Anda di halaman 1dari 57

TEKNOLOGI SEDIAAN

SOLIDA DAN LIQUID


PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN
II. TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID
III. TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID
I. PENDAHULUAN

TEKNOLOGI SEDIAAN ERAT KAITANNYA DENGAN KATA BERIKUT :


1. PRE FORMULASI
2. FORMULASI
3. FORMULA
PRE FORMULASI

PRE FORMULASI ADALAH STUDI YANG MENUNJANG


PROSES OPTIMASI SEDIAAN DENGAN MELIHAT
SIFAT FISIK KIMIA API DAN EKSIPIEN SEHINGGA
FORMULASI TERSUSUN DENGAN BAIK

DARI STUDI INI LAH DITENTUKAN :


1. API DIBUAT MENJADI SEDIAAN APA
2. RUTE PEMBERIAN (TARGET PASIEN)
3. FORMULA AWAL
FORMULASI

MERUBAH API + EKSIPIEN MENJADI SEDIAAN

MELIPUTI : FORMULA DAN CARA (METODE)


PEMBUATAN
FORMULA
KOMPOSISI ATAU KOMPONEN BAHAN
PENYUSUN DARI SUATU SEDIAAN

CONTOH :
II. TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID
• YANG TERMASUK KEDALAM SEDIAAN SOLID
- TABLET
- KAPSUL
- SUPPOSITORIA
TABLET
• PENGERTIAN
• JENIS TABLET
• EKSPIEN TABLET
• CARA/METODE PENENTUAN SERTA PEMBUATAN TABLET
• EVALUASI GRANUL
• EVALUASI TABLET
• PERMASALAHAN TABLET DAN SOLUSI
I. PENGERTIAN

• Tablet merupakan sediaan padat yang dibuat dengan cara dikempa,


umumnya berbentuk pipih, meskipun seiring perkembangan teknologi
kini bentuknya cukup beragam. Tablet merupakan bentuk sediaan
yang lebih disukai dibandingkan lainnya, karena lebih stabil, praktis
dibawa dan mudah digunakan.
II. JENIS TABLET
No Golongan Jenis

1 Tablet oral yang dihantarkan ke dalam saluran cerna - Tablet kempa , Tablet berlapis, Tablet salut kempa, Tablet kerja cepat,
Tablet lepas lambat Tablet salut enteric, Tablet salut gula, Tablet salut
coklat, Tablet salut film, Tablet kunyah

2. Tablet yang dihantarkan ke rongga mulut - Tablet bukal, Tablet sublingual, Tablet hisap

3. Tablet yang dilarutkan terlebih dulu dalam air lalu - Tablet efervescent
diminum
4. Tablet untuk komponen sediaan racikan obat resep - Tablet dispensing, Tablet triturat

5. Tablet untuk diinjeksikan setelah dilarutkan dalam - Tablet hipodermik


pembawa
6. Tablet untuk dihantarkan ke rongga tubuh lainnya - Tablet vagina, Tablet rektal

7. Tablet yang ditanam - Tablet Implantasi


8. Tablet untuk menegakkan diagnosis - Tablet diagnosis
III. EKSIPIEN / KOMPONEN TABLET
• Tablet tidak hanya mengandung zat aktif tetapi juga mengandung zat
tambahan atau eksipien yang tiap-tiap ekspien tersebut memiliki
fungsi yang dapat mengoptimalkan sediaan tablet tersebut.

• Tablet umumnya terdiri dari zat aktif, pengikat, pengisi, penghancur,


glidan, lubrikan, dan antiadherent.
Komponen tablet
Jenis Eksipien Fungsi Contoh

Pengisi (diluen) Menambah massa tablet Laktosa, turunan selulosa (Na-CMC), HPMC, Avicel,
Avicel PH- MCC,

Pengikat (Binder Agent) Mengompakkan atau mengokohkan tablet yang Amilum, Avicel, Na-CMC, HPMC, Tragakan, HPC, Gom
dikempa Alam, Povidon, Kopovidon, Gelatin, Na Alginat,
Alumunium Silikat, Pektin.

Penghancur Menghancurkan tablet ketika dimasukkan ke Super : (Primojel, Na-Crosscarmilose)


saluran cerna Biasa : (Amilum pro tablet), Ac-Disol, Asam alginate,
Crospovidon

Pelincir (Glidan) Meningkatkan daya alir agar bobot tablet yang Amilum
dihasilkan seragam
Antiadheran Mencegah pelekatan akibat gaya adhesi serbuk Talk, Magnesium Stearat
dengan alat seperti pada hooper
Pelicin (Lubricant) Mencegah pelekatan tablet yang telah dikempa Silikon Dioksida
dengan alat seperti pada punch
Pembasah Membuat tablet mudah terbasahi sehingga lebih Natrium Lauril Sulfat
mudah hancur dan zat aktif mudah melarut
IV. METODE PEMBUATAN TABLET

• metode yang umum digunakan dalam pembuatan sediaan tablet ada 3 yaitu kempa langusng,
granulasi basah dan granulasi kering. Dasar pemilihannya adalah sebagai berikut.

Serbuk memiliki
kompresibilitas dan daya alir
baik?

ya Tidak

Kempa Langung Apakah serbuk tahan


terhadap panas dan lembab

ya Tidak

Granulasi Basah Granulasi Kering


a. Kempa Langsung
• Metode pembuatan tablet dengan metode kempa langsung adalah
dengan mencampur seluruh komponen tablet, baik zat aktif dan
eksipine secara bersamaan, kemudian dicampur hingga homogen
yang dibuktikan dengan mengukur kadar zat aktif campuran.
Kemudian campuran ini langsung dikempa dengan alat cetak tablet.
b. Granulasi basah

• Pada metode granulsi basah, komponen tablet menjadi 2 bagian, yaitu fasa dalam dan fasa luar.

-Fasa dalam terdiri dari Zat aktif, Pengisi, Penghancur dan pengikat.

-Fasa luar terdiri dari glidan, antiadheren dan lubricant.

• Dalam pembuatan dengan granulsi basah, pengikat yang digunakan harus diaktifkan tersebih dahulu dengan

menggunakan cairan seperti amilum dengan penambahan air panas atau povidone dengan menggunakan

etanol. Kemudian pengikat tadi ditambahkan perlahan lahan ke fasa dalam sampai terbentuk Banana Breaking.

• Setelah itu, campuran di ayak dan dikeringkan sampai kadar air berada pada rentang 1-3%, kadar air yang terlalu

rendah akan membuat tablet menjadi rapuh, sementara kadar air yang terlalu tinggi akan membuat tablet

menjadi lengket di punch atau die.


Lanjutan…….
• setelah campuran tadi kering, selanjutnya dilakukan pengayakan

kembali sesuai dengan ukuran granul yang dikehendaki dan dilakukan

evaluasi seperti evaluasi kadar zat atif, kompresibilitas, dan sifat alir.

• Setelah semua parameter mencapai syarat, maka fasa luar dapat

ditambahkan di mixing hingga homogen, kemudian dapat dimasukkan

kedaam alat pengempa tablet.


c. Granulasi Kering
• Pada metode ini zat aktif dan semua bahan dicampur menjadi satu, seperti pada
kempa langsung namun pada metode ini pengempaan pertama untuk membuat
lempengan atau tablet yang lebih besar dari ukuran sebenarnya kemudian
lembaran tadi dihancurkan kembali dan diayak

• Proses ini disebut sebagai slugging.

• Setelah dihancurkan menjadi granul, granul tersebut dilakukan parameter


pengujian seperti kadar zat aktif, daya alir, kompresibilitas, dll. Setelah mencapai
persyaratan barulah granul tersebut dikempa.
Alat Cetak Tablet

1. Hopper = Adalah tempat serbuk dimasukkan kedalam


alat
2. Punch atas dan punch bawah = adalah alat yang akan
melakukan kompresi dengan gerakan naik dan turun
Hopper 3. Die = adalah tempat serbuk mengalir dari hopper, di
die ini lah punch akan menekan serbuk sehingga
berbentuk pipih selayaknya tablet yang ada
dipasaran
Punch Atas
Die
Punch Bawah
V. Evaluasi Granul

a. Persentase Kemurnian

• Persentase kemurnian dihitung dengan menggunakan alat seperti HPLC, Hasil persentase
kemurnian sampel kemudian menyatakan bahwa bahan tersebut layak dikempa atau tidak. Untuk
persyaratannya adalah mengikuti farmakope Indonesia.

• Contoh dalam farmakope edisi V dikatakan bahwa Diltiazem Hidroklorida mengandung tidak
kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0% C22H26N2O4S.HCl dihitung terhadap zat yang
telah dikeringkan. Jadi kalua zat aktifnya keluar dari rentang tersebut berarti tidak dapat
digunakan.
b. Sifat Alir (Laju Alir dan Sudut Istirahat)

Laju Alir Keterangan


>10 gr/detik Sangat Baik
4-10 gr/detik Baik
1,6-4 gr/detik Buruk
<1,6 gr/detik Sangat Buruk

Rumus hitung sudut istirahat • Sementara untuk Sudut Istirahat yang baik
adalah tidak lebih dari 30 derajat
Tan α = h / r

*Sifat alir akan berhubungan dengan seberapa baik serbuk/ granul


dapat mengalir dari hopper ke die (Cetakan)
Kompresibilitas

• 
• Cara menghitung kompresibilitas adalah dengan terlebih dahulu menghitung
kerapatan curah dan kerapatan mampat. Alat yang digunakan adalah tap density
tester.
• Rumusnya adalah
• Kerapatan curah

• Kerapatan Mampat
Lanjutan Kompresibilitas
• Setelah menghitung kerapatan selanjutnya kita dapat menghitung kompresibilitas, ada 2 cara
yaitu dengan menggunakan index carl dan hausner ratio.
Hausner Carl Interpretasi

1-1,1 <10 Luar Biasa

1,12-1,18 11-15 Baik

1,19-1,25 16-20 Cukup

1,26-1,34 21-25 Bisa digunakan

1,46-1,59 32-37 Buruk

>1,6 >38 Sangat Buruk

*Kompresibilitas akan berhubungan dengan kekompakan tablet ketika diberikan


tekanan saat dikempa, jika kompresbilitasnya rendah berarti granul bisa dikatakan
tidak bisa dicetak
Menghitung Jumlah Tablet yang dapat dibuat dari total
serbuk/granul

• 
• Rumus = Total serbuk / bobot tablet
• pada metode granulasi basah terdapat kadar air yang besarnya adalah
1-3% (syarat). Jadi rumusnya adalah
• Jumlah tablet yang dicetak =
VI. Evaluasi Sediaan Tablet
1. Keseragaman sediaan ( Keseragaman Kandungan dan Keragaman
Bobot) (FI V)
2. Uji Keseragaman Bobot (FI III)
3. Uji Keseragaman ukuran
4. Uji Kekerasan
5. Uji waktu hancur
6. Uji Friabilitas
7. Uji disolusi
a. Uji Keseragaman kandungan dan Keseragaman Bobot

• Secara umum perbedaan dari keseragaman kandungan dan keseragaman bobot yaitu pada kadar
zat aktifnya, untuk tablet dengan zat aktif kecil (<50mg) uji yang dilakukan adalah keseragaman
kandungan, sementara untuk tablet dengan zat aktif ukuran besar (>50mg) uji yang dilakukan
adalah keseragaman bobot.

KESERAGAMAN KANDUNGAN
• Uji keseragaman kandungan dilakukan dengan mengukur kadar zat aktif pada masing masing
tablet sebanyak 10 buah dipilih secara acak, hasil kandungannya nanti mengikuti persyaratan
yang ditetapkan oleh farmakope, missal tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110%.
KESERAGAMAN BOBOT

• Lalu uji keseragaman bobot dilakukan dengan 20 sampel tablet, lalu ditimbang 1 perstu, dan
dibuat rata-rata bobot tablet. Syarat dari uji ini dapat dilihat di batel disamping, adalah Syarat,
tidak boleh ada 2 tablet yang penyimpangannya lebih dari kolom A, dan tidak boleh ada lebih
dari 1 tablet yang penyimpangannya lebih dari kolom B

Kadar zat aktif A B

*Uji Keseragaman Kandungan dan Keseragaman ≤25 mg 15% 30%

Bobot perlu diperhatikan karna berkaitan dengan


dosis dan khasiat sediaan 26-150 mg 10% 20%

151-300 mg 7.5 % 15%

>300 mg 5% 10%
Uji keseragaman Ukuran

• Uji ini dilakukan dengan menggunakan alat jangka sorong, kemudian diambil
sebanyak 10 tablet, dan dilakukan pengukuran terhadap diameter dan tebal
tablet.

• Syaratnya adalah Diameter Tablet yang tidak lebih dari 3x diameter tablet, dan
tidak kurang dari 4/3 diameter tablet

*Keseragaman Ukuran perlu diperhatikan karna kaitannya dengan estetika


Uji kekerasan

• Uji kekerasan tablet dilakukan dengan menggunakan alat Hardness Tester.

• Cara pengujiannya adalah dengan mengambil sampel sebanyak 5-10 tablet

• Persyaratannya adalah Untuk tablet oral memiliki kekerasan 4-8 kg, tablet
hisap 10-20kg, tablet kunyah ±3 kg.

*Uji kekerasan akan berkaitaan dengan kerapuhan tablet


Uji Friabilitas

• Uji friabilitas adalah uji yang dilakukan untuk menguji kerapuhan tablet. Alat yang digunakan
adalah friability tester

• Sample 20 tablet ditimbang kesemuanya (W1), kemudian alat dijalankan dengan kecepatan 25x
putaran/menit selama 4 menit (100 Putaran). Kemudian tablet ditimbang kembali (W2)

• Parameternya adalah Tablet dinyatakan rapuh apabila kerapuhan >1%, dan apabila <0.8%
dinyatakan baik

*Kerapuhan tablet akan berdampak saat tablet menghadapi guncangan yang mungkin terjadi
selama proses pendistribusian.
Uji Waktu Hancur.

• Waktu hancur adalah pengujian untuk menentukan waktu yang dibutuhkan tablet untuk hancur
Pengujiannya dilakukan dengan alat desintegrating tester

• Cara kerjanya adalah dengan memasukkan 6 tablet ke dalam alat, dimana tiap 1 tabung diisi
dengan 1 tablet. Lalu naik turunkan keranjang secara teratur 30 kali tiap menit. (Media Air)

• Persyaratannya adalah untuk tablet tak bersalut adalah <15 menit, untuk tablet salut gula non
enteric <30 menit, dan untuk tablet salut enteric tidak boleh <60menit dalam medium asam.

*Waktu hancur tablet akan berkaitan dengan disolusi dan onset obat
Uji Disolusi

• Uji disolusi adalah menentukan waktu yang dibutuhkan zat aktif terlarut sempurna dalam medium disolusi yang disesuaikan dengan
pH saluran cerna, alat yang digunakan adalah dissolution tester, untuk tablet umumnya digunakan alat uji tipe 2 atau dayung.
• Berikut adalah kriteria ujinya.

Tahap Jumlah yang diuji Kriteria Penerimaan


S1 6 Tiap unit sediaan tidak kurang dari Q+5%

Rata-rata dari 12 unit (S1+S2) adalah sama dengan atau lebih besar dari nilai Q
S2 6
dan tidak satu unit sediaan yang lebih kecil dari Q-15%

Rata-rata dari 24 unit (S1+S2+S3) adalah sama dengan atau lebih besar dari
S3 12 nilai Q, tidak lebih dari dua unit sediaan yang lebih kecil dari Q-15% dan tidak
satu unit pun yang lebih kecil dari Q-25%
Uji Stabilitas : Zona Iklim IVB

• Uji stabilitas tablet dimaksudkan untuk mengukur kekuatan tablet terhadap cuaca dan

iklim selama penyimpanan alat uji yang dilakukan adalah climatic chamber.
• Uji stabilitas ada 2 : yaitu uji stabilitas dipercepat dan uji stabilitas jangka Panjang.

• Uji stabilitas dipercepat

Pengujian dilakukan selama 6 bulan dengan kondisi ekstrim ( suhu 400C ± 2 dan

kelembaban Rh 75% ± 5 ). Interval pengujian dilakukan pada bulan ke 0, 3 dan 6.


Uji Stabilitas : Zona Iklim IVB

• Uji stabilitas jangka Panjang (real time study)

Uji stabilitas jangka Panjang dilakukan sampai pada masa batas kadaluarsa yang tertera

pada kemasan, pengujian dilakukan setiap 3 bulan sekali di tahun pertama, kemudian 6

bulan sekali pada tahun ke 2, dan 1 tahun sekali pada tahun selanjutnya.

Untuk pengujian stabilitas jangka Panjang, sampel disimpan pada kondisi suhu 300C ± 2

dan Rh 60% ± 5 untuk produk dengan claim penyimpanan disuhu kamar, dan suhu 250C ±

2 dan Rh 605% ± 5 untuk produk dengan claim penyimpanan di suhu sejuk.


Permasalahan Dalam Tablet
Contoh Soal Hitung
Sebuah indutri farmasi melakukan pembuatan tablet x 500 mg dengan
metode granulasi basah, jumlah granul yang didapat adalah 20 kg
dengan kadar lembab 2% jika bobot tiap tabletnya 650 mg berapakah
jumlah tablet yang dapat dicetak ?

Jawab :
Kurangi jumlah granul dengan kadar lembab :
20 kg = 20.000 g x 2,5% = 500 g
Bobot granul = 20.000 g – 500 g = 19.500 g

Jumlah tablet = 19.500 g / 0.65 g x 1 tablet = 30.000 tablet


•  Seorang apoteker sedang melakukan uji kompresibilitas granul. Sebanyak
100 g granul dimasukan ke gelas ukur didapat volumenya 70cc setelah di
ketuk dengan tap density tester didapat volumenya 60cc, berapakah
persen kompresibiltasnya ?

Jawab :

%Kompresibilitas

%Kompresibiltas = 14,3 %
III. SEDIAAN LIQUID
Sediaan Liquid yang akan dibahas adalah :

1. Larutan (Elixir)
2. Suspensi
3. Emulsi
TINGKAT KELARUTAN SUATU ZAT
Perbedaan Larutan, Suspensi dan Emulsi
ASPEK LARUTAN SUSPENSI EMULSI
Ukuran partikel < 10-7 cm < 10-7 cm s.d < 10-5 cm > 10-5 cm
Kelarutan Partikel Larut Tidak Larut Tidak Larut
Sistem Fasa Cair Padat/Cair Cair Cair Cair Cair Padat
Jumlah fasa 1 2 2
Distribusi Homogen Tidak Homogen Tidak Homogen
Kestabilan Stabil Tidak Stabil Tidak Stabil

Contoh Larutan gula Emulsi Minyak Ikan Campuran Air dan


Pasir
I. LARUTAN
• Larutan merupakan campuran homigen yang sejatinya terdiri dari fase
pendispersi dan fasa terdispersi, fasa terdispersi tersebar homogen
dalam ukuran molekular sehingga fase tersebut tidak tampak, maka
biasanya larutan dikatakan hanya memiliki 1 fasa. (Co : Larutan Gula)

• Sediaan Cair paling ideal dibandingkan suspensi dan emulsi. Karna


permasalahan homogenitas tidak ditemui.
Lanjutan…..
• Cara meningkatkan kelarutan :
a. Konsolvensi (Sediaan Elixir) : Paracetamol + PropilenGlikol
b. Pembentukan Garam : Zat asam lemah + NaOH = Garam Natrium
: Zat basa lemah + HCl = Garam Klorida

KONSOLVENSI (Pembantu Pelarut).


Menurunkan konstanta dielektrik (kepolaran) pelarut .
II Emulsi
• Sistem 2 Fase yang salah satunya terdispersi dalam cairan lain
dan bentuk tetesan kecil (Globul)

• Stabilitas emulsi dapat dipertahankan dengan penambahan


emulgator

• Tipe Emulsi
A/M atau W/O : Fase Pendispersi (Luar) M, Fase Terdispersi (Dalam) A
M/A atau O/W : Fase Pendispersi (Luar) A, Fase Terdispersi (Dalam) M
Hidrofilik Lipofilik Balance (HLB)
• HLB adalah angka yang menunjukan
seberapa hidrofilik dan lipofilik suatu
emulgator.

• Semakin besar nilai HLB berarti


emulgator tersebut hidrofilik , artinya
emulgator tersebut lebih mudah larut
dalam air.

• Nilai HLB menunjukan tipe emulsi yang


diperoleh
Ketidakstabilan emulsi
• Reversible (dengan pengocokan ringan)
Creaming
Emulsi memisah menjadi 2 bagian dengan salah satu bagian
mengandung lebih banyak dispers, ditandai dengan
mengapungnya bagian minyak.

Flokulasi
Berkumpulnya beberapa tetesan minyak tetapi tidak samapi
membentuk tetesan minyak baru seperti koalensensi.
Lanjutan…
• Bersifat Ireversible
Koalesens
Tetesan minyak atau air bersatu membentuk suatu tetesan baru yang lebih besar
tetapi memiliki luas permukaan yang lebih kecil jika dibandingkan dengan tetesan
baru tersebut pecah menjadi tetesan kecil semula. Jika dibiarkan akan
membentuk lapisan sendiri yang terpisah dari emulsi

Breaking
Emulsi pecah menjadi 2 bagian, disebabkan oleh salah dalam pemilihan
emulgator atau karna suhu penyimpanan

Iversi Fase
Berubahnya fase emulsi dari O/W menjadi W/O atau sebaliknya, mungkin
disebabkan karna terlalu banyak fase dispers (Mencapai 74%)
Formulasi Emulsi
III. SUSPENSI
• Terdiri dari 2 fasa , fase terdispers dan fase pendispers, dimana
terdispers dalam bentuk padat dan fase pendispers bentuk cair.

Ada 2 tipe : Flokulasi dan Deflokulasi

Perbedaan Flokulasi Deflokulasi


Laju Cepat Lambat
sedimentasi
Terdispersi Mudah Sulit (Caking)
Kembali
Pembasahan Serbuk
• Untuk dapat terdispersi dalam medium cair maka serbuk harus
terbasahi (weeting) pada pembasahan terjadi penukaran antara udara
dengan cairan, pada pembasahan serbuk sering dijumpai istilah sudut
kontak (θ), yaitu sudut yang dibentuk permukaan zat padat dengan
cairan.

• Θ = 0 , serbuk terbasahi sempurna


• Θ < 90 , terjadi pembasahan serbuk
• 90 < θ < 180, serbuk sukar terbasahi

• Jika Sudut kontak buruk tambahkan weeting agent (Surfaktan)


Sifat aliran Suspensi
Aliran Newton : Aliran newton adalah aliran jenis
aliran yang ideal, gaya yang diperlukan persatuan
luas (Shear stress) berbanding lurus dengan
kecepatan aliran yang dihasilkan (Shear rate)

Aliran Plastis : Tidak Melewati Kurva (0,0) tetapi


memotong shear strees pada yeild value

Aliran Pseudo Plastis : Kurva tidak linier dan tidak ada


yeild value, Viskositas menurun dengan meningkatnya
shear rate

Aliran Dilatan : Viskositas Meningkat dengan


meningkatnya shear rate
Sifat Ideal Suspensi
• Sifat alir yang baik untuk suspensi adalah tiksotropi

• Dimana saat didiamkan akan membentuk gel sehingga viskositas


meningkat dan laju sedimentasi melambat.

• Saat dikocok sifatnya akan menjadi cair, sehingga sedimen mudah


didispersikan kembali.
Formulasi Suspensi
Contoh soal hitungan HLB
• Seorang Apoteker akan membuat sediaan emulsi sebanyak 100 ml
membutuhkan nilai HLB 12 dan menggunakan emulgator sebanyak 5
g, jika emulgator yang digunakan adalah tween 80 (HLB 15) dan Span
40 (HLB 4,7), berpakah jumlah Span yang ditimbang ?

Jawab : Span yang dibutuhkan: 3/10,3 x 5g


T 80 HLB 15 7,3 : 1,45 g
12 Twen yang dibutuhkan : 7,3/10,3 x 5g
S 40 HLB 4,7 3 + : 3,54
10,3

Anda mungkin juga menyukai