Askep Gangguan Zat Adiktif
Askep Gangguan Zat Adiktif
ENABLING SYSTEM
Family
Peer social network
School
Job TERTIARY PREVENTION
community
DISEASE / SUBSTANCE
DEPENDENCE Gambar 1. Model Biopsikososial pada Adiksi
3. Siklus Adiksi
Siklus adiksi merupakan siklus dasar yang dapat ditemukan pada setiap klien yang adiksi.
Siklus yang sama dapat pula ditemukan pada proses penyembuhan. Sikllus adiksi dikemukakan
oleh Keegan (1997) dibagi dalam 4 tahap: a). Tahap awal, b). Tahap adiksi, c) Tahap pertengahan,
d). Tahap akhir.
a. Tahap awal ( the early stage of addiction )
Tahap awal adiksi ditandai dengan memilih bahan kimia ( NAPZA ) sebagai
cara merubah perasaan yang tidak menyenangkan/aman.
Siklus adiksi pada tahap awal, adalah:
Perasaan tidak aman
Mental terfokus pada perasaan
Keinginan bebas dari perasaan tidak aman
Menggunakan NAPZA untuk bebas dari rasa tidak aman
Sistem saraf terganggu oleh NAPZA
Perasaaan tidak aman bertambah
Pada mulanya klien merasa tidak aman dengan sengaja sakit kepala, goncang,
palpitasi, mental tidak tentram, bingung, merasa asing dengan lingkungan, dan
ansietas. Klien sering mengatakan, “saya merasa ngambang”, “tidak ada yang
melindungai saya”. Perasaan tidak aman ini timbul karena karena ketidakmampuan
mengatasi kegagalan dan ketidak mampuan menunda keinginan. Melalui observasi
ditemukan bahwa klien sangat sensitif.
Klien merasa tidak dapat lepas dari perasaan tidak aman, lalu mencoba cara untuk menghindar
bukan menyelesaikan masalah. Keadaan ini membuat klien semakin sensitif dan mencari-cari
cara yang dapat membebaskanya dari perasaan yang tidak aman/menyenangkan. Pada saat klien
mencoba NAPZA, ia merasakan senang, nyaman, dan bebas dari gejala-gejala yang tidak
menyenangkan. NAPZA kemudian merusak sistem saraf sehingga jika tidak memakai ia
kembali merasakan tidak aman dan nyaman. Pada saat ini siklus pada klien berulang kembali.
c. Tahap pertengahan
Pada tahap ini klien segera menggunakan NAPZA jika perasaanya terganggu. Siklus adiksi pada
tahap pertengahan adalah:
Perasaan tidak aman
Mengguanakan NAPZA untuk bebas dari perasaan tidak aman
Sistem saraf terganggu oleh NAPZA
Tahap ini ditandai dengan adanya fakta bahwa perasaan tidak aman dapat
teratasi dengan penggunaan NAPZA. Akibatnya, kebutuhan NAPZA meningkat secara
progresif baik jumlah maupun frekuensi sehingga kerusakan sistem saraf semakin
meningkat.
d. Tahap akhir
Pada tahap ini klien menggunakan NAPZA untuk mengatasi gangguan sistem
saraf yang disebabkan oleh NAPZA. Siklus adiksi pada tahap akhir ini adalah:
b. Tindakan Psikologis
# Mengembangkan motivasi
Bersama klien mengevaluasi pengalaman yang lalu mengidentifikasi aspek
positifnya untuk dipakai magatasi kegagalan.
Contoh: lebih baik membicarakan perilaku klien sampai dapat bertahan 1 bulan
tidak menggunakan zat adiktif daripada membicarakan mengapa setelah 1 bulan
kembali menggunakan zat adiktif.
Keberhasilan cara ini tergantung dari sikap terapis/perawat: menghargai harkat
klien, empati, jujur, menghargai kemampuan klien, menghindari argumentasi.
# Terapi yang berfokus pada penyelesaian masalah (solution-focussed therapy)
Asumsi dasar dari terapi ini adalah setiap orang mempunyai kemampuan dan sumber daya untuk
menyelesaikan masalahnya sendiri. Mereka memerlukan bantuan untuk menemukan
kemampunnya dan kemudian mendapatkan sendiri cara penyelesainnya.
Ada 2 pertanyaan yang berguna dalam melakukan terapi ini :
* Pertanyaan Mujzat ( Miracle question )
Pertanyaan ini bertujuan untuk mengorientasikan klien pada masa depan jika
masalah saat ini telah di selesaikan. Contoh : “seandainya saat anda tidur, ada
mujizat yang membawa anda ke program terapi dan membuat masalah anda
teratasi, apa yang kemudian anda rencanakan saat bangun ?”.
* Pertanyaan berskala
Pertanyaan ini akan membantu klien menetapkan masalah dalam bentuk prioritas,
tingkat kesuksesan, investasi emosi, dan harga diri. Contoh : skala 1-10 untuk
keyakinan tidak memakai zat adiktif hari ini. Angka 1 pada sekala ini adalah klien
merasa tidak percaya diri dan angka 10 adalah bila klien merasa percaya diri.
Dengan cara didorong potensi klien dalam melaksanakan program dan tujuan
terapi.
# Terapi Kognitif
Dalam terapi ini dilakukan identifikasi dan modifikasi pola pikir yang disfungsi,
mengurangi perasaan negatif dan respons maladaptif, Contoh : berikan positive
reinforcement/reward jika klien prilaku adaptif, misalnya: mengikuti program pengobatan,
urin bersih. Buat kontrak tulis tentang target perilaku yang diharapkan dan
konsekuensinya, misalnya targetnya adalah tidak memakai zat adiktif, caranya katakan pada
diri sendiri aspek negatif zat adiktif dan katakan pada diri sendiri kemampuan yang
dimiliki untuk memutus hubungan dengan zat adiktif:
• Saya akan giat bekerja
• Saya mau berhenti, saya akan pandai di sekolah
Cara ini berguna untuk mengembangkan slogan/filosofi hidup. Hasilnya dievaluasi, jika
berhasil berikan positif reinforcement ( oleh orang lain ) dan positive self- reinforcement
( oleh klien sendiri ) agar percaya diri dan harga diri klien dapat berkembang.
# Latihan asertif, self-reinforcement, relaksasi
Klien diajak untuk mengidentifikasi masalah dan kebutuhan yang dirasakan. Kemudian
desepakati kegiatan terapi yang diperlukan seperti latihan asertif yang berguna untuk menyatakan
keinginan pada orang lain tenpa kekerasan ( komunikasi terbuka ); self- afirmantions berguna
untuk “telling her/his, self” tentang tekad/slogan/filosofi yang akan berguna untuk memutus
hubungan dengan zat adiktif; relaksasi bertujuan untuk mengatasi ansietas dan stress serta
memberikan kesiapan untuk mengatasi masalah.
a. Willfullness
Willfullnes merupakan perilaku internal dan eksternal pada sertiap aspek
kehidupan. Operasionalisasi perilaku yang spesifik dapat dilihat pada spektrum
willfullness yang terdiri dari aspek spiritual, mental, emosional dan fisik.
(Gambar 3).
b. Will-lessness
Will-lessness merupakankebalikan dari willfullnes. Ilustrasi dari spektrum Will-
lessness dapat dilihat pada gambar 4.
c. Willingness
Keseimbangan antara willfulness dan Will-lessness merupakan dasar kualitas dari pusat
perasaan. Anda merasa mempunyai sumber daya internal yang siap membantu anda. Anda
merasa percaya diri dan dapat aktif secara efektif. Manifestasi willingness dapat dilihat
pada spektrum willingness (Gambar 5)
Spektrum pilihan dapat digunakan untuk melakukan pengkajian terhadap kondisi klien, menyusun
rencana tindakan keperawatan yang bertujuan untuk mengoreksi willfullness dan Will-lessness
menuju pengembangan willingness
Spiritual
Membenarkan diri
Tidak toleransi
Berupaya mengontrol
Orang lain
Dogmatis
Mengingkari spiritual
Mental
Kaku Emosi
Obsesi Tidak dapat mengontrol
Kurang Kreatif perasaan
Willfullness
Berfikir hitam putih Merasa hebat
(Keinginan yang bulat)
Curiga Sangat agresif
Perlu tindakan
Fanatik Selalu marah
Denial Mendominasi
Fisik
Kompulsif
Kekuatan obat
Diit dan puasa yang kaku
Selalu aktif
Berani ambil resiko
Fisik
Tidak bertenaga
Immobilisasi
Isolasi dan menarik diri
Menyerah
Defisit perawatan diri
Hipotensi
c. Prevensi Tersier
Prevensi tersier bertujuan untuk memulihkan klien agar dapat hidup secara produktif bersama
keluarga dan masyarakat. kegiatan yang mendominasi adalah perawatan di panti rehabilitasi yang
bertujuan untuk mengembangkan perilaku dan cara penyelesaian masalah yang baru dan sehat.
Hal yang perlu diwaspadai adalah “relapse”, baik faktor penyebab maupun “continuty care”
setelah pulang dari institusi pelayanan.
Oleh karena kegiatan utama pada prevensi tersier adalah:
☺ Menciptakan lingkungan hidup yang mendukung pemulihan
Dalam hal ini peran keluarga dan masyarakat diperlukan. Keluarga membantu klien
melaksanakan berbagai kegiatan dalam rumah tangga, sedang masyarakat membantu klien
meneruskan kegiatan seperti sekolah dan bekerja. Namun ironis sekali kondisi masyarakat karena
mereka yang telah menggunakan narkotik biasanya di PHK dari tempat kerja dan DO dari
sekolah. Untuk itu perlu dipikirkan jalan keluarnya misalnya: sekolah khusus dan
menciptakan lapangan kerja.
☺ Monitoring dan follow up
Perawat kesehatan masyarakat merupakan unsur yang tepat dalam memantau
keberadaan klien setelah kembali ke masyarakat. Khususnya dalam membantu klien, keluarga,
dan masyarakat menciptakan lingkungan yang kondusif agar perilaku baru yang telah dipelajari
dapat diterapkan. Selain itu perawat dapat memantau “relapse” dan cara
mencegahnya, follow up yang agar “continuity care” dapat terealisasi.
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN
PENGGUNAAN ZAT ADIKTIF
A. Pengertian.
1. Zat psiko aktif adalah segolongan zat yg bekerja mempengaruhi otak sehingga dpt
menimbulkan perubahan pada perilaku, perasaan, persepsi, panca indra & kesadaran seseorang.
2. Zat adiktif adalah suatu bahan atau zat yg bila digunakan dlm jangka waktu tertentu bisa
menimbulkan kecanduan atau sering disebut dg ketergantungan.
3. Gangguan penggunaan zat adiktif adalah suatu penyimpangan perilaku yang disebabkan
oleh penggunaan zat adiktif yg bekerja pada susunan syaraf pusat yg mempengaruhi tingkah laku,
memori, alam perasaan & proses pikir seseorang, sehingga mengganggu fungsi sosial &
pendidikannya.
Apa yg terjadi bila seseorang menggunakan zat psiko aktif :
1. Intoksikasi : dimana terjadi perubahan perilaku, perasaan & pikiran serta kesadaran akibat
menggunakan zat psiko aktif.
2. Toleransi : terjadi peningkatan jumlah zat yg digunakan untuk mendapatkan efek yg sama.
3. Gejala putus zat : gejala yg timbul, bisa sdh mengalami ketergantungan atau dosisnya
diturunkan / dihentikan.
Rentang Respon
Gangguan Penggunaan Zat Adiktif
Respon Respon
Adaptif Maladaptif
Eksperi Rekrea Situa Penyalah Keter
Mental sional sional gunaan gantungan
Penggunaan zat secara eksperimental : kondisi penggunaan taraf awal, disebabkan rasa
ingin tahu, ingin mencari pengalaman baru taraf coba-coba.
Penggunaan zat secara rekreasional : digunakan pada waktu berkumpul bersama dg teman
sebaya. Mis ; pertemuan ultah, malam minggu untuk rekreasi.
Penyalahgunaan zat adiktif : sudah bersifat patologis, mulai digunakan secara rutin, sdh
berlangsung lebih kurang satu bulan, terjadi penyimpangan perilaku.
Ketergantungan zat adiktif : penggunaan zat cukup berat, ketergantungan fisik &
psikologis adanya toleransi & sindrom putus zat.
B. Pengkajian.
5. Data khusus.
a. Jumlah & kemurnian zat yg digunakan
b. Sering menggunakan
c. Metode penggunaan
d. Dosis terakhir digunakan
e. Cara memperoleh zat adiktif
f. Jika over dosis, berapa beratnya
g. Stressor dlm hidupnya
h. Sistem dukungan
i. Tingkat harga diri klien
j. Tingkah laku manipulatif
C. Masalah keperawatan.
RESIKO MENCEDERAI
DIRI SENDIRI
Internal : Eksternal :
Harga diri rendah Kerusakan interaksi sosial
Kurang aktifitas Koping keluarga tidak efektif
Distress spirtual Penatalaksanaan Regimen
Perubahan pemeliharaan kesehatan terapeutik tidak efektif :
keluarga
Diagnosa Keperawatan :
1. Risiko perilaku kekerasan b/d intoksikasi psikotropik
2. Risiko mencederai diri b/d putus zat
3. Cemas b/d intoksikasi ganja
4. Ggn rasa nyaman : nyeri b/d putus zat opioida
5. Risiko infeksi b/d pola penggunaan opioida
6. Gangguan persepsi sensoris : halusinasi, ilusi b/d putus zat alkohol, psikotropik
7. Ggn pola tidur b/d putus zat alkohol, psikotropik, opioida
2. Tujuan Khusus
a). Klien mengenal kecemasannya & sadar akan perasaannya
b). Sumber koping klien adekuat untuk membantu klien berubah
c). Klien menggunakan sumber koping adaptif
1. Rencana tindakan / pendidikan keswa
Untuk pencegahan penggunaan zat adiktif
Isi Kegiatan Intruksional Evaluasi
Memperoleh persepsi Mengadakan group diskusi ttg Klien belajar menguraikan
yg sama menggunakan penggunaan zat adiktif, secara benar informasi ttg
zat adiktif pengalaman & koreksi penggunaan zat adiktif
Menyediakan interaksi dg interpretasi yg salah Klien belajar menguraikan &
teman sebaya yg Memutar film ttg dampak pd mengidentifikasi dampak fisik &
menggunakan zat fisik & psikologis penggunaan psikologis penggunaan zat
Mendapatkan zat adiktif adiktif
persetujuan mengenai pemikiran Menyediakan bahan bacaan ttg Belajar membandingkan secara
yg mengganggu untuk hal tsb nyata keuntungan & kerugian
menggunakan zat Mengadakan kelompok kecil menggunakan zat adiktif
diskusi dg teman sebaya yg Belajar persetujuan scr verbal
sama menyalahgunakan zat yg untuk menolak jika ada
telah lepas, krn pengalaman pemikiran yg mengganggu
yg tdk menyenangkan untuk menggunakan zat adiktif
Membahas rencana selanjutnya
menolak menggunakan zat bila
ditawarkan teman
2. Mengganti koping respon yg sehat, pengganti tingkah laku penyalahgunaan zat
Prinsip Rasional Tindakan keperawatan
Perawat & klien bekerja sama Memotivasi u/ merubah Bahas dengan klien tingkah
dlm mendefinisikan mas & adalah mengenalkan mas laku
merencanakan untuk tindakan yang membingungkan penyalahgunaan zat dan
keperawatan klien. resikonya.
Klien harus bertanggung Bantu klien u/ mengidentifikasi
jawab dg tingkah laku. masalah penyalahgunaan zat.
Dorong klien agar mau
mengikuti u/ berpartisipasi dlm
program terapi.
Dorong klien agar mau
mengutarakan hal-hal yg
menyebabkan
penyalahgunaan zat.
Adakan kontrak persetujuan dg
klien.
Bantu klien mengenal &
menggunakan koping yg sehat.
Konsisten memberikan
dukungan.
3. Secara berkesinambungan menjaga keamanan & kenyamanan fisik secara
optimal
Dukungan dari individu sbg Pemakai zat tergantung & Identifikasi & mengkaji
pengganti ketergantungan mereka diisolasi o/ masy, sistem dukungan sosial.
zat. penggunaan zat u/ Sediakan dukungan dari
Konfrontasi & dukungan meningkatkan kepercayaan diri orang-orang yg berarti.
teman sebaya lebih diterima dlm pergaulan. Berikan pendidikan kpd
dari pada tenaga profesi. Perilaku penyalahgunaan zat klien & orang yg berarti
diasingkan o/ klg ttg mas penyalahgunaan
terisolasi. zat adiktif & sumber yg
Sulit u/ manipulasi orang yg tersedia u/ mengatasi.
sebelumnya menyalahgunakan Kirim klien pada sumber-
zat. sumber yg tepat &
Sistem dukungan sosial hrs memberikan dukungan
selalu tersedia sesuai dg waktu sampai klien ikut dlm
& kesediaan klien. program.
5. Meningkatkan pengembangan alternatif metoda pemecahan masalah pada
stress/konflik.
Prinsip Rasional Tindakan keperawatan
Alternatif pemecahan Klien akan mengurangi/tdk bagi Anjurkan klien u/ menggali cara
masalah yg mampu menggunakan zat u/ mengatasi alternatif pemecahan masalah pd
dilakukan klien & cara yg stress dlm hidupnya. stress & situasi yg menyulitkan.
sehat u/ mengatasi Menyediakan pengetahuan & Tolong klien u/ mengidentifikasi
stress/konflik yg dialami. praktek proses penyelesaian mas mas, rencana pemecahan,
Kegiatan yg disiapkan u/ yg tdk mengacau lingk. pelaksanaan & evaluasi proses.
bekal melanjutkan Mendengarkan klien dg baik & Bantu klien mengenal &
kehidupan merupakan memberikan umpan balik u/ terus mengekpresikan dg cara yg dpt
dukungan bagi klien agar mengekspresikan perasaan. diterima.
tdk menyalahgunakan zat. Klien akan membutuhkan Ikut sertakan klien dlm kelompok
berbagai macam pengalaman teman sebaya.
tergantung kebutuhan secara Ikut sertakan klien dlm
individual. rehabilitasi, vokasional, Yan Sos
& sumber lain sesuai kebutuhan
individual.
E. Evaluasi.
1. Apakah klien mencapai kebutuhan fisik & harga diri secara alamiah? .
2. Apakah tingkah laku klien merefleksikan pengertian ttg adanya hubungan
antara stress dg kebutuhan u/ menggunakan zat ?
7. Apakah klien mampu secara periodik tetap tsdk menggunakan zat adiktif ?