(1913101010022)
1.1 Definisi
2.1 Definisi
3.3 Prinsip
the scene/TKP
postmortem
examination Antemortem
Information
Retrieval
Reconciliation
Debriefin
1) the scene/TKP
to secure / mengamankan
Pada fase pertama ini, tim awal Organisasi yg memimpin komando
yang datang ke TKP melakukan DVI harus mengambil langkah untuk
penilaian antara korban hidup yang mengamankan TKP agar TKP tidak
rusak
korban mati selain mengamankan
barang bukti yang dapat
mengarahkan pelaku apabila
bencana yang terjadi merupakan to collect / mengumpulkan
bencana yang diduga akibat ulah Organisasi yang memimpin
komando DVI harus mengumpulkan
manusia. Pada korban mati korban korban bencana dan
diberikan label sebagai penanda. mengumpulkan properti yang terkait
label ini harus memuat informasi dgn korban yg mungkin dapat
digunakan untuk kepentingan
tim pemeriksa, lokasi penemuan,
identifikasi korban.
dan nomor tubuh atau mayat. label
ini akan sangat membantu dalam
proses penyidikan selanjutnya. documentation / pelabelan
Komandi DVI memfoto area bencana
dan korban kemudian memberi
nomor dan label pada korban.
2) post mortem examination/pemeriksaan data post mortem
fase kedua dalam proses DVI adalah fase pemeriksaan mayat.
Pada fase ini, para ahli identifikasi, dokter forensik, dan dokter
gigi forensik melakukan pemeriksaan untuk mencari data post
mortem sebanyak-banyaknya. Sidik jari, pemeriksaan terhadap
gigi, seluruh tubuh, dan barang bawaan yang melekat pada
mayat. Dilakukan pula pengambilan sampel jaringan untuk
pemeriksaan DNA. Data ini dimasukkan ke dalam pink form
berdasarkan standar interpol.
3) Antemortem Information Retrieval/Pengumpulan Data Antemortem
Pada fase ini, ada tim kecil yang menerima laporan orang yang
diduga menjadi korban. Tim ini meminta sebanyak-banyaknya dari
keluarga korban. Data yang diminta mulai dari pakaian yang
terakhir dikenakan, ciri-ciri khusus (tanda lahir, tahi lalat, bekas
operasi, dan lain-lain), data rekam medis dari dokter, keluarga, dan
dokter gigi korban, data sidik jari dari pihak berwenang
(Kelurahan/kepolisian), serta sidik DNA apabila keluarga
memilikinya. Apabila tidak ada data DNA korban maka dilakukan
pengambilan sampel darah dari keluarga korban. Data ante mortem
diisikan ke dalam yellow form berdasarkan standar interpol.
4) Reconciliation/rekonsiliasi
Fase ini adalah fase rekonsiliasi (pencocokan) data ante dan post
mortem. Pada fase ini seseorang dinyatakan teridentifikasi atau
tidak teridentifikasi
5) Debriefing/kaji ulang
Dari semua fase tersebut, fase debriefing inilah yang jarang
terlaksana. Kesulitan yang dihadapi adalah mengumpulkan
kembali para anggota tim yang berasal dari seluruh wilayah di
Indonesia untuk melakukan evaluasi kinerja
DVI
3.5 Struktur
• 1.Kesehatan (Depkes, Dinkes, Rumah sakit)
• 2.Kepolisian (Dokpol, Puslabor, NCB Interpol
dll)
• 3.TNI (Kes TNI)
• 4.Perguruan tinggi
• 5.Profesi (Dokter, dokter gigi)
• 5.Profesi (Dokter, dokter gigi)
• 6.PemerintahDaerah (Dinsos, kependudukan dll)
• 7.Pencarian dan penyelamatan (SAR)
• 8.Pemadam kebakaran
• 9.NGO
• 10.Volunter
DVI
3.6 Peran Dokter Gigi
Adapun peran dokter gigi dalam divisi adalah sebagai berikut
a. Melakukan identifikasi jasad individu yang sudah rusak,
mengalami dekomposisi atau sudah tidak dalam keadaan utuh .
b. Mencatat informasi pada pemeriksaan jasa individu meliputi
perkiraan usia (dilihat dari panjang akar gigi pada anak).
perkiraan jenis ras (dilihat dari bentuk tengkorak).
jenis kelamin (dilihat dari bentuk tengkorak dan DNA)
jenis pekerjaan (contoh jejak jepit rambut)
konsumsi makanan (contoh erosi gigi karena alkohol)
apabila data post mortem tidak memungkinkan suatu identifikasi
maka dapat dilakukan rekonstruksi wajah semasa hidup
berdasarkan tengkorak dan gigi.
c. Melakukan komparasi antara catatan gigi ante mortem individu
dengan pemeriksaan gigi pada jasa individu.
d. Mencatat profil post mortem gigi yang menjadi karakteristik
individu yang bisa diarahkan kepada kondisi ante mortem.
e. Membantu penyidik dalam menemukan kaitan antara barang
bukti yang ditemukan di TKP dengan korban dan pelaku tindak
pidana.
f. Membantu menemukan dan menganalisa identitas korban
berdasarkan analisis gigi geligi.
g. Membantu laporan ahli hingga bertindak sebagai saksi ahli
4. DATA ANTEMORTEM &
POSTMORTEM
4.1 Definisi
a) Data Antemortem
Data antemortem merupakan data yang dibuat sebelum kematian dan
berasal dari beberapa sumber bukti dokumenter seperti kesaksian secara
lisan dari keluarga, dokter gigi yang pernah merawat korban, atau
teknisi gigi, bukti tertulis, atau gambar dari dental record, hasil x-ray
gigi dan foto close upnya.
b) data post mortem
Data postmortem merupakan data data fisik yang diperoleh melalui
personal identification setelah korban meninggal seperti sidik jari,
golongan darah, konstruksi gigi, dan foto diri korban pada saat
ditemukan lengkap dengan barang-barang yang melekat di tubuhnya dan
sekitarnya, bahkan termasuk isi kantong pakaiannya. Selain foto diri
yang detail juga ada foto rontgen, ini untuk mengetahui apakah ada ciri
khusus berupa pen penyambung tulang serta susunan gigi geligi korban.
Ciri fisik spesifik akan sangat membantu identifikasi korban.
DATA ANTEMORTEM &
POSTMORTEM
4.2 Tujuan
a) Tujuan data antemortem
Mengetahui data dan informasi jenazah Sebelum meninggal.
Untuk mempermudah proses identifikasi.
Merupakan data lengkap yang nantinya akan dibandingkan
dengan data post mortem.
Informasi yang diperoleh melalui data gigi dan mulut untuk
mempercepat proses identifikasi. Informasi yang akan didapat
antara lain umur, jeniskelamin, ras,golongan darah, bentuk
wajah, dan DNA.
b) tujuan data post mortem
Mengetahui informasi dan data jenazah setelah meninggal.
Sebagai data pendukung bahwa benar jenazah tersebut adalah
bulan dicocokkan dengan data ante mortem sebagai data
pembanding.
DATA ANTEMORTEM &
POSTMORTEM
4.3 Form
Postmortem
Antemortem • Gigi yang ada dan tidak ada, bekas gigi
Dental record, keterangan yang tidak ada apakah lama atau baru
tertulis tentang keadaan gigi terjadi
pada pemeriksaan, pengobatan, • Gigi yang ditambal, jenis bahan dan
atau perawatan gigi. kalsifikasinya.
Foto rontgen gigi. • Anomali bentuk dan posisi gigi.
Cetakan gigi. • Karies atau kerusakan gigi yang ada.
Prothesis gigi atau alat • Jenis dan bahan restorasi, perawatan
ortodonsi. dan rehabilitasi yang mungkin ada.
Foto close up muka atau profil • Atrisi atau pengikisan dataran kunyah
daerah gigi atau mulut. karena proses mengunyah. Derajat
Keterangan dari keluarga satau atrisi akan berbanding lurus dengan
rekan terdekat korban yang usia.
diambil di bawah sumpah. • Pertumbuhan gigi molar ketiga. Di
Indonesia, untuk memperoleh data
Antemortem:
Pada lembar ini pastikan nomor
acuan, nama korban , dan jenis
kelamin terlihat jelas. Pada rincian
Dental Information tuliskan
informasi tambahan dari polisi,
teman dan keluarga. Juga nama
lengkap, alamat dan telpon drg/RS.
Catat jangka waktu rekam medis.
Data tertulis harus asli/foto copy
dengan stempel. Harus dipastikan
semua data baik rontgen,dll diberi
nama pasien, drg nya, dan tanggal
dibuatnya
Pada lembar ini rekam medis dental
orang hilang harus tercatat, baik
dari x-ray, model gigi geligi,dll.
Mulai mencatat dari data yang
paling baru. Selanjutnya pengisian
pada grafik dental lokasi dan
memberi penandaan dengan warna.
Hitam untuk tumpatan amalgam,
merah tumpatan emas, hijau
tumpatan sewarna gigi. Untuk gigi
yang dicabut dan belum tumbuh
beri (X) sesuai dgn kotak gigi.
Cocokkan grafik gigi dari dokter
gigi dengan grafik gigi yang anda
buat.
Pada lembar ini catat
setiap informasi
lanjutan yang dapat
membantu dalam
pengidentifikasian dan
penjelasan lanjutan dari
lembar seksi terdahulu
yang memerlukan
penjelasan lebih lanjut
atau tidak mempunyai
tempat memadai
DATA ANTEMORTEM &
POSTMORTEM
4.4 Perbedaan
5.1 Definisi