Anda di halaman 1dari 30

Medication Administration Error

Kesalahan Pengobatan Terkait dengan


Administrasi
Kelompok 5
Aninditha Rachmah R Rizki Arismawati
Christin Eviyani Sembiring Selvia Wiliantari
Dwi Astuti Permanasari Sony Eka Nugraha
Erlinawatisari Harefa Wahyudi
Hetty I. Manalu Yolanda Septiani
Kholidayani Harahap Sofian Marudut S
Lusia Alexandra Angela M Vina Luwih A ningsih
Nova Rahmatulliza Yolanda Bethesda Pardede
Puji Nurani
Apa itu Medication Error ??
Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1027/MENKES/SK/IX/2004 menyebutkan bahwa “medication error
adalah kejadian yang merugikan pasien, akibat pemakaian obat
selama dalam penanganan tenaga kesehatan, yang sebetulnya
dapat dicegah”.

Medication Error adalah setiap kejadian yang dapat dihindari yang


menyebabkan atau berakibat pada pelayanan obat yang tidak tepat
atau membahayakan pasien sementara obat berada dalam
pengawasan tenaga kesehatan atau pasien (NCC MERP, 2012)
Apa itu Medication Administration Error (MAE) ??

Medication Administration Error adalah kesalahan pengobatan


berkaitan dengan hal – hal yang bersifat administrasi (pada saat
obat diberikan atau diserahkan pada pasien). Misalnya; keliru
dalam membaca nama pasien atau tidak teliti dalam memeriksa
identitas pasien, maka obat yang diserahkan juga menjadi salah,
bisa juga salah dalam menuliskan instruksi pemakaian obat kepada
pasien atau salah memberi penjelasan secara lisan kepada pasien
sehingga pasien pun salah dalam menggunakan obat.
Siapa yang Terlibat MAE ??

Sebagian besar yang sering terlibat dalam MAE adalah


perawat karena secara langsung melakukan pemberian
obat dan juga terlibat dalam dispensing dan penyiapan
obat, seperti mengukur volume untuk injeksi, mematahkan
(crushing) tablet.
6 Basic Types of Administration Errors

1. Error of Omission
2. Error of Commission
3. Incorrect Dose Preparation Error
4. Incorrect Administration Technique
5. Deterioration Error
6. Unordered or Extra Dose Medication Error
Administration error meliputi :

1. Kesalahan waktu pemberian obat


Misalnya: ada obat yang harus disuntikkan setiap 8 jam
secara berkesinambungan, namun melenceng dari jam
seharusnya.
2. Kesalahan teknik pemberian obat
Misalnya: ada obat yang seharusnya didrips ke dalam cairan
infus, tetapi diberikan secara injeksi langsung.
3. Obat tertukar pada pasien yang namanya sama (right
drug for wrong patient)
Hal ini terjadi bila dua orang pasien IRD memiliki nama yang
sama tetapi umurnya berbeda
4. Kesalahan terkait pengetahuan (karena kurangnya ilmu
pengetahuan)
Contoh: memberikan penisilin tanpa memastikan pasien alergi atau
tidak.
Hal ini dapat diminimalkan dengan pembekalan informasi yang baik,
pengecekan kembali oleh farmasis dan perawat.
5. Kesalahan terkait memori (lupa)
Contoh: Memberikan penisilin kepada pasien yang alergi, praktisi
tersebut tau akan hal ini, tapi dia tidak mengingatnya.
Hal ini sangat sulit untuk dihindari, namun dapat dicegah dengan
komputerisasi peresepan dan cross-checking
Penyebab MAE

1. Faktor petugas kesehatan yaitu budaya kerja sehingga


terjadi keterlambatan pemberian obat;
2. Faktor lingkungan kerja yaitu kesibukan kerja;
3. Faktor pasien yaitu keluarga pasien yang tidak
kooperatif sehingga obat tidak tersedia saat akan
digunakan dan pemahaman keluarga pasien mengenai
prosedur pengambilan obat.
HAL-HAL YANG DAPAT DILAKUKAN UNTUK
MENGURANGI/MENCEGAH
ADMINISTRATION ERROR Memastikan
Memeriksa Memastikan kalkulasi dosis,
identitas pasien keamanan obat khususnya
pasien pediatrik

Meminimalisir Memberikan
Memastikan
gangguan pelatihan dan
pemberian obat pengawasan
selama
tepat waktu pemberian obat kepada staff baru

Memperbaiki Melanjutkan
Penggunaan
sistem kerja program
teknologi
rumah sakit edukasi
terhadap
terhadap
pemberian
pemberian
Meminta kolega untuk
untuk

alert
obat high alert
kolega

Tida kTida
meknggunakan
me nggunasingka kan singka tan- ta n-
singkasingka
tan ytaang
n y ada
ngpadapa
t metny me ebabka
nyebanbka n
high
check
check

sala hsaba
lahcabaca
ata uatau
sal ahsalinterpreta
ah inte rpretasi
si , ,
seperti
se pe
dosis
rti domo
sisrfin
morfin
“. 5” (ta
“.5”npa
(ta npa
obat ketika
ketika

di ikuti
di ikuti
a ngkaa ngka
nol),nodiil),nte
diirpre
nterpre
ta si tasi
Meminta

sebasebagai
gai do sis do sis
5 mg5  mgOVERDOSE
 OVERD OSE
obatobat
double
double

PERLU JUGA
DILAKUKAN

Menilai
Menilai alergi obat
pasien
pasienalergi
diberikan
diberikan
telepon
via via . .
telepon

baru
baru obat
secara
baikbaik verbal
secara maupu
verbal n n
maupu
obat yang
obat akan
yang akan d iberikan
d iberikan

sebelum
sebelum
ulang
verifikasi
verifikasi ulang m engena
m engena i i
M embaca
M embaca kemkem atau
balibali atau

obat
obat
10 rights of medication
administration
1. Right patient
2. Right medication
3. Right dose (E.g. 1mg, vs.. 3mg …. )
4. Right time
5. Right route (E.g. mouth vs. topical…)
6. Right education
7. Right to refuse
8. Right assesment
9. Right evaluation
10. Right documentation
1. Right patient

• Selalu periksa identifikasi gelang pasien.


• Meminta pasien untuk menyebutkan nama dan tanggal
lahir mereka .
• Compare medication order to identification bracelet and
patient’s stated name and birth date.
• Verify patient’s allergies with chart and with patient.
2. Right medication

• Perform a triple check of the medication’s label:


- Ketika mengambil obat.
- Ketika mempersiapkan obat .
- Sebelum pemberian obat kepada pasien.
• Selalu periksa label obat dengan perintah dokter .
• Jangan pernah memberikan obat yang disiapkan oleh
orang lain
• Jangan pernah memberikan obat yang tidak berlabel .
3. Right dose

• Periksa label untuk konsentrasi obat.


• Bandingkan dosis yang disiapkan dengan pesanan obat.
• Perhitungan obat dihitung tiga kali.
• Periksa semua perhitungan obat dengan perawat lain .
• Memverifikasi dosis yang berada dalam rentang dosis
yang tepat untuk pasien dan obat-obatan .
4. Right time
• Verify schedule of medication with order.
1. Date
2. Time
3. Specified period of time
Check last dose of medication given to patient.
• Administer medication within 30 minutes of schedule.

5. Right route
 Verifikasi rute obat dengan pesanan obat sebelum
memberikan.
 Obat hanya dapat diberikan melalui rute yang ditentukan
dalam resep
6. Right education

• Inform patient of medication being administered.


• Inform patient of desired effects of medication.
• Inform patient of side effects of medication.
• Ask patient if they have any known allergies to
medication.
7. Right to refuse
 Pihak yang bertanggung jawab secara hukum (pasien,
orang tua , anggota keluarga , wali , dll) untuk perawatan
pasien memiliki hak untuk menolak pengobatan apapun.
 Menginformasikan pihak yang bertanggung jawab
konsekuensi dari menolak obat.
 Memverifikasi bahwa pihak yang bertanggung jawab
memahami semua konsekuensi ini.
 Beritahu dokter yang memerintahkan pengobatan dan
dokumen pemberitahuan.
Dokumen penolakan obat dan bahwa pihak yang
bertanggung jawab mengerti konsekuensi .
8. Right assesment
 Benar menilai pasien untuk menentukan apakah
obat tersebut aman dan tepat.
 Jika dianggap tidak aman atau tidak pantas , beritahukan
dokter dan catat dokumen pemberitahuan.
 Document that medication was not administered and the
reason that dose was skipped.

9. Right Evaluation
• Assess patient for any adverse side effects.
• Assess patient for effectiveness of medication.
• Compare patient’s prior status with post medication status
•Document patient’s response to medication.
10. Right Documentation

•Never document before medication is administered.


•Document
1. Medication
2. Dosage
3. Route
4. Date and Time
5. Signature and credentials
6. When appropriate, signature of other nurse
checking medication
Teknologi terkini MAE
1. Computerized Physician Order Entry (CPOE)

Bar code dgn scanner Jenis Bar code

CPOE merupakan sustu sistem pencatatan perintah/order medikasi


dari dokter yang berbasis teknologi komputer. Perintah ini kemudian
ditransmisikan kepada bagian departemen dan staf medis yang
bertanggung jawab atas pelaksanaan perintah seperti laboratorium,
farmasi, radiologi dan bidang keperawatan.
Melalui sistem ini dokter, perawat
dan apoteker bekerja secara bersama-
sama dalam proses medikasi untuk
mengurangi kesalahan pengobatan
(medication error).
Hal ini terjadi karena dengan
CPOE, setiap tenaga kesehatan dapat
mengakses data riwayat medikasi
seorang pasien.
CPOE ini memberikan keuntungan antara lain :

1. Mengurangi tingkat keterlambatan dalam proses perawatan


2. Mengurangi kesalahan interpretasi tulisan tangan
3. Memungkinkan inpur data dari unit-unit pelayanan atau dari tempat
lain
4. Menyediakan fasilitas pengecekan atas pemberian dosis yang tidak
tepat
5. Menyederhanakan proses inventaris dan proses penagihan
6. Dengan menggunakan CPOE prescribing sistem sinyal dosis dan
pemeriksaan interaksi terdeteksi secara otomatis, misalnya
memberi tahu penggunaan bahwa dosis yang digunakan terlalu
tinggi dan berbahaya serta bisa memberi tahu penggunaan bahwa
obat-obat yang digunakan dapat menganggu kesehatan.
2. Barcode Medication Administration System
Merupakan solusi teknologi informasi untuk meningkatkan
proses tatacara pemberian obat dan mengurangi kejadian
kesalahan pengobatan.
Teknologi Barcode secara otomatis akan melakukan cek 5
benar pada saat perawat melakukan scan tanda pengenal,
dan mengidentifikasi tanda pengenal pasien (gelang
pengenal) untuk mengakses profil pengobatan pasien dan
memverifikasi nama obat, pasien, dosis, waktu dan cara
pemberian yang tepat.
Pengecekan ini dilakukan untuk satu kali pemberian obat,
disamping tempat tidur pasien sebelum obat diberikan.
Proses kerja penggunaan Barcode
Medication Administration System meliputi :

a. Scan tanda pengenal agar dapat mengakses sistem


Barcode
b. Mengambil obat di area penyimpanan
c. Cek label obat sesui dengan BMCA
d. Scan medication Barcode
e. Scan tanda pengenal pasien dipergelangan tangan
f. Memberikan obat
g. Dokumentasi
3. Sistem transfusi OLCOS
• Sistem manajemen transfusi darah berbasis komputer
dikembangkan dengan menghubungkan jaringan sistem
informasi rumah sakit dengan bar code klien (Sistem
identifikasi unit darah klien) dan alat tes pre transfusi otomatis.
Bar code identitas disebarkan pada setiap klien disemua
ruangan.
• Aplikasi dari sistem ini adalah sistem transfusi OLCOS
(Olympus, Inc) dimana sistem ini bekerja pada jaringan rumah
sakit. Komputer induk (OLCOS Client PC) di pusat pelayanan
transfusi yang menyimpan seluruh data klien dan komponen
darah, dihubungkan pada komputer klien di masing-masing
ruangan dan kamar operasi dengan kabel dan teknologi
nirkabel, untuk membentuk jaringan local.
Gambar: Barcode gelang pasien (kiri atas), kartu phlebotomy
mobile dengan laptop (tengah atas), Katu order perawat dengan
label bar code yang discan dengan sinar scanner bar code (kanan
atas), label kantong komponen darah (kanan bawah) dan tampilan
layar program software produk transfuse darah (kanan bawah).
Studi Kasus
Angela (79 tahun) menderita stroke dan melakukan pengobatan
dan perawatan di rumah.
Angela telah mengalami penggantian katup mitral 4 tahun
sebelumnya dan menderita gagal jantung. Obat yang dikonsumsinya
yaitu warfarin, aspirin, enalapril, furosemide dan digoxin serta
parasetamol secara rutin untuk nyeri sendi.
Suatu pagi angela jatuh pingsan, namun dia terbangun kembali
tetapi tetap dalam keadaan bingung dan pucat. Ambulans pun
dipanggil, perawat memeriksa denyut jantung ternyata angela
mengalami takikardi dengan kecepatan denyut jantung 162, tekanan
darah rendah 78/48. Angela bernafas cepat dan dangkal, tapi monitor
saturasi oksigen menunjukkan keadaan normal. Hasil pemeriksaan
EKG menunjukkan takikardia sinus.
Setibanya di UGD keadaan Angela masih pucat, berkeringat dan
takikardia dengan tekanan darah rendah.
Selama pemeriksaan, rumah sakit menerima telepon dari
tempat dimana Angela dirawat sebelumnya, bahwa angela
menerima pengobatan dari blister lain pagi itu .
Angela diberi obat lorazepam, sodium valproate, metoprolol,
cilazapril dan nifedipine, tanda vital angela stabil beberapa jam dan
tidak ada bukti perubahan patologinya.
Namun pada pemeriksaan INR adalah 8,9 dan ini menandakan
ada permasalahan pada dosis warfarinnya. Setelah diinvestigasi
dari perawat ternyata angela menerima dosis double dari warfarin
selama seminggu. Ini karena ketika pengulangan pengambilan obat
warfarin termasuk dalam kemasan blisternya (biasanya, itu
diberikan secara terpisah) tetapi tanpa disadari perawatnya.
Hasilnya, mereka terus memberikan Angela warfarin dari botol
yang terpisah juga.

Anda mungkin juga menyukai