Anda di halaman 1dari 13

PEMBAKUAN BAHASA

INDONESIA

Kelompok : 4
Febri adinda
Nova lantika
Otri wulandari
Pembakuan bahasa
Pembakuan bahasa adalah proses
pemilihan satu ragam bahasa untuk
dijadikan bahasa baku (resmi)
kenegaraan, serta usaha pembinaan dan
pengembangannya, yang bisa dilakukan
terus-menerus. Pembakuan bahasa
berarti pemilihan salah satu variasi yang
diangkat untuk mendukung fungsi-fungsi
tertentu, dan ditempatkan di atas variasi
yang lain.
Bahasa Baku.

 Bahasa baku atau bahasa standar


adalah bahasa yang memiliki nilai
komunikatif yang tinggi, yang digunakan
dalam kepentingan nasional, dalam
situasi resmi atau dalam lingkungan
resmi dan pergulan sopan yang terikat
oleh tulisan bakku, ejaan baku, serta
lafal baku (Junus dan Arifin Bbanasuru,
1996,62).
 Kemantapan dan kedisiplinan.
Mantap artinya sesuai atau taat dengan kaidah
bahasa. Kata rasa, misalnya kalau dibubuhi
imbuhan pe- maka terbentuklah kata jadia persa.
 Kecendikian dan kerasionalan.
Ragam baku bersifat cendikia karena ragam baku
dipakai ditempat-tempat resmi dan oleh orang
terpelajar.
 penyeragaman
pada hakikatnyapembakuan bahasa berarti
penyeragaman bahasa.
Fungsi Bahasa Baku

Selain berfungsi sebagai bahasa nasional, bahasa


negara, dan bahasa resmi, bahasa baku
mempunyai fungsi lain. Yaitu fungsi pemersatu,
fungsi pemisah, fungsi harga diri dan fungsi
kerangka acuan.
Ketidalaksana (1975) mencatat empat fungsi bahasa
yang menuntut penggunaan ragam baku, yaitu :
 Komunikasi remi
 Wawancara teknis
 Pembicaraan didepan umum
 Pembicaraan dengan orang yang dihormati
Pemilihan ragam baku

Moeliono (1972) mengatakan bahwa pada


umunya yang layak adalah ujaran dan
tulisan yang dipakai oleh golongan
masyarakat yang paling luas
pengaruhnya dan paling besar
wibawanya. Termasuk didalanya para
penjabat negara, para guru warga
media massa, alim ulama, dan
cendikiawan.
Penggunaan ragam baku :

 Surat menyurat antarlembaga


 Laporan keuangan
 Karangan ilmiah
 Lamaran pekerjaan
 Surat keputusan
 Perundangan
 Nota dina
 Rapat dinas
 Pidato resmi
 Diskusi
 Penyampaian pendidikan
 Dll.
“Bahasa Yang Baik Dan Benar”

 Bahasa indonesia yang baik adalah


bahasa indonesia yang digunakan sesuai
dengan norma kemasyarakatan yang
berlaku. Misalnya, dalam situasi santai
dan akrab, seperti diwarung kopi, dipasar,
ditempat arisan dll.
 Bahasa indonesia yang benar adalah
bahasa indonesia yang digunakan sesuai
dengan aturan atau kaidah bahasa
indonesia yang berlaku.
Hubungan Bahasa Indonesia
Dengan Bahasa Lain
Indonesia adalah negara yang sangat luas
yang terdiri dari suku bangsa, dengan
berbagai bahasa daerah, serta berbagai
latar belakang budaya yang tidak sama.
Bahasa-bahasa lain yang merupakan
bahasa penduduk asli seperti bahasa
jawa, sunda, bali, bugis, dan lainnya
yang berkedudukan sebagai bahasa
dareah.
Contoh-Contoh Bahasa Daerah Dan
Bahasa Asing Yang Telah Dibakukan
Kedalam Bahasa Indonesia
1. Kata Serapan dari Bahasa Daerah
○ Ampuh  :  Sakti
○ Nyeri  :  Sakit
○ Ceroboh  :  Tidak hati-hati
○ Acuh  :  Peduli
○ Langka  :  Jarang Ada
○ Mending  :  Lumayan
○ Genit  :  Bergaya
○ Gigih  :  Tangguh
○ Lugu      :  Polos
○ Meriang   :   Sakit
○ Cakep  :  Mempesona
○ Bertele-tele  :  Melantur
Kata Serapan dari Bahasa Asing
 Bahasa Inggris  Akte
 Bahasa Arab  Detail
 Bahasa Portugis  Baligh
 Bahasa Cina  Bangku
 Bahasa Belanda  Bakwan
 Aktor  Bombardir
 Abad  Ekspor
 Armada  Ilmu
 Bakiak  Dadu
 Amatir  Cawan
 Bisnis  Coklat
 Almanak  Inovasi
 Algojo  Lafal
 Bakmi  Dansa
 Ginseng
Kesimpulan
Bagi Indonesia yang penduduknya menggunakan ratusan
bahasa daerah dan tersebar di ribuan kepulauan, kehadiran
suatu bahasa baku, termasuk lafal baku bukan hanya perlu
tetapi suatu keharusan. Upaya untuk menentang
pembakuan bahasa Indonesia sama artinya mengkhianati
SumpahPemuda yang telahmengikrarkan bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan. Persatuan yang kuat hanya
bisa tercipta kalau ada bahasa yang digunakan bersama
dengan pemahaman yang sama. Meskipun begitu, upaya
pembakuan lafal hendak lah dilakukan secara hati-hati
karena lafal lebih peka terhadap sentimen sosial. Upaya
pembakuan lafal selama ini dapat dipertahankan. Yang
perlu ditingkatkan adalah kesadaran kita sebagai pemodel
lafal.

Anda mungkin juga menyukai