Anda di halaman 1dari 65

Pemetaan Kasus Keracunan di Indonesia

Tahun 2010 - 2016

Disampaikan pada Kegiatan Pertemuan dan Pemetaan Kasus Keracunan,


di Balai Besar POM di Makassar
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
16 Mei 2017
AGENDA
Latar Belakang

Tujuan

Manfaat

Hasil Pemetaan Kasus Keracunan Secara Nasional

Hasil Pemetaan Keracunan di Provinsi Sulawesi


Selatan

Aplikasi Informasi Keracunan


LATAR BELAKANG

Tingginya angka
kasus keracunan
di Indonesia

Pemetaan
Kasus Mencari
penyebab kasus
Keracunan keracunan
di Indonesia
Menentukan
kebijakan dalam
pencegahan
kasus keracunan
VISI DAN MISI BPOM
VISI :

Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan


Masyarakat dan Daya Saing Bangsa
MISI:
Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko
untuk melindungi masyarakat

Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan


keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan
pemangku kepentingan.

Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM.

Sumber: Renstra PIOM 2015-2019


UU No 17/2007 tentang RPJPN 2005-2025
Visi : mewujudkan masyarakat Indonesia yang
mandiri, maju, adil, dan makmur.

Perpres No 2/2015 tentang Renstra BPOM 2015-2019


RPJMN 2015-2019 Peningkatan/penguatan melalui:
Arah kebijakan dan strategi 1. Pengawasan berbasis resiko
pembangunan nasional, BPOM 2. SDM pengawas
utamanya akan mendukung agenda
3. Kemitraan pengawasan dengan lintas sektor
Nawa cita ke 5 adalah
4. Kemandirian pengawasan berbasis resiko
Meningkatkan kualitas hidup
manusia Indonesia dengan oleh masyarakat dan pelaku usaha
menunjang Program Indonesia 5. Kapasitas dan inovasi pelaku usaha dlm
Sehat melalui pengawasan obat dan rangka mendorong daya saing produk
makanan 6. Kapasitas dan kapabilitas pengujian
SENTRA INFORMASI KERACUNAN

Suatu unit kerja Kemudian Untuk diberikan /


yang secara aktif menyiapkannya diinformasikan kepada
mencari & menjadi informasi masyarakat luas,
mengumpulkan siap pakai yang profesional kesehatan
data / informasi teliti, benar & serta instansi pemerintah
keracunan mutakhir / swasta yang
membutuhkannya dalam
rangka mencegah &
mengatasi keracunan
PEMETAAN KASUS KERACUNAN

Keracunan adalah Pemetaan kasus


Masuknya suatu zat ke keracunan merupakan
dalam tubuh baik melalui sebuah kegiatan
saluran pencernaan, pengumpulan data kasus
saluran nafas, melalui kulit keracunan yang terjadi di
atau mukosa serta Indonesia di entry pada
menimbulkan gejala klinis aplikasi SPIMKer-KLB KP

Sesuai Kerangka sampling yg


Data didapatkan melalui ditetapkan, RS yg harus
pelaporan rumah sakit melaporkan data keracunan
ke BPOM, minimal mewakili
berdasarkan rekam medis,
33% RS di Indonesia, tipe
dikumpulkan oleh PIOM & A,B,C dan D (648). Jumlah RS
Balai Besar/Balai POM yang sudah melakukan
seluruh Indonesia pelaporan tahun 2016 yaitu
sebanyak 266 RS (41%)
PENYEBAB KERACUNAN
CHEMICAL TOXICANTS

KASUS
KERACUNAN

BACTERICAL TOXICANTS BOTANICAL TOXICANTS

BIOLOGICAL TOXICANTS
TANDA & GEJALA KERACUNAN
Penurunan Kesadaran

Terhambatnya Aliran Nafas

Penurunan Tekanan Darah

Kejang

Pupil dan Refleks Ekstrimitas

Muntah, Mulut Berbuih dan Gejala Lain yang Tidak


Diharapkan
RUTE PAPARAN

Mulut Inhalasi Pernafasan Kulit

Mata Suntikan
TUJUAN KHUSUS

Mengetahui gambaran terjadinya keracunan di Indonesia,


dan gambaran keracunan per propinsi
Impact assesment BPOM untuk menentukan
kebijakan

Terhindarnya masyarakat dari bahaya keracunan

Menurunkan angka kesakitan

Menurunkan angka kematian


Tujuan Lainnya

Membangun koordinasi antar lintas sektor dan lintas program terhadap


berbagai upaya pengendalian keracunan

Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan bahaya


keracunan dan penanggulangan keracunan

Meningkatkan keterampilan tim pengelola penanggulangan keracunan


baik di tingkat pusat ataupun daerah

Melakukan kajian terhadap penanggulangan data dasar sesuai dengan


karakteristik wilayah
MANFAAT PEMETAAN KASUS KERACUNAN (1)
Instansi Lain (Pemda dan
Rumah Sakit
Dinas Kesehatan, dll)

Mendapatkan gambaran penanganan


pasien keracunan di RS. Mendapatkan gambaran kejadian
keracunan wilayah setempat.
Sebagai pelaporan dan alat advokasi
berbasis bukti. Sebagai data pelaporan dan alat
advokasi.
Sebagai data dasar untuk Sebagai alat bantu untuk
meningkatkan pelayanan preventif, meningkatkan pemberdayaan
kuratif, dan rehabilitatif terkait kasus masyarakat akan makna hidup sehat,
keracunan. serta menciptakan kegiatan yang
bermanfaat bagi masyarakat untuk
Sebagai alat bantu dalam
meningkatkan derajat kesehatan.
menentukan arah kebijakan rumah
sakit dalam menangani pasien Sebagai alat bantu dalam
keracunan. Penyusunan Perencanaan KIE
keracunan
MANFAAT PEMETAAN KASUS KERACUNAN (2)

Balai Besar POM di


Badan POM Pusat
Makassar

Mengetahui trend kejadian Mengetahui trend kejadian kasus


kasus keracunan di Indonesia keracunan di propinsi Sulawesi
Selatan
Sebagai Bahan Evaluasi Kinerja Badan
POM Penyusunan Perencanaan KIE yang
tepat bagi masyarakat
Sebagai Bahan Dalam Pengambilan
Sebagai Bahan advokasi ke para
Keputusan serta Pertimbangan dalam
stakeholder dengan memberikan
Menyusun Perencanaan KIE
rekomendasi hasil analisa data kasus
keracunan kepada Dinkes, RS, Pemda,
atau K/L lainnya, Pemuka Agama, Ibu
PKK, dll
Kasus Keracunan Paling Parah Di Dunia
Bir Mengandung Arsenik – Inggris (1900)
• Saat itu para penggemar bir di Manchester dan liverpool tidak menyadari bahwa
minuman favorit mereka mengandung racun arsenik
• Akibatnya beberapa saat setelah meminum bir tersebut, mereka mengalami sakit
perut teramat sangat, kerusakan kulit dan gangguan motoris. Korbannya 6.000
orang dan 70 orang meninggal dunia

Susu Bubuk Formula Beracun – Jepang (1955)


• Susu bubuk tersebut secara tidak sengaja tercampur arsenik dan bahan pengawet
disodium fosfat dosis tinggi. Akibatnya banyak warga mengalami diare dan muntah
setelah minum susu itu
• 13.400 yang mengalami keracunan dan sebanyak 100 jiwa harus melayang.

Wabah Minamata – Jepang (1956)


• diakibatkan oleh limbah merkuri yang dibuang ke laut oleh perusahaan Chisso
Corporation, yang dilakukan pada 1932-1968
• sebanyak 2.265 masyarakat menderita sindrom minamata, dan 1.784 diantanya
meninggal dunia
• Racun menyerang susunan sistem saraf, penderitaa mengalami gangguan
kejiwaan, kelumpuhan, koma dan bahkan kematian
Lanjutan
Bencana Gandum Beracun – Irak (1971)
• Fenomena tersebut diawali dengan terkontaminasinya gandum oleh zat
merkuri yang terdapat di dalam fungisida (anti-jamur). Akibatnya
sebanyak 650 orang dilaporkan meninggal dunia, setelah mengonsumsi
gandum impor dari Amerika Serikat dan Mexico yang dimengandung
fungisida

Keracunan Terigu – Afghanistan (1974)


• penyebab wabah tersebut diketahui akibat terigu yang mengandung
racun, dan dikonsumsi secara massal berupa roti. Naasnya terigu yang
menjadi bahan baku utama roti tersebut mengandung bibit charmac
yakni biji-bijian yang bisa mengeluarkan zat alkaloid pyrrolizidin
• sebanyak 7.800 terpapar, dan 1.600 orang meninggal dunia

Keracunan Minyak – Spanyol (1981)


• minyak goreng Colza, terkontaminasi racun dipabrik asalnya di Perancis
• Keracunan tersebut mengakibatkan sebanyak 600 orang meninggal dunia
Lanjutan
Minyak Mustard yang Terkotaminasi – New India (1998)
• masyarakat New Delhi secara tak sengaja mengonsumsi minyak mustard
mengandung racun berupa minyak Argemone mexicana (madat Mexico).
Sebanyak 60 korban meninggal dan 3.000 lainnya dirawat di RS
• Alkohol Ilegal – India (2011), diduga alkohol tersebut mengandung
methanol, ammonium nitrat, 143 korban jiwa meninggal

Tepung Maizena Terkontaminasi Aflatoksin – Kenya (2004)


• Alfatoxin sendiri merupakan karsinogen yang dihasilkan oleh Aspergillus
flavus, yang sangat berbahaya bagi tubuh manusia. Sebanyak 317 orang
mengalami kegagalan fungsi hati dan 125 jiwa melayang
• 2010 kejadian ini terulang kembali, sebanyak 2.3 juta karung berisi jagung
harus dibuang percuma akibat penyimpanan yang tidak benar

Susu formula bermelamin di China (16 juli 2008)


• sekitar 300 ribu bayi harus mengalami gagal ginjal. Enam bayi dilaporkan
meninggal dan 54 ribu dirawat intensif.
• 2 orang Pihak industry dijatuhi hukuman mati oleh pemerintah China dan 2
orang lagi di hukum 15 th penjara
Lanjutan
Unintentional Poisonig (2012)
• Berdasarkan laporan WHO tahun 2016, selama tahun 2012
telah terjadi 193.000 kematian yang diakibatkan oleh
unintentional poisoning. Kasus keracunan tersebut
disebabkan oleh bahan kimia, obat, dan pencemar lingkungan

Keracunan Obat, Swedan (2000-2013)


• Selama tahun 2000-2013 telah terjadi keracunan Obat di
Swedan sebanyak 12.068 kasus. 85% diantaranya tergolong
dalam kategori abuse. Keracunan obat tersebut mulai
meningkat jumlahnya pada tahun 2009
SURVEI UNTUK MENGUKUR KEVALIDAN
DATA & KERUGIAN FINANSIAL
Hasil Survei Kasus Keracunan
Survei Kasus Keracunan telah dilakukan pada tahun 2016,
mewakili 5 pulau (Sumatera, Jawa-Bali, Kalimantan, Sulawesi
& Indonesia Timur), tujuan: Validasi data, Kerugian finansial &
Tingkat pengetahuan masyarakat akan keracunan.

Hasil survei menyatakan bahwa data kasus keracunan yang


dilaporkan oleh RS: valid (tingkat validitas 95%) dengan
standard error 0,5 % sehingga dapat dijadikan sumber data
kasus keracunan. Biaya pengobatan rata-rata per pasien
sekitar 1,2 juta, serta pengetahuan masyarakat yg masih
rendah. Kerugian ekonomi belum termasuk kerugian sosial

Kerugian Finansial Akibat Kasus Keracunan


Selama tahun 2010-2016 dilaporkan sebanyak 40.106 kasus
keracunan dari 266 RS seluruh Indonesia. Biaya rata-rata
medis yang dikeluarkan pasien sebesar Rp 1,2 Juta, maka
kerugian finansial komponen medis selama 7 tahun sebesar
48.127.200.000 atau 6,8 Milyar per tahun.
Distribusi Kasus Keracunan di
Indonesia Tahun 2010-2016
Distribusi Kasus Keracunan di
Indonesia Tahun 2010-2016
Sulawesi
Selatan 587
kasus

Banten Papua
4414 Kasus 10132 Kasus

DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Timur Total: 40.106 kasus


10485 Kasus 6153 Kasus 2472 Kasus
keracunan
*jumlah kasus sudah mengalami pembobotan
Hasil Pemetaan Kasus Keracunan secara Nasional
Distribusi Kasus Keracunan berdasarkan Provinsi
Tahun 2010-2016 (1)
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Total
Provinsi
n % n % n % n % n % n % n % n %
Aceh 19 0.3 29 0.5 54 0.8 36 0.6 12 0.3 1 0.0 1 0,02 156 0,39
Sumatera
71 1.2 51 0.8 129 2.0 285 4.4 157 4.5 32 0,67 1044
Utara 265 4.5 2,62
Sumatera
77 1.3 59 1.0 167 2.6 20 0.3 0 0.0 99 2,07 423
Barat 1 0.0 1,06
Riau 26 0.2 272 2.5 369 3.3 69 0.6 216 3.5 489 8.2 220 4,60 1661 4,16
Jambi 27 0.4 52 0.9 3 0.0 2 0.0 34 1.0 83 1.4 0 0 200 0,50
Sumatera
0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 96 2,01 280
Selatan* 184 3.1 0,70
Bengkulu 55 0.9 71 1.2 96 1.5 103 1.6 115 3.3 303 5.1 294 6,14 1038 2,60
Lampung 0 0.0 0 0.0 43 0.7 235 3.6 1 0.0 13 0.2 1 0,02 293 0,73
Kep.Babel* 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 43 0,90 43 0,11
Kep.Riau* 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 1 0 0 0 1 0,00
DKI Jakarta 1317 22.1 1285 21.2 1655 25.9 2002 30.9 931 26.6 1877 31.6 1419 29.66 10485 26,29
Jawa Barat 860 14.4 995 16.4 984 15.4 1113 17.2 882 25.2 300 5.1 1018 21,27 6153 15,43
Jawa Tengah* 49 0.8 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0 49 0,12
Yogyakarta 165 2.8 109 1.8 135 2.1 139 2.1 21 0.6 110 1.9 66 1,38 745 1,87
Jawa Timur 431 7.2 764 12.6 375 5.9 728 11.3 21 0.6 57 1 96 2,01 2472 6,20
Banten 536 9.0 874 14.4 1014 15.9 860 13.3 246 7.0 649 10.9 236 4,93 4414 11,07
Keterangan: *Beberapa provinsi terlihat tidak ada kejadian kasus keracunan, hal ini tidak berarti bahwa tidak ada kasus keracunan
di provinsi tersebut, namun Rumah Sakit di provinsi tersebut tidak melaporkan kasus keracunan ke kantor Balai POM provinsi.
Hasil Pemetaan Kasus Keracunan secara Nasional
Distribusi Kasus Keracunan berdasarkan Provinsi
Tahun 2010-2016 (2)
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Total
Provinsi
n % N % n % n % n % n % n % n %
Bali 169 2.8 29 0.5 230 3.6 136 2.1 189 5.4 243 4.1 350 7,31 1346 3,37
NTB 0 0.0 13 0.2 110 1.7 26 0.4 0 0.0 7 0.1 0 0 156 0,39
NTT 981 16.4 712 11.8 44 0.7 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0 1737 4,36
Kal Bar 93 1.6 68 1.1 88 1.4 55 0.9 35 1.0 57 1.0 1 0,02 396 0,99
Kal Teng 87 1.5 50 0.8 215 3.4 148 2.3 0 0.0 367 6.2 48 1,00 915 2,29
Kal Sel 59 1.0 90 1.5 88 1.4 55 0.8 53 1.5 34 0.6 12 0,25 390 0,98
Kal Tim 72 1.2 101 1.7 145 2.3 197 3.0 120 3.4 96 1.6 52 1,09 783 1,96
Sulawesi
38 0.6 43 0.7 101 1.6 81 1.3 117 3.3 721
Utara 256 4.3 86 1,80 1,81
Sulawesi
2 0.0 0 0.0 162 0.9 151 0.8 171 1.7 673
Tengah 113 1.9 74 1,55 1,69
Sulawesi
160 2.7 119 2.0 92 1.4 141 2.2 0 0.0 587
Selatan 16 0.3 60 1,25 1,47
Sulawesi
64 1.1 27 0.4 0 0.0 0 0.0 0 0.0 240
Tenggara 53 0.9 96 2,01 0,60
Gorontalo* 0 0.0 0 0.0 15 0.2 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0 15 0,04
Sulawesi
0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0 0
Barat* 0,00
Maluku* 28 0.5 16 0.3 0 0.0 0 0.0 0 0.0 2 0.0 0 0 45 0,11
Maluku Utara 0 0.0 21 0.3 43 0.7 15 0.2 20 0.6 0 0.0 0 0 100 0,25
Papua 590 9.9 325 5.4 297 4.7 1 0.0 367 10.5 292 4.9 333 6,96 2206 5,53
Papua Barat* 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 65 1.1 52 1,09 117 0,29
Total 5183 100.0 4917 100.0 7210 100.0 6748 100.0 4330 100.0 5931 100.0 4785 100.0 39884 100
Keterangan: *Beberapa provinsi terlihat tidak ada kejadian kasus keracunan, hal ini tidak berarti bahwa tidak ada kasus keracunan
di provinsi tersebut, namun Rumah Sakit di provinsi tersebut tidak melaporkan kasus keracunan ke kantor Balai POM provinsi.
Hasil Pemetaan Kasus Keracunan secara Nasional (3)
Kasus Keracunan Berdasarkan Bulan (2010-2016)
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016


*Mei 2013: Perayaan Hari Raya Nyepi dan Wafatnya Isa Al-Masih
*September 2013: Hari Raya Idul Fitri (Agustus)
Hasil Pemetaan Kasus Keracunan secara Nasional (4)

Kasus Keracunan Berdasarkan Kelompok Umur (2010-2016)


3000

2500

2000

1500

1000

500

0
0-4 tahun 5-9 tahun 10-19 tahun 20-29 tahun 30-39 tahun 40-49 tahun 50-59 tahun 60 tahun ke
atas
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Hasil Pemetaan Kasus Keracunan secara Nasional (5)
Kasus Keracunan Berdasarkan Kelompok Penyebab (2010-2016)
Kelompok 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Total
No
Penyebab
n % n % n % n % n % n % n % N %
1 Binatang 765 14.7 768 15.6 1274 17.7 1126 16.7 738 17 1432 24,1 1102 23.0 7205 18.42
2 Obat 892 17.2 728 14.8 1006 14 1049 15.5 515 11.9 805 13,6 233 4.9 5228 13.37
3 Pestisida 928 17.9 792 16.1 1074 14.9 724 10.7 519 12.0 561 9,5 528 11.0 5126 13.11
4 NAPZA 615 11.9 730 14.8 992 13.8 1172 17.4 451 10.4 563 9,5 271 5.7 4794 12.26
5 Makanan 647 12.5 620 12.6 894 12.4 661 9.8 699 16.1 700 11,8 758 15.8 4979 12.73
6 Kimia 553 10.7 422 8.6 846 11.7 660 9.8 492 11.4 632 10,7 598 12.5 4203 10.75
7 Minuman 492 9.5 571 11.6 579 8.0 757 11.2 557 12.9 734 12,4 903 18.9 4593 11.74
8 Campuran 134 2.6 160 3.3 350 4.9 404 6 237 5.5 345 5,8 289 6.0 1919 4.91
9 Kosmetika 51 1.0 40 0.8 71 1.0 77 1.1 54 1.2 72 1,2 44 0.9 409 1.05
10 Obat Tradisional 67 1.3 41 0.8 46 0.6 45 0.7 27 0.6 32 0,5 24 0.5 282 0.72
Pencemar
11 Lingkungan 18 0.3 28 0.6 12 0.2 27 0.4 26 0.6 36 0,6 16 0.3 163 0.42
12 Tumbuhan 18 0.3 9 0.2 57 0.8 37 0.5 4 0.1 11 0,2 19 0.4 155 0.40
13 Produk Suplemen 9 0.2 8 0.2 9 0.1 11 0.2 11 0.3 8 0,1 0 0 56 0.14
Kelompok Obat dan Pangan
1 Obat + Napza 1507 29.1 1458 29.6 1998 27.8 2221 32.9 966 22.3 1368 23.1 504 23.3 10052 25,20
Pangan (Makanan 23,99
2 & Minuman) 1139 22.0 1191 24.2 1473 20.4 1418 21.0 1256 29.0 1434 24.2 1661 76.7 9572

Total 49.10
Hasil Pemetaan Kasus Keracunan
secara Nasional 2010-2016 (6)
Berdasarkan Umur Berdasarkan Tempat Kejadian
16000
14490
0% 1%
14000 15%

12000

10000

8000 7281 22%


6884
62%
6000
4000
4000
2065 2199
1385 1455
2000

0
0-4 5-9 10-19 20-29 30-39 40-49 50-59 60
Rumah Sakit Kantor Tempat Hiburan
tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun
+ Lain-lain Rumah
Hasil Pemetaan Kasus Keracunan
secara Nasional 2010-2016 (7)
Berdasarkan Kondisi Awal Pasien Berdasarkan Kondisi Akhir Pasien
19593
Meninggal 492
17879

Dirujuk 402

1639
Pulang Paksa

Rawat Jalan 10227


150 144 543 809

Rawat Inap 11352

Pulang Sembuh 15000

0
5000
10000
15000
Hasil Pemetaan Kasus Keracunan
secara Nasional 2010-2016 (8)
Berdasarkan Rute Paparan Berdasarkan Tipe Kejadian
Tidak diketahui 800 5%

Kontak dengan mata 102

Kontak dengan kulit 291


35%
Injeksi 258

Inhalasi 878
60%
Sengatan 2369

Gigitan 4737

Oral 29677

0 10000 20000 30000 Tidak diketahui Tidak sengaja Sengaja


Hasil Pemetaan Kasus Keracunan secara
Nasional 2010-2016 (9)
Berdasarkan Jenis Keracunan
0
493
2016 493
1460
350
1340
0 1107
2015 363
1120
296
1430
6255
54
2014 34
156
55
175
434
343
2013 361
1270
708
3624
515
305
2012 515
1486
706
3683
409
162
2011 331
900
471
2644
489
380
2010 642
951
170
3

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000


Tidak diketahui Misuse Keracunan Pangan Kecelekaan Alergi Abuse
KONDISI KASUS KERACUNAN
DI PROVINSI SULAWESI SELATAN 2010-2016
Distribusi Kasus Keracunan Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2010-2016
Kasus Keracunan
yang ada di
Provinsi Sulawesi
Selatan yang
terlaporkan pada
tahun 2010-2016
adalah 103 kasus.

Rumah Sakit
Melaporkan Kasus
Keracunan selama
2010-2016 adalah
RSUD Saras RSU
Tenriawaru Bone

Angka kasus keracunan merupakan angka real


yang dilaporkan di Provinsi Sulawesi Selatan
Distribusi Kasus Keracunan Per Tahun di
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2010-2016
70
65
60

50

40

30

20 16
9
10 5
3 3 2
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Distribusi Kasus Keracunan Berdasarkan Rumah Sakit
di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2010-2016
No Nama Rumah Sakit Jumlah Kasus Keracunan
1. Tenriawaru Bone, RSU 20
2. Bulukumba, RSU 19
3. Bayangkara, RS Kepolisian 16
4. Islam Faisal, Makasar, RS 16
5. Polewali, RSU 16
6. Ajapange Soppeng, RSU 6
7. Labuang Baji, RSU 6
8. Fatima Pare Pare, RS 3
9. Andi Makkasau Pare-Pare, RSU 1
Distribusi Kasus Keracunan Provinsi Sulawesi Selatan Menurut
Kelompok Penyebab Keracunan Tahun 2010-2016

60
53

50

40

30 24

20
12
10 5 4
2 2 1
0
Distribusi Kasus Keracunan Provinsi Sulawesi Selatan
Berdasarkan Jenis Kelamin & Kelompok Umur Tahun 2010-2016

Jenis Kelamin Kelompok Umur

34
35

30

25
39% 21
20
61%
15
9 8
10
6
3 3 4
5

0
0-4 5-9 10-19 20-29 30-39 40-49 50-59 60+
tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun
Laki-laki Perempuan
Persentase Distribusi Kasus Keracunan Provinsi Sulawesi
Selatan Menurut Rute Pemaparan Tahun 2010-2016

1%
4% 18%

77%

Sengatan Tertelan Oral Terhirup


Persentase Distribusi Kasus Keracunan Provinsi Sulawesi
Selatan Menurut Jenis Keracunan Tahun 2010-2016

45 42
40
35
30
25
20
14
15 11
10 6
3 4 34 32
5 2 21
00100 00000 00100 000 001100 10 001
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Abuse Keracunan Pangan Misuse Tidak Diketahui Alergi Kecelakaan
Distribusi Kasus Keracunan Provinsi Sulawesi Selatan Menurut
Tempat Kejadian Tahun 2010-2016

16%

84%

Lain-lain Rumah
Distribusi Kasus Keracunan Provinsi Sulawesi Selatan
Menurut Kondisi Awal dan Kondis Akhir Pasien Tahun 2010-
2016
1
0
Dirujuk 0
0
11
1
Rawat Inap 1
4
10
0
Rawat Jalan 0
8
6
0
Meninggal 0
1
5
0
Pulang Paksa 0
3
25
1
Pulang Sembuh 0
26

0 5 10 15 20 25 30

Tidak Diketahui somnolen apatis kompos mentis


CONTOH KASUS KERACUNAN
Distribusi Kasus Keracunan Berdasarkan Kelompok
Pangan Alkohol di Indonesia Tahun 2012-2015 (1)

Persentase Kasus Keracunan Berdasarkan


Persentase Kasus Keracunan Berdasarkan
Kelompok Pangan Alkohol di Provinsi
Kelompok Pangan Alkohol Tahun 2012-2015
Tahun 2012-2015 (n=2094)
Distribusi Kasus Keracunan Berdasarkan Sub Kelompok
Pangan Non Alkohol di Indonesia Tahun 2012-2015 (1)

Sub Kelompok Pangan Non Alkohol 2012 2013 2014 2015


Campuran Makanan 1,8 1,8 0,7 0,0
Campuran Minuman 0,4 0,2 0,3 0,5
Makanan Olahan Dalam Kemasan 6,2 4,4 3,6 6,1
Makanan Olahan Jajanan (PKL) 6,4 11,6 7,3 6,9
Makanan Olahan Jasaboga (katering,
restoran, hotel, kantin) 7,5 12,8 8,3 13,2
Makanan Olahan Rumah Tangga 65,2 56,6 71,2 65,8
Makanan Olahan Tidak Siap Saji 0,3 0,0 0,0 0,0
Makanan Segar 7,0 3,6 0,7 1,4
Minuman Lain 4,1 7,5 7,0 4,4
Minuman Ringan 1,3 1,6 1,0 1,7

Persentase Kasus Keracunan Pangan Berdasarkan


Persentase Kasus Keracunan Pangan Berdasarkan
Sub Kelompok Pangan Alkohol di Provinsi
Sub Kelompok Pangan Non Alkohol Tahun 2012-2015
Tahun 2012-2015 (n=2601)
Distribusi Kasus Keracunan Berdasarkan Sub Kelompok
Pangan Non Alkohol di Indonesia Tahun 2012-2015 (3)

Persentase Kasus Keracunan Sub Kelompok Persentase Kasus Keracunan Sub Kelompok
Makanan Olahan Rumah Tangga Berdasarkan Nama Makanan Olahan Jajanan (PKL) Berdasarkan Nama
Spesifik Penyebab Tahun 2012-2015 (n=1688) Spesifik Penyebab Tahun 2012-2015 (n=214)
Distribusi Kasus Keracunan Berdasarkan Sub Kelompok
Pangan Non Alkohol di Indonesia Tahun 2012-2015 (4)

Persentase Kasus Keracunan Sub Kelompok


Makanan Olahan Jasaboga (katering, restoran, hotel, Persentase Kasus Keracunan Sub Kelompok
kantin) Berdasarkan Nama Spesifik Penyebab Tahun 2012- Makanan Olahan Tidak Siap Saji Berdasarkan Nama
2015 (n=266) Spesifik Penyebab Tahun 2012-2015
Distribusi Kasus Keracunan Berdasarkan Sub
Kelompok Obat (2010-2015)
Jumlah Kasus Keracunan Obat Persentase Kasus Keracunan Obat Berdasarkan
Tahun 2012-2015 Sub Kelompok Obat Keras Tahun 2012-2015

Sub
Kelompok 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Obat
2.01
Campuran 2.17 5.18
75 72 125 91 114 33
Obat 2.59
Obat 4.26
105 115 126 120 115 43
Bebas 3.09

4.09
Obat
Bebas 111 72 117 90 92 33
Terbatas

Obat Keras 244 235 296 260 254 72 Benzodiazepin Obat tidur
Tidak Diketahui Turunan 4-Aminofenol
Tidak antalgin tramadol
357 234 306 488 240 16
Diketahui amoxicillin
Distribusi Kasus Keracunan Berdasarkan Sub
Kelompok Pestisida (2010-2015)
Persentase Kasus Keracunan Pestisida Berdasarkan
Jumlah Kasus Keracunan Pestisida
Sub Kelompok Pestisda Rumah Tangga Tahun 2012-
Tahun 2012-2015
2015

Sub
Kelompok 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2.39 2.32 2.24
3.85
Pestisida 4.60

Campuran 5.72
2 5 5 5 3 9
Pestisida

Pestisida 59.27
173 194 342 274 281 226
Pertanian

Pestisida
Rumah 719 542 670 435 440 322
Tangga
Baygon Racun Tikus HIT
Racun serangga autan Transflutrin
Tidak
34 51 57 10 16 5 Tidak Diketahui
Diketahui
Kerangka Sampling Pemetaan Kasus
Keracunan Tahun 2017
Mengikuti Kerangka Total RS yang diambil
Sampling Tahun 2017 tahun 2017 : 648 RS
 Proportional dari RS di seluruh
Random Sampling Indonesia

RS diambil
berdasarkan Provinsi Sulawesi
keterwakilan dari Selatan 25 RS
kelas A, B, C, dan D
APLIKASI SISTIM INFORMASI PELAPORAN
MASYARAKAT KERACUNAN
(SPIMKER KLB KP INTEGRASI DENGAN RS)
1. Aplikasi SPIMKer-KLB KP Integrasi dengan
Rumah Sakit (spimker.pom.go.id)

Aplikasi yang digunakan untuk


entry data dan laporan kasus dan
insiden keracunan, KLB-KP, dan
permintaa` informasi. Aplikasi ini
digunakan oleh Balai Besar/Balai
POM di seluruh Indonesia
Aplikasi SPIMKer-KLB KP Integrasi dg RS

Halaman Login

Pengembangan Aplikasi
SPIMKer-KLB KP integrasi Sehingga intervensi
dengan Rumah Sakit 
Data kasus terhadap kasus
Rumah Sakit dapat secara keracunan Nasional
menjadi up to date.
keracunan segera bisa
langsung mengirimkan data diatasi
kasus keracunan ke BPOM.
Subsite Keracunan BPOM
1. SUBSITE INFORMASI KERACUNAN

Sumber : Subsite Informasi Keracunan Di akses melalui http://ik.pom.go.id, secara online


FITUR PADA SUBSITE INFORMASI KERACUNAN
Kontak SIKerNas & SIKer Daerah

Informasi Pencegahan Keracunan Karena Obat

Informasi Pencegahan Keracunan Karena Obat Tradisional

Informasi Pencegahan Keracunan Karena NAPZA

Informasi Pencegahan Keracunan Karena Produk Rumah Tangga

Informasi Pencegahan Keracunan Karena Pangan

Informasi Waspada Keracunan (Informasi Bahan Beresiko Keracunan, Artikel, Pedoman


Penanganan Keracunan, Leaflet/ Produk & Artikel Keracunan)

Permainan Dunia Anak (KIE Pencegahan Keracunan kepada Anak)


Sumber : Subsite Informasi Keracunan Di akses melalui http://ik.pom.go.id, secara online
Rujukan nasional informasi terstandar obat
yang beredar di Indonesia

18 Kelas Terapi
(termasuk Media
Kontras dan
Radiofarmaka)

> 1250 Monografi

6 Lampiran
(Interaksi Obat,
Gagal Hati, Gagal
Ginjal,
Kehamilan,
Menyusui,
Petunjuk Praktis
Penggunaan
Obat yang Benar)

60
Akses melalui BPOM - mobile

61
Cara Akses IONI BPOM
Download dan Install
IONI BPOM di:
www.pionas.pom.go.id/ionibpom
Pilih “Klik Disini”

Proses Install IONI BPOM

KLIK Logo IONI BPOM

Note: Ubah Setting Smartphone pada pengamanan: 62


aktifkan “sumber tidak diketahui”
1
2

Pilih Kategori
Informasi yang
diinginkan

Masukkan nama generik


dalam Bahasa Indonesia

63
3 4

Klik Tombol Cari


Muncul Informasi Sesuai
dengan Pencarian

64

Anda mungkin juga menyukai