Anda di halaman 1dari 17

TOKSIKOL

OGI
Topik
0 Sejarah Toksikologi

1
0 Ruang Lingkup
toksikologi
2
0 Review Jurnal

3
Toksikol Pemahaman mengenai
ogi pengaruh-pengaruh bahan
kimia yang merugikan bagi
organisme hidup.

Ilmu yang mempelajari


efek toksis berbagai bahan
terhadap makhluk hidup
dan sistem biologi lainnya.
PEMBAGIAN
TOKSIKOLOGI
Pembagian Toksikologi berdasarkan jenis zat dan keadaan saat
terjadi toksik

Toksikologi Obat Toksikologi Bahan Makanan Toksikologi Pestisida


Toksisitas obat, Efek samping dari kombinasi Bahan makanan yang berpotensi mengandung Mempelajari efek beberapa zat pestisida yang
obat, keracunan akut dan kronis pada toksikan (Zat warna, pengawet, dll) berpotensi berbahaya jika digunakan
penggunaan berlebih berlebihan
.

A C E

B D
Toksikologi Lingkungan Toksikologi Industri
Mempelajari zat-zat yang berpotensi merusak Mempelajari jenis keracunan di Industri.
lingkungan (air, udara, tanah). Biasanya berupa penyelidikan penyakit pada
. kulit dan pernapasan. Ex : Silikosis,
antrakosis,dll
Toksikologi
Klinik Bidang ilmu toksikologi
yang mempelajari suatu
penyakit yang disebab
kan suatu agen toksik
Efek yang diinginkan dari suatu obat.
Ex : Paracetamol 500mg 3xsehari  EFEK
menurunkan panas dan meredakan TERAPI
nyeri

Efek yang dapat menimbulkan toksik


jika diberikan melampaui dosis. EFEK
Ex : Gentamisin ginjal
PCT, INH  Hati
TOKSIK

Efek yang tidak diinginkan pada


dosis terapi (tidak terjadi pada tiap EFEK
orang).
Ex : Amplodipin  Jantung berdebar SAMPING
dan nyeri perut
Larva Ikan Zebra (Danio rerio) Sebagai Model Hewan untuk Uji Toksisitas
Susana E. Sudradjat
Departemen Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat Korespondensi : susana.sudrajat@ukrida.ac.id
ABSTRAK
Toksisitas
Toksisitas adalah salah satu masalah utama dalam proses
pengembangan obat. Kardiotoksisitas, neurotoksisitas dan
hepatotoksisitas merupakan alasan utama obat tidak lolos
dalam uji klinik atau ditarik dari pasaran. Larva ikan zebra dapat
menjembatani antara uji in vitro dan model hewan mamalia
mengerat dengan lebih cepat dan ekonomis. Toksisitas organ
dapat dideteksi mulai pada tahap larva sehingga dapat
diprediksi dengan tepat pengaruh obat tersebut pada manusia.
Uji kardiotoksik, neurotoksik dan hepatotoksik dapat dilakukan
pada hewan yang sama dengan ketepatan dan ketelitian yang
tinggi.

Kata kunci: hepatotoksisitas, kardiotoksisitas, larva ikan zebra,


neurotoksisitas
Preliminary

Content Here Content Here

Salah satu masalah utama dalam Uji toksisitas pada mamalia


pengembangan obat-obatan baru merupakan gold standard untuk
ialah efek yang tidak diinginkan, memprediksi keamanan pada
sehingga dibutuhkan pengujian manusia, tapi memerlukan biaya
toksisitas pada hewan dengan tinggi, waktu yang panjang,
skala besar. Pada penelitian obat diperlukan senyawa dalam jumlah
baru, langkah pertama adalah uji in besar, dan tidak selalu dapat
vitro secara enzimatis atau kultur diprediksi. Karena itu mamalia
sel yang hanya memerlukan sedikit kurang cocok untuk uji toksisitas
senyawa dan mengurangi hewan pendahuluan.
coba.

Content Here
Ikan Zebra untuk Analisis Toksisitas Obat
Penggunaan ikan zebra dalam skrining obat menjadi alat penting untuk menilai
toksisitas dan kemanjuran obat baru. ikan zebra dapat menjembatani
kesenjangan antara uji keamanan praklinis pada in vitro dan uji pada model
hewan pengerat dengan cara cepat dan hemat biaya. Senyawa yang dapat
menyebabkan toksisitas antara lain senyawa-senyawa kardiotoksik, neurotoksik
dan hepatotoksik. Sebelum dilakukan uji kardiotoksisitas, hepatotoksisitas dan
neurotoksisitas, terlebih dahulu dilakukan uji kadar obat non-mortal/non
teratogenik. Berdasarkan data, ternyata kegagalan penemuan obat baru terjadi
karena obat tersebut memunyai efek neurotoksik (22%), kardiotoksik (16%), dan
hepatotoksik (14%).

No Observed Effect Concentration (NOEC) dapat memengaruhi fisiologis organ


ketika terjadi efek samping. Untuk menganalisa perkembangan organ dapat
digunakan larva ikan zebra berumur 96 hours post fertilization (hpf) atau 96 jam
setelah fertilisasi. Tujuan utamanya adalah mengetahui pengaruh obat terhadap
fisiologis dan fungsi organ. Kardiotoksisitas diamati pada 100 hari setelah
fertilisasi (100 hpf), neurotoksisitas 120 hpf dan hepatotoksisitas 132 hpf.

Dietilaminobenzaldehid (DEAB) merupakan penghambat asam retinoat yang


meningkatkan mortalitas dan teratogenik (NOEC) seperti terlihat pada Tabel 1.
DEAB digunakan sebagai kontrol positif. LOEC merupakan konsentrasi terendah
dimana efek obat dapat diamati, sedangkan LC50 adalah konsentrasi yang
menyebabkan 50% larva ikan zebra mati.
Tabel
Ikan Zebra untuk Analisis Toksisitas Obat
Senyawa 1-metil-4-fenilpiridinium (MPTP) yang berkhasiat sebagai analgesik
telah terbukti menyebabkan gejala Parkinson permanen dengan menghancurkan
neuron dopaminergik di substantia nigra. MPTP digunakan sebagai kontrol positif
obat neurotoksik. Etanol dan asetaminofen digunakan sebagai obat kontrol positif
hepatotoksik. Haloperidol, yang dikenal sebagai obat antipsikosis digunakan
sebagai kontrol positif obat neurotoksis karena memblokade human Ether-a-go-
go-Related Gene (hERG), memperpanjang interval QT dan menyebabkan aritmia
pada manusia dan hewan.
Analisis Kardiotoksisitas

ikan zebra telah menjadi model


organisme utama untuk studi
perkembangan dan
organogenesis

Sebagai kontrol positif Aritmia jantung menjadi


digunakan haloperidol dan uji tantangan utama bagi
kardiotoksisitas dilakukan pada 4 2 penemuan obat modern.
larva ikan zebra berumur 96 hpf
ketika detak jantung ikan zebra
sudah stabil
5 3

Obat diinkubasi selama empat jam dan Embrio ikan zebra dapat digunakan
setelah itu dianalisa dengan perangkat untuk penelitian kardiotoksisitas
lunak ZeCardio®. Haloperidol, cisapride, yang diinduksi obat. Obat-obatan
docetaxel, dofetilide, pindolol, riluzole, seperti astemizole, haloperidol,
trifluoperazine HCL, dan vincristine pimozide, dan terfenadin yang
dapat mengurangi detak jantung menyebabkan perpanjangan QT
permenit (BPM) dibandingkan dengan pada manusia juga memberikan
dimetil sulfoksida (DMSO) sebagai hasil yang serupa pada ikan zebra
kontrol negatif
Analisis Hepatoksisitas

Pada perkembangan minggu pertama, Ikan zebra merupakan perantara


sumber energi unik untuk larva ikan antara evaluasi berbasis sel dengan
zebra adalah kuning telur. Kuning telur
ikan zebra mengandung 70% lipid
4 1 pengujian hepatotoksisitas pada
hewan konvensional.
netral, yang sebagian besar
dimetabolisme di hati.Dengan demikian,
akumulasi lipid kuning telur dapat
digunakan sebagai titik akhir untuk
fungsi hati

Hepatotoksisitas dari enam obat hepatotoksik


(asetaminofen, aspirin, tetrasiklin HCl, natrium
Efek hepatotoksik terutama disebabkan valproat, siklofosfamid dan eritromisin) dan
oleh proses metabolisme yang dua senyawa nonhepatotoksik (sukrosa dan
biotin) yang telah diuji pada mamalia setelah
membutuhkan waktu, maka percobaan
dilakukan pada larva yang berumur 132 3 2 diuji lagi pada larva ikan zebra memberikan
hpf dengan kontrol positif parasetamol hasil yang sama dengan menggunakan tiga
dan etanol, yang telah terbukti fenotip spesifik hepatotoksisitas: degenerasi
Perkembangan hati ikan zebra hati, perubahan ukuran hati dan retensi
mengakibatkan toksisitas pada manusia
dapat dibagi dalam tiga tahap absorbsi kuning telur
dan ikan zebra.
yaitu: spesifikasi, diferensiasi,
dan perkembangan
Analisis Neurotoksisitas

Teknik in vivo ini berdasarkan ekspresi gen


05 01
dan uji anti konvulsan pada larva berusia dua
hari (2 dpf), sehingga dapat diketahui molekul Analisa neurotoksisitas dilakukan pada tahap
bioaktif yang mempunyai aktifitas perkembangan karena sistem sarafnya lebih
antikonvulsan. Obat antikonvulsan dapat rentan terhadap dampak bahan kimia daripada
diketahui dari penurunan aktifitas lokomotor sistem saraf ikan zebra dewasa.
larva ikan zebra yang diukur dengan alat
Zebrabox.

04 02
Salah satu penyakit yang diuji dengan ikan
zebra adalah Penyakit Parkinson (PD).
Pada larva ikan zebra enam hari pasca Fenotip, peran berbagai gen dan protein untuk
fertilisasi (6 dpf). Sebagai kontrol positif parkinsonisme diuji dan dievaluasi pada ikan
digunakan 1-metil-4-fenil-1,2,3,6 tetrahidro zebra dengan menggunakan pendekatan
piridin (MPTP) yang telah diidentifikasi sebagai perilaku, molekuler dan proteomik.
obat neurotoksik pada manusia dan ikan zebra
03
Larva ikan zebra peka terhadap obat neuroaktif dan respons lokomotornya
mirip dengan mamalia.Paparan obat neuroaktif akut mengubah aktivitas alat
gerak di larva ikan zebra, sehingga dapat digunakan untuk skrining in vivo
yang cepat untuk bahan kimia beracun dengan cara mengkarakterisasi
aktivitas lokomotor
Infograp hic
KESIMPULAN
Larva ikan zebra merupakan model hewan yang ideal
untuk uji senyawa kardiotoksik, hepatotoksik dan
neurotoksik. Uji toksisitas ini dapat menjembatani antara
uji in vitro dan model hewan mamalia mengerat dengan
lebih cepat dan ekonomis sehingga mempercepat proses
pengembangan obat.

Anda mungkin juga menyukai