Kehamilan Post Date 2
Kehamilan Post Date 2
A. DEFINISI
• Keadaan klinis yang dapat ditemukan jarang ialah gerakan janin yang
jarang, yaitu secara subyektif kurang dari 7 kali per 30 menit atau secara
obyektif dengan KTG kurang dari 10 kali per 30 menit.
Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang terbagi menjadi :
• Stadium I, kulit kehilangan vernik kaseosa dan terjadi maserasi sehingga
kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas.
• Stadium II, seperti stadium I disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) di
kulit.
• Stadium III, seperti stadium I disertai pewarnaan kekuningan pada kuku,
kulit dan tali pusat.
PERMASALAHAN KEHAMILAN LEWAT WAKTU
Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup memberikan nutrisi
dan pertukaran CO2/O2 sehingga mempunyai risiko asfiksia sampai kematian adalam rahim.
Makin menurunnya sirkulasi darah menuju sirkulasi plasenta dapat mengakibatkan :
1. Pertumbuhan janin makin lambat
2. terjadi perubahan metabolisme janin
3. Air ketuban berkurang dan makin kental
4. Sebagian janin bertambah berat, serhingga memerlukan tindakan persalinan
5. Berkurangnya nutrisi dan O2 ke janin yang menimbulkan asfiksia dan setiap saat dapat
meninggal di rahim.
6. Saat persalinan janin lebih mudah mengalami asfiksia.
7. Terhadap ibu : partus lama, kesalahan letak, insersia uteri, perdarahan postpartum
DIAGNOSIS
Dalam menilai apakah kehamilan matur atau tidak, beberapa
pemeriksaan dapat dilakukan:
1. Bila tanggal HPHT di catat dan diketahui wanita hamil, diagnosis tidak
sukar
2. Bila wanita tidak tahu, lupa atau tidak ingat, atau sejak melahirkan
yang lalu tidak dapat haid dan kemudian menjadi hamil, hal ini akan
sukar memastikannya. Hanyalah dengan pemeriksaan antenatal yang
teratur dapat diikuti tinggi dan naiknya fundus uteri, mulainya
gerakan janin dan besarnya janin dapat membantu diagnosis.
1. Pemeriksaan berat badan diikuti, kapan menjadi berkurang, begitu pula
lingkaran perut dan jumlah air ketuban apakah berkurang.
2. Pemeriksaan rontgenologik, dapat dijumpai pusat-pusat penulangan pada
bagian distal femur, bagian proksimal tibia, tulang kuboid, diameter
bipariental 9,8 cm atau lebih. Keberatan pemeriksaan ini adalah
kemungkinan pengaruh tidak baik sinar rongten terhadap janin.
3. USG : ukuran diameter bipariental, gerakan janin dan jumlah air
ketuban. Dengan pemeriksaan ini diameter biparental kepala janin dapat
diukur dengan teliti tanpa bahaya. Pemeriksaan menurut ginekologi.
1. Pemeriksaan sitologik air ketuban : air ketuban diambil dengan
amniosentesis, baik transvaginal maupun transabdominal. Air
ketuban akan bercampur lemak dari sel-sel kulit yang dilepas janin
setelah kehamilan mencapai lebih dari 36 minggu. Air ketuban yang
diperoleh dipulas dengan sulfat biru nil maka sel-sel yang
mengandung lemak akan berwarna jingga. Bila :
• Melebihi 10% : kehamilan di atas 36 minggu
• Melebihi 50% : kehamilan di atas 39 minggu
7. Amnioskopi : melihat derajat kekeruhan air ketuban, menurut
warnanya karena dikeruhi mekonium.
8. Kardiotografi : mengawasi dan membaca DJJ, karena insufiensi
plasenta
9. Uji Oksitosin (stress test) : yaitu dengan infus tetes oksitosin dan
diawasi reaksi janin terhadap kontraksi uterus. Jika ternyata reaksi
janin kurang baik, hal ini mungkin janin akan berbahaya dalam
kandungan.
10. Pemeriksaan kadar estriol dalam urin
• 11. Pemeriksaan sitologik liquoramni
• Amniostopi dan periksa pH nya dibawah 7.20 dianggap sebagai tanda
gawat janin
PENATALAKSANAAN
1. Setelah UK > 40 minggu yang penting adalah monitoring janin
sebaik – baiknya
2. Apabila tidak ada tanda – tanda insfusiensi plasenta persalinan
spontan dapat ditunggu dengan pengawasan ketat
3. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks,
kalau sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau
tanpa amniotomi
4. Ibu dirawat di RS bila:
a. riwayat kehamilan yang lalu ada kehamilan janin dalam rahim
b. Terdapat hipertensi, pre eklamsi dan
c. Kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas, atau
d. pada Kehamilan lebih dari 40 – 42 minggu, maka ibu dirawat di RS
5. Tindakan operasi Sectio Caesarea dapat dipertimbangkan pada
a. insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang
b. pembukaan yang belum lengkap, persalinan lam, dan terjadi tanda
gawat janin
c. Primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, Pre Eklamsia,
Hipertensi menahun, infertilitas dan kesalahan letak janin.