Hipertensi Urgensi
Hipertensi Urgensi
HIPERTENSI URGENSI
Oleh :
Ageng Bella Dinata NIM. G4A015030
Buang air kecil (BAK) warna kuning tua 4x/hari volume setiap buang air kecil
lebih dari segelas air mineral (>240 cc). Keluhan demam, nyeri pinggang,
BAK sering, tidak dapat menahan BAK, dan nyeri ketika BAK disangkal.
Pasien mengetahui memiliki tekanan darah tinggi sejak 6 tahun yang lalu
dengan rerata tekanan darah 160/90 mmHg namun jarang kontrol ke
puskesmas atau praktik dokter swasta. Sehari-hari pasien sering mengeluh
nyeri kepala dan biasa minum paramex untuk meredakan keluhan. Riwayat
trauma kepala disangkal.
Riw. Jantung, DM, Ginjal, Asma, Alergi makanan atau obat disangkal
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Antropometri
Berat badan : 72 kg ; Tinggi badan : 165 cm ; IMT : 26.45 (Obese 1)
Status Generalis
Pemeriksaan Kepala
Kepala : mesosefal, venektasi temporal (-), jejas (-)
Mata : CA (-/-), PBI 3mm/3mm, RCD (+/+) Normal
Telinga : discharge (-)
Hidung : napas cuping hidung (-), epistaksis (-)
Mulut : bibir sianosis (-), lidah mencong (-)
Pemeriksaan Leher
Distensi vena leher (-), JVP tidak meningkat, pembesaran tiroid (-)
Pemeriksaan Thoraks Pemeriksaan Abdomen
Paru Inspeksi : cembung, venektasi (-)
Inspeksi : simetris, hemithorax dex = sin Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : Vokal fremitus apex dextra = sinistra Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar lien
Vokal fremitus basal dextra = sinistra tidak teraba
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru Perkusi : timpani, pekak sisi (+) normal,
Batas paru-hepar SIC V LMCD pekak alih (-)
Auskultasi: SD Ves (+/+), RBH(-/-), RBK (-/-),Wh
(-/-)
Jantung Ekstremitas
Inspeksi : IC tampak di SIC V 1 jari lateral LMCS
Palpasi : IC teraba di SIC V 1 jari lateral LMCS
Perkusi : Batas kanan atas SIC II LPSD
Batas kiri atas SIC II LPSS
Batas kanan bawah SIC IV LPSD
Batas kiri bawah SIC V 1 jari lateral LMCS
Auskultasi : S1>S2, regular, Gallop (-),Murmur (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
TATALAKSANA
Non Farmakologis Farmakologis
a. Diet rendah garam Infus RL 20 tetes permenit
b. Edukasi pola hidup sehat Inj. Ketorolak 2x30 mg
Inj. Ranitidin 2x50 mg
seperti penurunan berat badan,
Inj. Ondansentron 2x4 mg
olah raga 30-60 menit per hari PO Betahistin 3x1
minimal 3 kali dalam seminggu, PO Dimenhidrinat 3x1
berhenti merokok dan PO Captopril 25 mg (SL)
mengkonsumsi alkohol. PO Amlodipin 1x10 mg
Monitoring PO Valsartan 1x80 mg (stop diganti
Tekanan darah target hari kedua Irbesartan 300 mg)
<160/100 mmHg
Follow Up Pasien di Bangsal Mawar
PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
USULAN PENUNJANG
1. Profil Lipid untuk mengetahui adanya
dislipidemia sebagai faktor risiko dari
hipertensi dan penyakit jantung
koroner.
2.Pemeriksaan elektrolit untuk melihat
adanya hipokalemia dan pertimbangan
dalam pemberian obat anti hipertensi.
DEFINISI
Hipertensi urgensi adalah tekanan darah sistolik >180 mmHg atau diastolik >
120 mmHg tanpa disertai kerusakan pada organ target seperti ensefalopati
hipertensi, stroke iskemik atau hemoragik, papil edema, perdarahan
intrakranial, sindrom koroner akut, edem paru, diseksi aorta, gagal jantung akut,
proteinuria, hematuria, gangguan ginjal akut, preeklamsia, eklamsia, dan
anemia hemolitik (Tanto, 2014).
ETIOLOGI
Hipertensi urgensi dapat disebabkan oleh hipertensi primer (esensial) atau
hipertensi sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain seperti stenosis arteri
renalis, penyakit parenkim ginjal, feokromositoma, hiperaldosteronisme, dan
penyebab lain (Fauci et all., 2009).
FAKTOR RISIKO
Jenis kelamin wanita, obesitas, Beberapa faktor risiko yang dapat
riwayat hipertensi sebelumnya, dimodifikasi, yakni (IDI, 2014) :
penyakit jantung koroner, a. Pola makan ( konsumsi garam
gangguan somatoform, berlebih )
penggunaan obat antihipertensi b. Minum-minuman beralkohol
dalam jumlah yang banyak, dan c. Aktivitas fisik kurang
ketidakpatuhan terhadap resep d. Kebiasaan merokok
obat hipertensi yang diberikan. e. Obesitas
f. Dislipidemia
Faktor risiko lain seperti gaya hidup g. Diabetes Melitus
sedikit gerak, peningkatan usia, h. Psikososial dan stres
dan ras kaukasia. (Pak et all, 2014).
PATOGENESIS
Patofisiologi krisis hipertensi
hingga saat ini masih belum
diketahui dengan jelas (Tanto,
2014)
PENEGAKKAN
DIAGNOSIS
TATALAKSANA NON FARMAKOLOGI
TATALAKSANAFARMAKOLOGIS
1.Beberapa pasien mungkin sesuai
dengan terapi oral, agen kerja cepat
seperti kaptopril, labetolol, atau klonidin
disertai dengan observasi dalam
beberapa jam.
2.Penurunan MAP < 25% dalam 24 jam
pertama.
3. Bila kondisi stabil, TD ↓ sampai
160/100-110 mmHg dalam 24-48 jam.
Kemudian TD ↓ sampai mendekati
normal.
4. Pemberian loading dose obat anti
hipertensi hipotensi sehingga
monitoring TD direkomendasikan 15-30
menit sekali.
5. Penurunan TD terlalu cepat dalam
range yang besar iskemik organ
Beberapa Rekomendasi
Penatalaksanaan Hipertensi
Urgensi
Terapi awal kombinasi captopril (ACEI), amlodipin (CCB), dan valsartan (ARB).
Pemberian captopril 25 mg sublingual waktu awitan lebih cepat dan sesuai dengan
rekomendasi penatalaksanaan hipertensi urgensi namun salah satu efek samping
captopril dapat menyebabkan hipotensi sehingga monitoring tekanan darah yang
dilakukan seharusnya lebih ketat direkomendasikan tiap 15-30 menit (Cherney, 2002).
Pemberian valsartan dihentikan diganti dengan irbesartan karena salah satu efek
samping valsartan dapat menimbulkan vertigo sehingga dapat mengaburkan penyebab
dari vertigo yang dikeluhkan pasien (Kemenkes RI, 2012). Namun, golongan ARB seperti
valsartan dan irbesartan ini tidak masuk dalam rekomendasi obat anti hipertensi pada
penatalaksanaan hipertensi urgensi.
Target ↓ TD H+2 yakni < 160/100 mmHg sedangkan teori TD ↓ sampai 160/100 mmHg
dalam 24-48 jam (Alwi, 2014).
JNC 8 merekomendasikan target ↓ TD pada usia < 60 tahun yang tidak memiliki penyakit
diabetes melitus & penyakit ginjal kronik yakni < 140/90 mmHg (Ortiz, 2014).
Perdipin yang berisi nicardipine termasuk golongan calcium channel blocker diberikan
sebagai pilihan obat antihipertensi parenteral pada hipertensi emergensi (JNC 7, 2003).
Betahistine dan dimenhidrinat diberikan untuk mengatasi keluhan vertigo oleh karena
hipertensi urgensi sedangkan flunarizine sebagai vasodilator diberikan sebagai
profilaksis dari gangguan vertigo dan gangguan sirkulasi perifer dan serebral.
(Kemenkes RI, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
Ortiz, J.A. 2014. Evidence-Based Guideline for the Management of High Blood Pressure in Adults
(JNC8). JAMA. 2014 Feb 5;311(5)-507-20.
Pak, K.J. et all. 2014. Acute Hypertension : A Systemic Review and Appraisal of Guidelines. The Ochsner
Journal 14:655-663, 2014.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2015. Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada
Penyakit Kardiovaskular. Jakarta, 16 hal.
Roesma J. 2009. Krisis Hipertensi dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta : Interna
Publishing.
Rosei, E.A. 2006. Treatment of Hypertensive Emergencies and Urgencies. European Society of
Hypertension Scientific Newsletter. 2006 ; 7:28.
Salkic, S., Olivera B.M., Farid L., and Selmira B. 2014. Clinical Presentation of Hypertensive Crises in
Emergency Medical Services. Faculty of Medicine, Universuty of Tuzla. Mater Sociomed, 26(1) : 12-16.
Tanto, C. Dan Ni Made H. 2014. Krisis Hipertensi dalam Kapita Selekta Kedokteran Edisi IV Jilid II. Jakarta
: Media Aesculapius.
Vaidya, C.K. and Jason R.O. 2007. Hypertensive Urgency and Emergency. Hospital Physician, March
2007 pp. 43-50.
TERIMA KASIH