengan 3. Untuk penderita bayi,
2. Aspirasi urine dengan povidone iodine 10% kantung penampung urine
menggunakan spuit sebanyak ± kemudian bersihkan dengan dipasang pada alat
10 ml alkohol 70% genitalnya, sedangkan untuk
3. Masukkan kedalam wadah steril 3. Aspirasi urine tepat dititik penderita anak, urine
dan tutup rapat, kirim segera ke suprapubik menggunakan ditampung pada pot steril.
laboratorium. spuit, ambil urine sebanyak ±
20 ml secara aseptik
4. Masukkan urine kedalam
wadah steril dan tutup rapat,
kirim segera ke laboratorium.

Spesimen segera dikirim ke laboratorium untuk segera dikerjakan (≤ 2 jam setelah


pengambilan). Spesimen disimpan pada suhu 4 oC sebelum dan sesudah dikerjakan
Murray PR., Baron EJ., Jorgensen JH., Landry ML., Pfaller MA. Manual of Clinical Microbiology 9th ed. Washington DC, USA. 2007. ASM Press
Kultur Urin
PEMERIKSAAN KULTUR URIN

Dengan menggunakan Ose standard (vol. 1 ul)Sebanyak 1 µl urine diteteskan masing-masing pada
media agar darah/agar coklat dan agar McConkey. Spesimen ditanam pada media dengan
metode gores/streak 4 kuadran kemudian diinkubasi 37 oC selama 18 – 24 jam. Amati
pertumbuhan koloni bakteri setelah proses inkubasi.

Setelah inkubasi, pemeriksaan dilanjutkan dengan interpretasi kultur secara tepat.


Koloni yang tumbuh diinterpretasikan sesuai dengan jumlah pertumbuhannya pada media kultur.
1. Koloni bakteri hanya tumbuh pada kuadran I = ≤ 104 CFU/ml
2. Koloni bakteri tumbuh pada kuadran I - III = 104-105 CFU/ml
3. Koloni bakteri tumbuh pada kuadran I - IV = ≥ 105 CFU/ml

Interpretasi hasil kultur harus ditelaah bersama dengan pelaporan hasil pemeriksaan preparat basah,
pewarnaan Gram dan AMA test. Pelaporan jumlah leukosit dari pemeriksaan preparat basah dan
pewarnaan Gram sangat berhubungan dengan proses infeksi pada penderita dan menentukan
pertumbuhan (perkiraan jumlah) koloni bakteri pada media kultur. Hal tersebut juga sangat terkait
oleh hasil interpretasi AMA test.

Murray PR., Baron EJ., Jorgensen JH., Landry ML., Pfaller MA. Manual of Clinical Microbiology 9th ed. Washington DC, USA. 2007. ASM Press
Kultur Urin

KRITERIA PENOLAKAN SPESIMEN :


Spesimen yang memenuhi kriteria di bawah ini sebaiknya tidak dilanjutkan
dengan proses selanjutnya dan harus diambil spesimen yang baru :
1.Tidak terdapat label atau label rusak pada pot Urin
2.Pot Urin rusak atau bocor
3.Pot Urin yang digunakan tidak steril
4. Waktu pengiriman Urin ke Laboratorium lebih dari 2 jam setelah pengambilan.

Murray PR., Baron EJ., Jorgensen JH., Landry ML., Pfaller MA. Manual of Clinical Microbiology 9th ed. Washington DC, USA. 2007. ASM Press
Kultur Feses PENGAMBILAN SAMPEL BERDASAR JENIS SPESIMEN

Pemeriksaan kultur feses adalah pemeriksaan mikrobiologi untuk mendiagnosis


suatu etiologi penyakit infeksi dengan menumbuhkan bakteri yang terdapat
dalam feses yang diperoleh dari pasien pada medium buatan.
INDIKASI :
Gasteroenteritis (kolera, demam tifoid, disentri bakterial dsb).

BAHAN PEMERIKSAAAN :
Spesimen feses yang akan dikultur harus dalam kondisi segar (masih hangat),
diambil pada stadium dini (bakteri dalam jumlah terbanyak) dan sebelum
pemberian antibiotika

MIKROSKOPIS PEMERIKSAAN FESES MAKROSKOPIS

Pemeriksaan Gram : dibuat dengan mensuspensikan


Pemeriksaan makroskopis didasarkan pada deskripsi
sedikit feses dengan 1 tetes saline, kemudian fiksasi
makroskopis spesimen feses. Terdapat 4 deskripsi
diatas api Bunsen setelah itu prosedur disesuaikan
umum feses berdasarkan ketentuan WHO :
dengan langkah pewarnaan Gram. Preparat diamati
BRISTOL STOOL FORM SCALE
di mikroskop pada perbesaran 100X dengan minyak
emersi. Dilaporkan jumlah epithelial, leukosit,
bakteri dan yeast.

Murray PR., Baron EJ., Jorgensen JH., Landry ML., Pfaller MA. Manual of Clinical Microbiology 9th ed. Washington DC, USA. 2007. ASM Press
Kultur Feses

Formed
sof
loose
fluid
Murray PR., Baron EJ., Jorgensen JH., Landry ML., Pfaller MA. Manual of Clinical Microbiology 9th ed. Washington DC, USA. 2007. ASM Press
Kultur Feses FESES SEGAR PENGAMBILAN SPESIMEN SWAB REKTUM
Dilakukan hanya jika penderita mengalami kesulitan
untuk mengeluarkan tinja. Spesimen diambil dengan
Penderita diharuskan buang air kecil terlebih dahulu,
menggunakan swab dimasukkan kedalam dubur,
karena tinja tidak boleh tercemar urine. Tinja
kemudian swab dimasukkan kedalam Carry-Blair
ditampung secara langsung dalam pot steril ± 5 gr.
transport medium (bagian kapas terbenam dalam
media).

PROSEDUR PENGAMBILAN SPESIMEN

1. Spesimen feses diambil sesuai prosedur, ditampung dalam pot steril


2. Dilakukan penilaian mikroskopis feses dengan pengecatan Gram
3. Satu mata ose feses digoreskan pada medium agar darah, Mc Conkey dan TCBS
4. Kultur diinkubasi dalam inkubator suhu 35-37C selama 18-24 jam
5. Dilakukan penilaian koloni kuman yang tumbuh dalam medium agar darah, Mc Conkey dan TCBS
6. Dilakukan konfirmasi dengan pengecatan Gram dari koloni yang tumbuh
7. Dilakukan uji aglutinasi dengan antigen spesifik
(Vibrio cholerae, EPEC, EHEC, ETEC,Salmonela typhi H dan O)
8. Dilakukan pemeriksaan biokimia untuk mengidentifikasi kuman

Identifikasi kuman disimpulkan dari pemeriksaan Gram, penilaian koloni, uji aglutinasi dan
pemeriksaan biokimia kemudian dilakukan uji sensitivitas antimikroba dari kuman yang
ditemukanpada medium Muller Hinton Agar menggunakan metode difusi cakram menurut
Kirby-Bauer (CLSI).

Murray PR., Baron EJ., Jorgensen JH., Landry ML., Pfaller MA. Manual of Clinical Microbiology 9th ed. Washington DC, USA. 2007. ASM Press
Swab Genitalia PENGAMBILAN SAMPEL BERDASAR JENIS SPESIMEN

Infeksi bacteria pada saluran genital mungkin disebabkan oleh berbagai jenis
agen penyebab, dimana keberhasilan dalam mendiagnosis infeksi genital
tergantung dari keakuratan membedakan patogen dengan flora normal.
INDIKASI :
Swab servik, uretra, rektal, direkomendasikan untuk N. gonorhoeae sedangkan
introitus (swab vagina bawah) dan swab anorektal untuk Grup B Streptococci.

BAHAN PEMERIKSAAAN :
Swab atau cairan (aspirat) yang memenuhi persyaratan untuk dilakukan
pemeriksaan Mikrobiologi

JENIS PEMERIKSAAAN :
1. Preparat basah NaCl (Mikroskopik)
2. Preparat basah KOH (Mikroskopik)
3. Pewarnaan Gram (Mikroskopik)
4. Kultur Aerob (Makroskopik)
5. Kultur Anaerob (Makroskopik)

Murray PR., Baron EJ., Jorgensen JH., Landry ML., Pfaller MA. Manual of Clinical Microbiology 9th ed. Washington DC, USA. 2007. ASM Press
Swab Genitalia UROGENTAL WANITA PENGAMBILAN SPESIMEN UROGENITAL PRIA
1. Usap vagina, usap serviks.
2. Jangan gunakan pelumas (lumbricant), 1. Ambil sampel paling sedikit 2 jam setelah
analgetik atau antiseptik. penderita berkemih.
3. Bersihkan vulva dengan kapas / kassa yang 2. Bersihkan glans penis dengan kapas/kassa
dibasahi dengan aquades atau NaCl steril. yang dibasahi dengan air/NaCl steril.
4. Masukkan spekulum dengan hati-hati. 3. Lakukan urutan ringan dari pangkal ke ujung
5. Ambil sampel dari forniks posterior vagina penis, dan ambil sekret yang keluar dengan
atau endoserviks dengan lidi kapas steril, lidi kapas steril.
ambil 2 swab. 4. Bila tidak terlihat sekret, masukkan swab
6. Bila penderita belum menikah, jangan urogenital kira-kira 2 cm ke endouretra,
gunakan spekulum, ambil sampel dengan lidi putar perlahan 5-10 detik.
kapas steril dengan hati-hati .

Murray PR., Baron EJ., Jorgensen JH., Landry ML., Pfaller MA. Manual of Clinical Microbiology 9th ed. Washington DC, USA. 2007. ASM Press
Kultur Sputum PENGAMBILAN SAMPEL BERDASAR JENIS SPESIMEN

Cara pengumpulan spesimen yang paling mudah untuk saluran nafas bawah
adalah dengan pengambilan sputum. Namun, bila cara pengumpulan sputum
tidak dilakukan dengan baik akan memudahkan terjadinya kontaminasi
dengan flora normal yang berada di daerah orofaring.

INDIKASI :
infeksi saluran nafas bawah

PROSEDUR PEMERIKSAAN :
1. Pasien kumur-kumur dengan air sebelum sputum dibatukkan untuk
mengurangi kontaminasi flora normal orofaring
2. Batuk sedalam mungkin disertai dengan pengeluaran sputum lalu masukkan
ke pot steril (sputum ekspetorasi). Jumlah sputum tidak perlu banyak asalkan
bukan saliva.
3. Untuk pemeriksaan basil tahan asam (BTA) diambil sputum pertama pagi 3
hari berturut-turut atau sputum sewaktu-pagi-sewaktu (SPS) dibawah
pengawasan. Jumlah sputum minimal ± 3 ml .

Murray PR., Baron EJ., Jorgensen JH., Landry ML., Pfaller MA. Manual of Clinical Microbiology 9th ed. Washington DC, USA. 2007. ASM Press

Anda mungkin juga menyukai