Anda di halaman 1dari 23

KELOMPOK 6

Prinsip-prinsip legal aspek dalam


keperawatan
ANGGOTA :
Ghina Warozan
Raihan Nazila
Dila Adelia
Haikal
Khaidir
Prinsip Legal Etik dalam Praktik
Keperawatan
Praktik keperawatan yang aman memerlukan
pemahaman tentang batasan legal yang ada dalam
praktik perawat. Sama dengan semua aspek
keperawatan, pemahaman tentang implikasi hukum
dapat mendukung pemikiran kristis perawat.
Perawat perlu memahami hukum untuk melindungi
hak kliennya dan dirinya sendiri dari masalah.
Perawat tidak perlu takut hukum, tetapi lebih
melihat hukum sebagai dasar pemahaman terhadap
apa yang masyarakat harapkan dari penyelenggara
pelayanan keperawatan yang profesional.
NEGLECTED (Kelalaian)
• Tindakan yang dapat menjatuhkan standar pelayanan.
• Contoh Seorang perawat salah memasukan obat kepada
pasien padahal sudah me medis pasien bahwa pasien
alergi terhadap obat tersebut.

MALPRAKTIK
• Tindakan yang mengacu pada kelalaian yang dilakukan
oleh seseorang yang terlibat dalam profesi atau pekerjaan
yang sangat membutuhkan keterampilan teknis atau
profesional. Kelalaian diartikan pula dengan melakukan
tindakan kedokteran dibawah standar pelayanan medis.
• Penyebab :
 Melalaikan kewajiban
 Melakukan sesuatu hal yang seharusnya tidak boleh
diperbuat oleh seorang tenaga kesehatan, baik
mengingat sumpah jabatannya, maupun mengingat
sumpah sebagai tenaga kesehatan.
 Tidak mempunyai ilmu pengetahuan yang cukup
mengenai sesuatu yang berhubungan dengan medis.

• Contoh
 Cedera yang terjadi pada klien
 Kesalahan pengobatan
 Kesalahan di kamar operasi
 Pelanggaran tugas yang dilakukan oleh perawat
• Pencegahan Mal Praktek
 Selalu bertindak hati-hati
 Mencatat semua tindakan yang dilakukan
dalam rekam medis.
 Apabila ada keraguan, konsultasi kepada
dokter atau senior
 Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien,
keluarga dan masyarakat sekitarnya.
PERTANGGUNG GUGATAN
• Yaitu suatu tindak gugatan apabila terjadi suatu
kasus tertentu.
• Contoh:
Ketika dokter memberi instruksi kepada perawat
untuk memberikan obat kepada pasien tapi
ternyata obat yang diberikan itu salah ,dan
mengakibatkan penyakit pasien menjadi tambah
parah dan dapat merenggut nyawanya .Maka
,pihak keluarga pasien berhak menggugat dokter
atau perawat tersebut .
PERTANGGUNG JAWABAN
• Yaitu suatu konsekuensi yang harus diterima seseorang atas
perbuatannya.
• Pertanggung jawaban yang dibebankan oleh perawat
 Tanggung jawab terhadap tugas, berupa upaya promotif dan
rehabilitative.
 Tanggung jawab terhadap orang lain, yaitu menghargai
anggota masyarakat.
 Tanggung jawab terhadap masyarakat, yaitu sebagai
anggota masyarakat.
 Tanggung jawab terhadap profesi, yaitu mengembangkan
profesi

• Contoh:
Jika ada kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh perawat
dan pihak keluarga pasien tidak terima karena kondisi pasien
semakin parah maka, perawat akan bertanggung jawab atas
kesalahan atau kelalaiannya .
ISU-ISU ETIK DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN
A.    Euthanasia
Istilah euthanasia berasal dari bahasa yunani “euthanathos”. Eu ­
artinya baik, tanpa penderitaan; sedangkan thanathos ­artinya
mati atau kematian. Ada pula yang menyebutkan bahwa
euthanasia merupakan praktek pencabutan kehidupan manusia
atau hewan melalui cara yang dianggap tidak menimbulkan
rasa sakit atau menimbulkan rasa sakit yang minimal, biasanya
dilakukan dengan cara memberikan suntikan yang mematikan.
Belanda, salah satu Negara di Eropa yang maju dalam
pengetahuan hukum kesehatan mendefinisikan euthanasia
sesuai dengan rumusan yang dibuat oleh Euthanasia Study
Group dari KNMG (Ikatan Dokter Belanda), yaitu :
“Euthanasia adalah dengan sengaja tidak melakukan sesuatu
untuk memperpanjang hidup seorang pasien atau sengaja
melakukan sesuatu untuk memperpendek hidup atau
mengakhiri hidup seorang pasien, dan ini dilakukan untuk
kepentingan pasien itu sendiri”.
1.      Klasifikasi Euthanasia
Dilihat dari orang yang membuat keputusan euthanasia dibagi menjadi :
a.    Voluntary euthanasia, jika yang membuat keputusan adalah orang yang
sakit. Misalnya gangguan atau penyakit jasmani yang dapat
mengakibatkan kematian segera, dimana keadaan diperburuk oleh keadaan
fisik dan jiwa yang tidak menunjang. 

b.    Involuntary euthanasia, jika yang membuat keputusan adalah orang lain.


Seperti pihak keluarga atau dokter karena pasien mengalami koma medis.

c.    Assisted Suicide, tindakan ini bersifat individual yang pada keadaan


tertentu dan alasan tertentu menghilangkan rasa putus asa dengan bunuh
diri.

d.    Tindakan yang langsung menginduksi kematian dengan alasan


meringankan penderitaan tanpa izin individu bersangkutan dan pihak
yang punya hak untuk mewakili. Hal ini sebenarnya merupakan
pembunuhan, tetapi agak berbeda pengertiannya karena tindakan ini
dilakukan atas dasar belas kasihan.
B. Aborsi
     

Aborsi adalah cara menggugurkan kandungan


atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan
istilah abortus yang berarti mengeluarkan hasil
konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma)
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan.
Pada saat ini aborsi merupakan masalah
kesehatan masyarakat karena memberikan dampak
pada kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana
diketahui penyebab utama kematian ibu hamil dan
melahirkan adalah perdarahan ,infeksi dan
eklampsia. Hal itu terjadi karena hingga saat ini
aborsi masih merupakan masalah kontroversial di
masyarakat. Di satu pihak aborsi dianggap ilegal
dan dilarang oleh agama sehingga masyarakat
cenderung menyembunyikan kejadian aborsi.
Jenis-Jenis Aborsi

Dalam dunia kedokteran dikenal 3 jenis aborsi, yaitu :


a.       Aborsi spontan atau alamiah. Berlangsung tanpa tindakan
apapun. Kebanyakan disebabkan karena kurang baiknya
kualitas sel telur dan sel sperma.
b.      Aborsi buatan atau sengaja atau kriminalis adalah
pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 28 minggu
sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh
calon ibu maupun si pelaksana aborsi. Misalnya dengan
bantuan obat aborsi.
c.       Aborsi terapeutik atau medis adalah pengguguran
kandungan buatan yang dilakukan atas indikasi medis. Sebagai
contoh, calon ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai
penyakit darah tinggi menahun atau penyakit jantung yang
parah yang dapa membahayakan baik calon ibu maupun janin
yang dikandungnya. Tetapiini semua atas pertimbangan medis
yang matang dan tidak tergesa-gesa.
C.    Transplansi Organ
Transplantasi adalah pemindahan suatu jaringan atau organ
manusia tertentu dari suatu tempat ke tempat lain pada
tubuhnya sendiri atau tubuh orang lain dengan persyaratan
dan kondisi tertentu.
Banyak sekali kasus dimana tim kesehatan berhasil mencangkokkan
organ terhadap klien yang membutuhkan. Dalam kasus tumor ginjal,
gagal ginjal, ginjal dari donor ditransplantasikan kepada ginjal
penerima. Tidak semua perawat terlibat dalam tindakan tranplantasi,
perawat hanya berperan seperti merawat dan meningkatkan kesehatan
pemberi donor, membantu di kamar operasi dan merawat klien setelah
operasi (Megan, 1991).
Pelaksaan transplantasi di Indonesia diatur dalam PP No. 18 tahun 1981,
tentang bedah mayat klinis dan bedah mayat anatomis/transplantasi
alat atau jaringan tubuh, merupakan pemindahan alat/jaringan tubuh
yang masih mempunyai daya hidup sehat. Tindakan transplantasi
tidak menyalahi aturan semua agama dan kepercayaan sepanjang
penentuan saat mati dan penyelenggaraan jenazah terjamin dan tidak
terjadi penyalahgunaan (Est. Tanxil, 1991).
1.    Jenis-Jenis Transplansi Organ
a.       Autograf (Autotransplatasi) yaitu, pemindahan suatu jaringan atau
organ ke tempat lain dalam tubuh orang itu sendiri.
Misalnya operasi bibir sumbung, imana jaringan atau organ yang diambil
untuk menutup bagian yang sumbing diambil dari jaringan tubuh
pasien itu sendiri.

b.      Allograft (Homotransplantasi) yaitu, pemindahan suatu jaringan atau


organ dari tubuh seseorang ke tubuh yang lan yang sama spesiesnya,
yakni manusia dengan manusia. Homotransplantasi yang sering terjadi
dan tingkat keberhasilannya tinggi, antara lain : transplantasi ginjal dan
kornea mata. Disamping itu terdapat juga transplantasi hati, walaupun
tingkat keberhasilannya belum tinggi.

c.       Xenograft (Heterotransplatasi) yaitu, pemindahan suatu jaringan atau


organ dari tubuh yang satu ke tubuh yang lain yang berbeda spesiesnya.
Misalnya antara species manusia dengan binatang. Yang sudah terjadi
contohnya pencangkokan hati manusia dengan hati dari baboon (sejenis
kera), meskipun tingkat keberhasilannya masih sangat kecil.
d.      Isograft yaitu, Transplantasi Singenik yaitu pempindahan suatu
jaringan atau organ dari seseorang ke tubuh orang lain yang identik.
ASPEK HUKUM KEPERAWATAN
Pengertian Hukum
I. Hukum adalah keseluruhan kumpulan peraturan atau
kaidah dalam suatu kehidupan bersama; atau
keseluruhan peraturan tingkah laku yang berlaku
dalam suatu kehidupan bersama, yang dapat
dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi.
Pengertian Hukum kesehatan
II. Adalah ketentuan2 yang mengatur hak dan kewajiban
baik dari tenaga kesehatan dalam melaksanakan
upaya kesehatan maupun dari individu dan
masyarakat yang menerima upaya kesehatan tersebut
dalam segala aspek promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif serta organisasi dan sarana.
 Hukum Kesehatan adalah kumpulan
peraturan yang berkaitan langsung dengan
pemberian perawatan dan juga penerapannya
kepada hukum perdata, hukum pidana dan
hukum administrasi (Prof. Van der Mijn).
 Hukum Kesehatan lebih luas dari pada Hukum
Kedokteran atau Hukum Perawatan.
 Mengapa perlu Undang-Undang Praktik Keperawatan
 1. Alasan filosofi: Perawat telah berkonstribusi besar dlm
peningkatan derajat kes, tapi belum diimbangi dgn
perlindungan hukum, bahkan cenderung menjadi objek
hukum.
 2. Perawat memiliki kompetensi keilmuan, sikap rasional,
etis dan profesional, semangat pengabdian yang tinggi,
berdisiplin, kreatif, terampil, berbudi luhur dan dapat
memegang teguh etika profesi.
 3. Tujuan menyusun UU: lingkup profesi yang jelas,
kemutlakan profesi, kepentingan bersama berbagai pihak
(masyarakat, profesi, pemerintah dan pihak terkait
lainnya), keterwakilan yang seimbang, optimalisasi
profesi, fleksibilitas, efisiensi dan keselarasan, universal,
keadilan, serta kesetaraan dan kesesuaian interprofesional
(WHO, 2002)
 Fungsi Hukum dalam Praktik Perawat
 - Memberikan kerangka utk menentukan
tindakan keperawatan mana yang sesuai
dengan hukum
 - Membedakan tanggung jawab perawat
dengan profesi lain
 - Membantu menentukan batas-batas
kewenangan tindakan keperawatan mandiri -
Membantu mempertahankan standard praktik
keperawatan dengan meletakkan posisi
perawat yg memiliki akuntabilitas dibawah
hukum.
 HAK, KEWAJIBAN DAN PERSETUJUAN
Informed Consent ???
HAK ASAZI
1. Hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
(the right to health care),
2. Hak untuk mendapatkan informasi (the right
to information), dan
3. Hak untuk ikut menentukan (the right to
determination)
 Hak atas informasi
 1. Diberikan sebelum dilakukan tindakan medis,
ringan maupun berat.
 2. Pasien berhak bertanya seputar rencana
tindakan medis yang akan diterimanya, apabila
informasi yang diberikan dirasakan masih belum
jelas,
 3. Pasien berhak meminta pendapat atau penjelasan
dari dokter lain untuk memperjelas atau
membandingkan informasi tentang rencana
tindakan medis yang akan dialaminya (second
opinion)
 4. Pasien berhak menolak rencana tindakan medis
tersebut
 Informasi yang diperoleh:
 1. Bentuk tindakan medis
 2. Prosedur pelaksanaannya
 3. Tujuan dan keuntungan dari pelaksanaannya
 4. Resiko dan efek samping dari
pelaksanaannya
 5. Resiko / kerugian apabila rencana tindakan
medis itu tidak dilakukan
 6. Alternatif lain sebagai pengganti rencana
tindakan medis itu, termasuk keuntungan dan
kerugian dari masing-masing alternatif tersebut
 Keadaan Gawat Darurat
 Proses pemberian informasi dan permintaan
persetujuan rencana tindakan medis ini bisa
saja tidak dilaksanakan oleh dokter apabila
situasi pasien tersebut dalam kondisi gawat
darurat. Dalam kondisi ini, dokter akan
mendahulukan tindakan untuk penyelamatan
nyawa pasien. Prosedur penyelamatan nyawa
ini tetap harus dilakukan sesuai dengan
standar pelayanan / prosedur medis yang
berlaku disertai profesionalisme yang
dijunjung tinggi.
 Tidak berarti kebal hukum
 Pelaksanaan informed consent ini semata-mata
menyatakan bahwa pasien (dan/atau walinya yang
sah) telah menyetujui rencana tindakan medis yang
akan dilakukan. Pelaksanaan tindakan medis itu
sendiri tetap harus sesuai dengan standar proferi
kedokteran. Setiap kelalaian, kecelakaan, atau
bentuk kesalahan lain yang timbul dalam
pelaksanaan tindakan medis, tetap bisa membuat
pasien merasa tidak puas dan berpotensi
mengajukan tuntutan hukum. Informed consent
tidak menjadikan tenaga medis kebal terhadap
hukum atas kejadian yang disebabkan karena
kelalaiannya dalam melaksanakan tindakan medis.

Anda mungkin juga menyukai