Anda di halaman 1dari 71

Sediaan Solida

Definisi sedian solid

DEFINISI Sediaan solida merupakan sediaan yang memiliki bentuk dan


tekstur yang padat serta kompak (Kemenkes RI, 2018)

& TUJUAN

Tujuan

• Penggunaan yang mudah, aman, stabil,


serta praktis
• Pemberian secara oral dan non oral
Keunggulan dan Kelemahan Sediaan Solida
Dibandingkan Sediaan Semi Solid
Keunggulan : dalam pemakaian topical, bentuk sediaan solid

01 memiliki keunggulan bahwa pemberiannya cukup ditaburkan pada


kulit dengan area permukaan yang luar, Contoh : Bedak Tabur

Kelemahan : Bahwa serbuk lebih cepat hilang dari permukaan


02 kulit/waktu tinggal pada permukaan kulit tidak lama

Dibandingkan Sediaan Liquid


Keunggulan Bentuk sedian solid dibandingkan dengan bentuk sediaan

03
LIQUID yaitu dengan keringnya bentuk sediaan tersebut, maka
bentuk sediaan tersebut lebih menjamin stabilitas kimia zat aktif di
dalamnya

Kelemahan dari bentuk sediaan ini adalah : pada penggunaan oral,

04
pemberian bentuk sediaan solid pada beberapa pasien terasa cukup
menyulitkan, perlu disertai dengan cairan untuk dapat ditelan
dengan baik. Serta proses absorbsj yang lebih
JENIS-JENIS SEDIAAN SOLID

Sediaan Steril Sediaan Non Steril

1. Implan 1. Tablet
2. Injeksi Rekonstitusi 2. Kapsul
3. Suppositoria & Ovula
4. Serbuk
5. Pil
1. Tablet 4. Pil

5.
2. Kapsul Suppositori
a

3. Serbuk 6. Ovula
1. TABLET
Tablet adalah sediaan bahan padat menandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
(FI VI hal 62, 2020)

Tablet Cetak
Dibuat dengan memberikan tekanan tinggi
pada serbuk/granul menggunakna cetakan
baja.

Tablet Kempa
Dibuat dengan menekan massa serbuk
lembab menggunakan tekanan rendah
kedalam lubang cetakan.
BANYAK FAKTOR YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN
DALAM MEMILIH EKSIPIEN

• sifat fisika kimia zat aktif dan eksipien,


• proses/metode pembuatan,
• cara/rute pemakaian,
• dosis dan profil pelepasan yang dinginkan
Semua pertimbangan tersebut harus dikaji secara
komprehensif, sehingga akan dapat dihasilkan suatu
formula yang baik (gloria & Murni, 2018)
GOLONGAN DAN JENIS TABLET
No Golongan Jenis
1 Tablet oral dihantarkan ke dalam saluran cerna Tablet kempa, tablet berlapis, tablet salut kempa, tablet kerja
cepat, tablet lepas lambat, tablet salut entrik, tablet salt gula,
tablet salut coklat, tablet salut film, tablet kunyah
2 Tablet yang dihantarkan ke rongga mulut Tablet bukal, tablet sublingual, tablet hisap

3 Tablet yang dilarutkan terlebih dahulu dalam air lalu diminum Tablet effervescent

4 Tablet untuk komponen sediaan racikan obat resep Tablet dispensing, tablet triturate

5 Tablet untuk diinjeksikan setelah dilarutkan dalam pembawa Tablet hipodermik

6 Tablet untuk dihantarkan ke rongga tubuh lainnya Tablet vagina, tablet rektal

7 Tablet yang ditanam Tablet implantasi

8 Tablet untuk menegakkan diagnosis Tablet diagnosis

( Nurdiana, 2021 )
> Zat Aktif
> Zat Tambahan

Jenis eksipien Fungsi Contoh


Pengisi (diluent) Menambah massa tablet Laktosa, turunan selulosa (Na-CMC), HPMC

Pengikat (binder agent) Memberikan daya adhesi pada massa serbuk sewaktu Amilum, Avicel, Na-CM, gelatin, Gom Alam
granulasi dan pada tablet kempa serta menambah daya
kohesiyang telah ada pada bahan pengisi

Penghancur Membantu hancurnya tablet setelah masuk kedalam saluran Primojel, Na-Crosscarmilose, Amilum Pro Tablet,
cerna Ac-Disol
Pelicin (glidan) Meningkatkan kemampuan mengalir serbuk agar bobot Amilum
tablet yang dihasilkan seragam
Antiadheran Mencegah pelekatan akibat gaya adhesi serbuk dengan alat Talk, Magnesium Stearat
seperti pada hooper
Pelincir (lubricant) Menurangi gesekan pada selama proses pengempaan tablet Silikon Dioksida, Talk
dan mencegah pelekatan tablet pada cetakan
Pembasah Membuat tablet mudah terbasahi sehingga lebih mudah Natrium Lauril Sulfat
hancur dan zat aktif mudah melarut

( Nurdiana, 2021 )
PREFORMULASI

Peformulasi adalah tahap pertama dalam pembentukan suatu sediaan obat atau aktivitas formulasi
dengan pertimbangan yang hati-hati dari data preformulasi. Preformulasi penting bagi formulator untuk
mendapatkan profil fisika-kimia yang lengkap dari bahan-bahan aktif yang tersedia sebelum memulai
suatu aktivitas perkembangan formulasi seluruh informasi ini diketahui sebagai preformulasi

(MURTINI, 2018)
TUJUAN
PREFORMULASI

Tujuan Preformulasi untuk menghasilkan informasi yang berguna bagi formulator


dalam mengembangkan bentuk sediaan yang stabil dan ketersediaan hayati yang dapat
di produksi dalam skala besar (gloria & Murni, 2018).
PROSEDUR PEMBUATAN TABLET

Metoda
Granulasi Basah

Metoda
Granulasi
Kering

Metoda Cetak
(kempa)
Langsung
METODA GRANULASI BASAH
SECARA PROSEDUR PEMBUATAN TABLET MENGGUNAKAN METODA GRANULA BASAH DAPAT
DIJELASKAN MELALUI ALUR ATAU TAHAP-TAHAPAN BERIKUT INI, YAITU:

Bahan aktif dan eksipien masing-masing dihaluskan terlebih dahulu dalam mesin penggiling.
Sementara itu, untuk skala laboratorium dapat dilakukan dengan pengayakan

Campurkan bahan aktif, pengisi, pengikat kering, dan penghancur dalam

Tambahkan pelarut (air dan alkohol) untuk mengaktifkan pengikat kering. Jika pengikat sudah dibuat
sebagai cairan yang kental, maka langsung tambahkan dalam campuran.

Massa yang lembap dibentuk menjadi granul dengan diayak melalui pengayak dengan nomor mesh 6
– 12

Granul kemudian dikeringkan pada suhu 50 - 60ᴼ C atau dalam pengering lapis mengalir

Granul yang kering kemudian diayak dengan pengayak nomor mesh 18 – 20, lalu tambahkan
penghancur luar, glidan, dan lubrikan.

Lalu lakukan pengujian granul.

Massa granul siap dicetak


(gloria & Murni, 2018)
METODA GRANULASI KERING
SECARA PROSEDUR PEMBUATAN TABLET MENGGUNAKAN METODA GRANULA KERING
DAPAT DIJELASKAN MELALUI ALUR ATAU TAHAP-TAHAPAN BERIKUT INI, YAITU:

Bahan aktif dan eksipien dihaluskan terlebih dahulu

Bahan aktif dan semua eksipien (pengisi, pengikat kering, sebagian penghancur, lubrikan, dan
glidan) sampai lebih kurang 50% dari jumlah yang ada dalam formula

Campuran serbuk kemudian dikempa dengan mesin besar khusus dan kuat yang disebut “mesin
bongkah” (slugging machine) yang menghasilkan bongkahan (slug) atau dengan mesin chilsonator
yang menghasilkan pita/lempeng yang rapuh

Bongkahan atau pita/lempeng kemudian diayak melalui pengayak dengan mesh 18 – 20

Serbuk hasil ayakan dilakukan slugging lagi dan di ayak dengan ayakan yang sama.

Granul yang dihasilkan dicampurkan dengan fase luar yaitu sisa lubrikan, penghancur, dan glidan
lalu siap dicetak menjadi tablet.
(gloria & Murni, 2018)
METODA CETAK (KEMPA) LANGSUNG

Bahan-bahan langsung dapat dihitung dan


ditimbang

Kemudian ayak masing-masing bahan

Campur bahan tersebut sampai homogen

Lalu lakukan uji granul. Jika pada pengujian


granul telah memenuhi syarat, maka dapat
segera dilakukan pencetakan tablet
(gloria & Murni, 2018)
(gloria & Murni, 2018)
EVALUASI SEDIAAN TABLET

1. Uji keseragaman sediaan (Keragaman bobot, keseragaman kandungan)


2. Uji waktu hancur
3. Disolusi
4. Keseragaman ukuran
5. Keseragaman bobot
6. Kekerasan
7. Friabilitas & Friksibilitas
1. KERAGAMAN BOBOT & KESERAGAMAN
KANDUNGAN
KESERAGAMAN KESERAGAMAN
BOBOT KANDUNGAN
● Dilakukan terhadap tab yang tidak bersalut/salut selaput
● Untuk tablet yang tidak bersalut/salut selaput
● Memiliki kandungan ZA 25mg/<25mg (25%/<25% terhadap
● Memiliki kandungan ZA 25mg/>25mg (25%/>25% bobot tab)

terhadap bobot tab)


Tetapkan kadar Ambil tidak <30
Ambil tidak <30 masing-masing 10 satuan
satuan satuan menggunakan
metode analisis yang
Timbang 10 tab
sesuai
(satu per satu)

Hitung jumlah ZA Memenuhi syarat apabila:


dalam tab yang ● 10 unit penenimaan pertama tidak
dinyatakan dalam % dan Hitung nilai
yang tertera pada </= dengan L1%. Apabila nilai penenimaan
etiket dari hasil penenimaan > dan L1%, maka
penetapan kadar lakukan pengujian pada 20 unit
masing-masing tab
sediaan tambahan, dan hitung

nilai penenimaan.
2. UJI WAKTU HANCUR 3. Uji disolusi
Uji waktu hancur yaitu pengujian yang dilakukan untuk dapat Tahap Jumlah Yg Kriteria Penerimaan
menentukan waktu yang dibutuhkan tab untuk hancur menjadi Diuji
bagian-bagian penyusunnya, uji waktu ini akan berketerkaitan
S1 6 Tiap unit sediaan tidak <Q+5%
dengan disolusi obat.

S2 6 Rata-rata dari 12 unit (S1+S2) adalah =/> dari nilai Q dan tidak satu
● Tab tidak bersalut = <15 menit unit sediaan yang < Q-15%

● Tab salut gula non entrik = <30menit S3 12 Rata-rat dari 24 unit (S1+S2+S3) adalah =/> nilai Q, tidak > 2 unit
sediaan yang <Q-15% dan tidak 1 unit pun yang < dari Q-25%
● Tab salut entrik tidak boleh <60menit dalam medium

asam

Desintegration Tester Disolution Tester


• Disolution
Tester Tablet:
Aparatus 2
(Dayung)

• Kapsul: Aparatus
1 (Keranjang)
4. KESERAGAM UKURAN
5. Keseragam Bobot
Dilakukan pada 10 tab, dan dilakukan pengukuran Dilakukan pada 20 tab, lalu ditimbang satu per satu, kemudian

terhadap diameter dan tebal tab. dihitung rata-rat bobot tab.


● Tidak boleh ada 2 tab yg menyimpang > kolom A,
Tablet yang baik memiliki diameter tidak >3x tebal
dan
tab, & tidak <4/3 tebal tab
● Tidak boleh >1 tab yang menyimpang > kolom B

Jangka Sorong

Timbangan Analitik
6. KEKERASAN 7. Friabilitas & Friksibilitas
Tujuan: untuk memastikan kekuatan tab dalam menghadapi proses Friabilitas adalah uji yang dilakukan untuk menguji kerapuhan tab, terutama saat

tekanan yang didapat selama proses pengemasan, pendistribusian, menghadapi guncangan yang mungkin terjadi selama proses pendistribusian.

dan penyimpanan

Persyaratan: Rumus Perhitungan:


tab oral memiliki kekerasan 4-8 kg %Friability = W1-W2
=..
Tablet hisap 10-20 kg W1 x 100%
Tablet kunyah kurang lebih 3 kg
Parameter:
● Tab dinyatakan rusak apabila kerapuhan
Hardnes Tester
>1%
● Apabila <0.8% maka dinyatakan
memuaskan

Friability Tester
Permasalahan Dalam Tab dan Solusi
Permasalahan Kondisi Solusi

Sticking Granul menempel pada die dan + lubrikan


punch, tablet menjadi kusam
Dan
Granul menempel di hopper sehingga
Picking aliran granul terganggu +glidan / menurunkan kadar air granul
Capping Bagian bawah/keseluruhan tab +pengikat/Binder
terpisah dari bagian utama (gompel)
Chipping Bagian bawah tab terpotong akibat +pengikat/Binder
ujung punch bawah tidak rata
Cracking Bagian atas dan bawah tab pecah +pengikat/Binder

mottling Zat warna tab tidak merata/homogen Kecilkan ukuran granul pada saat
pewarnaan

( Nurdiana, 2021 )
SOLUSI EVALUASI SEDIAAN
Tab terlalu keras
1.
TABLET
= turunkan konsentrasi
pengikat
2. Terlalu lama hancur = tingkatkan konsentrasi
penghancur/turunkan
konsentrasi pengikat
3. Tab terlalu rapuh = tingkatkan konsentrasi
pengikat

( Nurdiana, 2021 )
2.KAPSUL
DEFINISI
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam
cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang
umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga terbuat dari
pati atau bahan lain yang sesuai (Farmakope VI, 2020)

NO. KAPSUL
02
Ukuran & Kapasitas Cangkang

KAPASITAS (Mg)
000 700 – 1000
00 500 – 700
0 300 – 500

01 1
2
200 – 300
150 – 200
3 100 – 150
Kapsul Gelatin Kapsul Gelatin
Keras 4 50 – 100
Lunak
5 > 50
Keuntungan

• Bentuk menarik dan praktis


• Tidak berasa sehingga bisa menutup rasa dan bau
dari obat yang kurang enak. Kerugian
• Mudah ditelan dan cepat hancur/larut didalam
perut, sehingga bahan cepat segera diabsorbsi
(diserap) usus.
• Dokter dapat memberikan resep dengan • Tidak bisa untuk zat zat mudah menguap
kombinasi dari bermacam macam bahan obat dan sebab pori pori cangkang tidak menahan
dengan dosis yang berbeda beda menurut penguapan
kebutuhan seorang pasien. • Tidak untuk zat zat yang higroskopis
• Kapsul dapat diisi dengan cepat tidak memerlukan • Tidak untuk zat zat yang bereaksi dengan
bahan penolong seperti pada pembuatan pil atau cangkang kapsul
tablet yang mungkin mempengaruhi absorbsi • Tidak untuk Balita
bahan obatnya. • Tidak bisa dibagi (misal menjadi ½ kapsul)
FORMULASI
1. Zat Aktif
zat yang memberikan respon terapeutik setelah dikonsumsi kedalam tubuh
dengan dosis yang sesuai.
2. Bahan tambahan
Bahan tambahan dalam kapsul dimaksudkan untuk membantu memperbaiki
keadaan formula yang kurang memenuhi persyaratan, supaya hasil produk
kapsul dapat memenuhi kriteria yang diharapkan dan sesuai tujuan yang
diinginkan.
a. Pengisi: untuk menambah bobot dan volume dari campuran yang dibuat.
Contohnya laktosa, mikrokristalin Selulosa dan amilum.
b. Pengikat: Untuk menyatukan partikel partikel bahan umumnya serbuk
sehingga menjadi suatu masa yang kompak dan menjadi agregat yang lebih
besar, terutama dalam granulasi yang membuat campuran serbuk dapat
FORMULA UMUM
Buat kapsul yang mengandung
ampisilin 250 mg ( sebagai ampisilin
trihidrat ) sebanyak 50 kapsul. Bila
diketahui 1,15 g ampisilin trihidrat
setara dengan 1 g ampisilin.

Formula umum :
Zat berkhasiat
Pengencer
Pelicin
Pembasah
Formula : Ampisilin trihidrat
(mengandung ampisilin) 250 mg
Laktosa ad 540 mg
PERHITUNGAN

Perhitungan dan Penimbangan :


Bobot ampisilin trihidrat = 1,15 / l x 250 mg = 287,5 mg
Untuk 50 kapsul = 50 x 287,5 mg = 14375 mg = 14,375 g
Bobot laktosa = 540 – 287,5 mg = 252,5 mg
Untuk 50 kapsul = 50 x 252,5 mg =12625 mg = 12, 625 g
Formula akhir :
Ampisilin trihidrat 14, 375 g
Laktosa 12, 625 g
Pemilihan ukuran kapsul
Bobot total serbuk = 27 g
Jumlah kapsul = 50
Isi rata – rata per kapsul = 27 g / 50 = 0,540 g = 540 mg Bila kerapatan serbuk 1 g / cc maka
dipilih kapsul nomor O ( volume 0, 68 cc )
CARA PEMBUATAN

Prosedur Pembuatan :
1. Ditimbang serbuk Ampisilin Trihidrat
sebanyak 14,375 g.
2. Ditimbang Laktosa sebanyak 12,625 g .
3. Dicampur hingga homogen dan ditentukan
kerapatan nyata serbuk campuran .
4. Diisikan dalam kapsul yang sesuai .
5. Kapsul dibersihkan .
EVALUASI KAPSUL

Uji Keseragaman
Bobot

Uji Uji
Disolusi Waktu
Penetapan Hancur
Kadar
CARA PENGISIAN
1. Dengan tangan
2. Dangan alat bukan mesin

Pengisian cairan kedalam


kapsul
dapat langsung dimasukkan
dengan pipet yang telah ditara

Kapsul Lunak
dibuat dengan cara proses
lempeng dengan menggunakan
seperangkat cetakan untuk
membentuk kapsul dengan cara
die process (berputar atau
bolak-balik) yang lebih efisien
PERBEDAAN KAPSUL KERAS & LUNAK

no Kapsul Keras Kapsul Lunak


Terdiri atas tubuh dan tutup
1 satu kesatuan

Tersedia dalam bentuk kosong


2 Selalu sudah terisi

Isi biasanya padat, dapat juga cair Isi biasanya cair, dapat juga
3
padat

Cara pakai per oral


4 Bisa oral, vaginal, rectal, topikal

Bentuk hanya satu macam


5 Bentuknya bermacam-macam
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C., (1989), Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh


Farida Ibrahim, Asmanizar, Iis Aisyah, Edisi keempat, UI Press: Jakarta.
3. SERBUK
APA ITU SERBUK?

Sesuai definisi farmakope Indonesia edisi III, serbuk adalah campuran kering
bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau
untuk pemakaian luar. Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat
kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk
pemakaian luar.
KEUNTUNGAN KERUGIAN
SERBUK SERBUK

1. Mempunyai permukaan yang luas, dan 1. Rasa yang tidak enak tidak tertutupi
lebih mudah terdispersi. (pahit, kelat, asam, lengket dilidah), dan
2. Sebagai alternatif bagi anak-anak dan hal ini dapat diperbaiki dengan
orang dewasa yang sukar menelan kapsul penambahan corigens saporis.
atau tablet. 2. Untuk bahan obat higroskopis, mudah
3. Obat yang terlalu besar volumenya untuk terurai jika ada lembab.
dibuat tablet atau kapsul dalam ukuran
lazim, dapat dibuat dalam bentuk serbuk.
4. Lebih stabil dibandingkan bentuk sediaan
cair.
5. Keleluasaan dokter dalam memilih dosis
yang sesuai dengan keadaan pasien.
CARA MEMBUAT SERBUK :

Serbuk diracik dengan cara mencampur bahan obat satu per satu, sedikit demi sedikit
dan dimulai dari bahan obat yang jumlahnya sidikit, untuk serbuk tidak dibagi
kemudian diayak, biasanya menggunakan pengayak nomor 60 dan dicampur lagi. Jika
serbuk mengandung lemak, harus diayak dengan pengayak nomor 44.
JENIS BAHAN SERBUK

01 02
Serbuk oral Serbuk oral tidak terbagi

03
Serbuk tabur
SYARAT – SYARAT SERBUK

-01- -02- -03-

Pulveres (serbuk terbagi) Serbuk oral tidak terbagi Serbuk tabur


Penyimpangan antara penimbangan Pada serbuk oral tidak terbagi Pada umumnya serbuk tabur
satu persatu terhadap bobot isi rata- hanya terbatas pada obat yang harus melewati ayakan derajat
rata tidak lebih dari 15% tiap dua relatif tidak poten, seperti laksan, halus 100 mesh, agar tidak
bungkus dan tidak lebih dari 10% antasida, makanan diet dan menimbulkan iritasi pada
tiap 18 bungkus. beberapa analgesik tertentu bagian yang peka.
sehingga pasien dapat menakar
secara aman dengan sendok teh
atau penakar lain.
CONTOH FORMULASI
SEDIAAN SERBUK

• Zat aktif : Amoxicillin


Natrium
• Pelarut : Aqua Pro Injeksi
EVALUASI SERBUK ( DERAJAT HALUS
SERBUK )
-01- -02- -03-
Untuk serbuk sangat kasar, kasar Untuk serbuk halus atau Untuk serbuk berminyak atau
dan setengah kasar sangat halus serbuk lain yang cenderung
Masukkan 25 g -100 g serbuk uji pada Lakukan penepatan seperti pada menggumpal
pengayak baku yang sesuai. Goyang serbuk kasar kecuali contoh tidak Sikat pengayak secara berkala dengan
pengayak dengan arah putaran lebih dari 25 g dan pengayak yang hati-hati selama penetapan.
horizontal dan ketukkan secara vertikal digunakan digoyang selama tidak Hancurkan gumpalan yang terbentuk
pada permukaan yang keras selama 20 kurang dari 30 menit atau sampai selama pengayakan
menit. Timbang jumlah yang tertinggal pengayakan praktis sempurna.
pada pengayak dan dalam panci
penampung.
4. PIL
Definisi JENIS SEDIAAN PIL

01 02
Menurut Farmaope Indonesia edisi III,
pil merupakan suatu sediaan berupa
massa bulat yang mengandung satu
atau lebih bahan obat. Bolus Pil
Beratnya lebih dari 300 mg Beratnya sekitar 60 – 300 mg

Berat pil berkisar antara 100 mg


sampai 500 mg. Pil kecil yang
03 04
beratnya kira – kira 30 mg disebut
granula dan pil besar yang beratnya Granul Parvul
lebih dari 500 mg disebut boli Beratnya 1/3 – 1 grain, Beratnya kurang dari 1/3 grain
1 grain = 64,8 mg
(Moh.Anief, 2008 : 80).
KEUNTUNGAN KERUGIAN
DIBUAT SEDIAAN DIBUAT SEDIAAN
PIL PIL

● Mudah di telan ● Kurang cocok untuk obat yang dikehendaki


memberikan aksi yang cepat
● Menutupi rasa obat yang tidak enak
● Obat tertentu dalam larutan pekat dapat mengiritasi
● Relatif lebih stabil dibanding sediaan lain yang lambung
mudah bereaksi dengan udara dan cahaya
● Baik untuk obat yang dikehendaki

memberikan aksi yang lambat


TAHAPAN PEMBUATAN PIL

A. PEMBUATAN MASSA PIL

1. Hitung bobot bahan obat per mil


2. Tentukan macam & jumlah bahan tambahan
3. Lakukan pencampuran bahan obat dengan bahan pengisi, pengikat, dan pemecah
4. Tambahkan bahan pembasah sedikit demi sedikit sambil digilas kuat

Cara mengetahui massa pil yang baik :


₋Massa pil dipindahkan ke kertas perkamen
₋Digulung dengan tangan membentuk silinder
₋Bila silinder masih pecah/retak, ditambah pembasah
₋Bila silinder terlalu lembek/lengket, ditambah bahan pengisi lag
B. PEMOTONGAN PIL C. PEMBULATAN PIL

● Massa pil yang sudah jadi dipindahkan ke kertas ● Potongan massa pil pindahkan ke alat pembulat pil yang
perkamen, kemudian dibentuk silinder dengan tangan sudah diberi penabur.
(ujung silinder harus pipih). ● Pil dibulatkan dengan gerakan memutar ditambah sedikit
● Pindahkan ke papan pemotong pil yang sudah diberi penekanan.
penabur, lalu buat silinder panjang (sesuai jumlah pil ● Setelah bulat, masukkan wadah sambil dihitung.
yang diminta).
● Dipotong dengan pemotong pil.
D. PENYALUTAN PIL

Bila pil perlu disalut, lakukan penyalutan sesuai jenis bahan penyalut
yang dipakai.
Tujuan :
• Melindungi Bahan Obat dari pengaruh lingkungan (salut selaput)
contoh : garam-garam ferro disalut tolubalsem.
• Menutupi rasa bahan yg tak enak (salut gula)
contoh : kloramfenikol, strychnine
• Memperbaiki penampilan pil (salut selaput)
FORMULA UMUM

1. Zat aktif : berupa bahan obat yang harus memenuhi persyaratan farmakope misalnya KMnO4, Asetosal, Digitasil folia, Garam Ferro, dll.
2. Zat Tambahan, sebagai berikut :
• Zat pengisi (akar manis atau bahan lain yang cocok)
- Fungsi : memperbesar massa pil (bila bahan obat terlalu kecil untuk dibuat pil)
• Zat pengikat (Sari akar manis, Gom akasia, tragakan, campuran bahan tersebut, atau bahan lain yang cocok)
- Fungsi : Untuk melekatkan massa pil antara yang satu dengan yang lain
• Zat pembasah (Air, gliserol, sirup, madu, campuran bahan tersebut atau bahan lain yang cocok)
- Fungsi : Digunakan untuk membasahi massa agar dapat dibentuk
• Zat penabur (Likopodium atau talk, atau bahan lain yang cocok)
- Fungsi : agar pil tidak lengket satu sama lain dan tidak menempel pada alat
• Zat penyalut (Perak, balsam tolu, keratin, sirlak, kolodium, salol, gelatin, gula, atau bahan lain yang cocok) (FI Ed III, 1979 : 23)
- Fungsi : untuk menutup rasa dan bau yang tidak enak dari zat aktifnya, Mencegah perubahan/teroksidasinya zat aktif oleh udara, Supaya pil
pecah dilambung, karena zat aktif dapat mengiritasi lambung atau zat aktif rusak oleh asam lambung.
MENURUT FARMAKOPE INDONESIA EDISI III , PERSYARATAN PIL YAITU :

1. Pil setelah dimasukan kedalam Asam chlorida 0,04 N pada suhu 37˚ dan dikocok-
kocok berulang-ulang selama 10 menit, harus hancur.
2. Pada penyimpanan bentuknya tidak boleh berubah, tidak begitu keras sehingga
hancur dalam saluran pencernaan, dan pil salut tidak hancur dalam lambung tetapi
hancur dalam usus halus.
3. Memenuhi keseragaman bobot. Timbang 20 pil satu persatu, hitung bobot rata-
rata, penyimpangan terbesar terhadap bobot rata-rata adalah :
PENGUJIAN EVALUASI PIL
Pengujian Tujuan Alat Syarat

Keseragaman Bobot sebagai salah satu indikator homogenitas pe Timbangan digital Bobot pil ideal antara 100, 150 mg, rata-rata 120 mg. Oleh karena sesuatu hal
ncampuran formula. syarat iniseringkali tidak dapat dipenuhi. Memenuhi keseragaman bobot.
Timbang 20 pil satu- persatu,hitung bobot rata-rata, penyimpangan terbesar
terhadap bobot rata-rata.

Uji Waktu Hancur Untuk melihat seberapa lama obat bisa han Disintegration Tester Uji waktu hancur menggunakan 5 pil keranjang diturun naikan 30 kali
Tablet (Disintegration cur didalam tubuh atau salurancerna yang permenit. Waktu hancur pil tidak lebih dari 15 menit untuk pil yang tidak
Test) ditandai dengan sediaan menjadi larut, bersalut dan 60 menit untuk pil yang bersalut.Untuk pil salut enteric tidak
terdispersi, atau menjadi lunak hancur pada cairan tsb selama 3 jam dan hancur pada cairan dapar pospat PH
6,8 tidak lebih dari 60 menit.

Uji Disolusi Untuk mengetahui banyaknya zat aktif yang Disolution Tester
melarut dalam cairan tubuh.

Uji Stabilitas Untuk mengetahui ketahanan dari suatu pr Climatic Chamber Pada waktu penyimpanan bentuknya tidak boleh berubah, tidak begitu keras
oduk, sehingga mutu sediaan tetapterjamin sehingga dapat hancur dalam saluran pecernaan, dan pilsalut enteric tidak
hancur dalam lambung tetapi hancur dalam usus halus.
5. SUPPOSITORIA
Definisi Suppositoria

Menurut Farmakope Indonesia VI,supositoria adalah


sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang
diberikan melalui rektal, vagina atau uretra. Umumnya
meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.
Supositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan
setempat, sebagai pembawa zat terapetik yang bersifat
lokal atau sistemik.
Bentuk Sediaan dan Jenis Suppositoria
Bentuk dan ukuran dari sediaan suppositoria harus sedemikian rupa, sehingga
supositoria dapat dengan mudah dimasukkan ke dalam lubang atau celah yang ketika
dimasukkan tanpa menimbulkan rasa tidak nyaman bagi pasien. Selain itu, harus dapat
bertahan dalam waktu tertentu.
Penggolongannya ada yang didasarkan kepada bentuk ataupun cara penggunaannya:
Rektal Supositoria rectal (anus) dengan tangan
• Bentuk seperti peluru dengan panjang + 32 mm (1,5 inci)
• Berat supositoria untuk orang dewasa 3 g dan untuk anak-anak 2 g
• Bentuk ini memberi keuntungan, yaitu apabila bagian yang besar masuk melalui
otot penutup dubur, maka suppos akan tertarik masuk dengan sendirinya.
Vaginal Suppositoria = Ovula = Pessary,
dimasukkan ke dalam vagina dengan alat.
• Umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan berbobot lebih kurang 5 g.
• Dibuat dari zat pembawa yang larut dalam air atau yang dapat bercampur dalam
BAHAN DASAR
SUPPOSITORIA
• Bahan dasar supositoria yang umum digunakan adalah lemak coklat, gelatin tergliserinasi, minyak
nabati terhidrogenasi, campuran polietilen glikol berbagai bobot molekul dan ester asam lemak
polietilen glikol.
• Bahan dasar supositoria yang digunakan sangat berpengaruh pada pelepasan zat terapetik.
• Bahan-bahan dasar supositoria tersebut jika dikategorikan berdasarkan sifatnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Basis berlemak yang meleleh pada suhu tubuh, misalnya: Oleum Cacao
2. Basis yang larut dalam air atau yang bercampur dengan air, misalnya: Gliserin Gelatin dan
Polietilenglikol
3. Basis campuran, misalnya: polioksil 40 stearat (campuran ester monostearat dan distearat dari
polioksietilendiol dan glikol bebas.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN
BAHAN
Untuk menghasilkan sediaan supositoria yang baik, maka bahan-bahan dasar
pembuatannya haruslah memenuhi syarat-syarat yang ideal, yaitu sebagai berikut:
1. Baik secara fisiologis dan kimia serta tidak mengiritasi

2. Mempunyai viskositas yang cukup saat dilelehkan

3. Harus meleleh pada suhu badan dalam jangka waktu singkat

4. Tidak mengganggu absorpsiatau pelepasan zat aktif

5. Bercampur dengan bermacam obat

6. Stabil pada penyimpanan, tidak menunjukkan perubahan warna, bau dan pemisahan

obat.
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM
FORMULASI
1. Pemilihan Obat / Zat Aktif Suatu zat aktif dapat diberikan dalam bentuk suppositoria jika:
a. Dapat diabsorpsi dengan cukup melalui mukosa rektal untuk mencapai kadar terapeutik dalam darah.
b. Zat aktif tidak tahan terhadap pH saluran pencernaan bagian atas.
c. Zat aktif digunakan untuk terapi lokal gangguan di rektum atau vagina.
2. Pemilihan Basis Karakteristik basis yang menentukan selama produksi, diantaranya kontraksi,
ke-inert-an (inertness), pemadatan, dan viskositas.
3. Pemilihan bahan pembantu yang dapat meningkatkan homogenitas produk dan kelarutan
untuk:
a. Meningkatkan penggabungan (inkorporasi) dari serbuk zat aktif Ajuvan yang digunakan untuk mengatasi
hal ini yaitu Mg karbonat.
b. Meningkatkan hidrofilisitas
c. Meningkatkan viskositas
d. Mengubah suhu leleh, contoh bahan yang digunakan adalah asam lemak dan derivatnya.
e. Mengubah penampilan
f. Mengubah absorpsi
KEUNTUNGAN & KERUGIAN
PENGGUNAAN SUPOSITORIA
Keuntungannya: Kerugiannya:
● Mudah digunakan untuk pengobatan lokal pada rectum, vagina ● Pemakaiannya tidak menyenangkan dan kurang
ataupun urethra. Misalnya, wasir, infeksi dan lain sebagainya. praktis.
● Sebagai alternatif bila penggunaan melalui oral tidak dapat ● Tidak dapat disimpan pada suhu ruang untuk
dilakukan. Misalnya: pada bayi, pasien debil (lemas, tidak supositoria dengan basis oleum cacao.
bertenaga), muntah-muntah, gangguan sistem pencernaan ● Daerah absorpsinya lebih kecil dan absorpsi
(mual, muntah), dan kerusakan saluran cerna. hanya melalui difusi pasif
● Obat lebih cepat bekerja, karena absorpsi obat oleh selaput ● Tidak dapat digunakan untuk zat yang rusak
pada pH rektum
lendir rectal langsung ke sirkulasi pembuluh darah.
● Untuk mendapatkan “prolonged action” (obat tinggal
ditempat tersebut untuk jangka waktu yang dikehendaki).
● Untuk menghindari kerusakan obat pada saluran cerna
● Dapat menghindari first fast efek dihati.
FORMULA SUPPOSITORIA

Tiap suppositorium mengandung:


Prosedur:
Bisacodylum 10 mg
1. Bahan basis
Suppositoria dasar yang cocok secukupnya
dilelehkan, diatas
penangas air
2. Lalu bahan-bahan
aktif diemulsikan
atau didisperiskan
ke dalamnya.
3. Kemudian dituang
ke dalam cetakan. Cetakan
Suppositoria
METODE PEMBUATAN
SUPOSITORIA
Metode Pembuatan Supositoriadibagi menjadi 3 metode :
1. Mencetak hasil leburan/ cetak tuang / fusion

2. Kompresi/ cetak kempa / cold compression, cocok untuk pembuatan

supositoria yang mengandung bahan obat yang tidak tahan pemanasan dan untuk
supositoria yang mengandung sebagian besar bahan yang tidak dapat larut dalam
basis.
3. Digulung dan dibentuk dengan tangan, dilakukan saat basisnya adalah oleum

cacao dengan skala kecil, hanya sudah jarang digunakan.


PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN
SUPOSITORIA
● Biasanya dimasukkan dalam wadah dari alumunium foil atau strip plastik sebanyak
6 sampai 12 buah, untuk kemudian dikemas dalam dus.
● Harus disimpan dalam wadah tertutup baik di tempat sejuk. Supositoria yang
basisnya oleum cacao harus disimpan di bawah 30°F, dan akan lebih baik bila
disimpan dalam lemari es. Supositoria dengan basis gliserin baik sekali disimpan
dibawah suhu 35°F. Supositoria dengan basis polietilenglikol mungkin dapat
disimpan dalam suhu ruangan biasa tanpa pendinginan.
PEMERIKSAAN MUTU
SUPOSITORIA
Setelah dicetak, dilakukan pemeriksaan sebagai berikut.
1. Organoleptik ➔ warna, bau

2. Penetapan kadar zat aktifnya dan disesuaikan dengan yang tertera pada etiketnya.

3. Uji terhadap titik leburnya

4. Uji kerapuhan

5. Uji waktu hancur

6. Uji homogenitas.
6. OVULA
OVULA
● Menurut Farmakope Indonesia III, ovula merupakan suatu sediaan padat yang
digunakan melalui vagina. Bentuk Ovula pada umumnya berbentuk telur, dapat
melarut, melunak, dan meleleh pada suhu tubuh.
● Sediaan ovula (supositoria vagina) bertujuan untuk melawan infeksi yang terjadi
pada sekitar alat kelamin wanita, dan untuk memperbaiki dan mengembalikan pada
keadaan normal dari mukosa vagina. Dalam membasmi infeksi vagina
● Pengobatan dengan menggunakan sediaan ovula biasanya digunakan dalam
pengobatan dengan tujuan untuk efek local, contohnya :
a. Kontrasepsi
b. antiseptik pada kebersihan wanita dan sebagai zat untuk menghambat atau
mematikan penyebab penyakit akibat jamur ataupun bakteri.
c. Antiinfeksi
FAKTOR YANG MEMPERNGARUHI
PEMILIHAN BAHAN

● Pembuatan suppositoria vagina (ovula), banyak digunakan basis kombinasi yang terdiri dari polietilen glikol
dari macam-macam berat molekul. Polietilen glikol secara kimiawi stabil di udara dan dalam larutan,
Polietilen glikol tidak mendukung pertumbuhan mikroba dan mereka tidak menjadi tengik (FI IV halaman
1193).
● Keuntungan penggunaan polietilen glikol yaitu tidak mengiritasi/meransang, dapat disimpan di luar lemari es,
tidak ada kesulitan dengan titik leburnya, jika dibanding Ol. Cacao, tetap kontak dengan lapisan mukosa
karena tidak meleleh pada suhu tubuh (Ilmu Resep Teori;7)
FORMULASI
ALAT

Cetakan suppositoria yang tersedia secara komersial dapat memproduksi


berbagai bentuk dan ukuran suppositoria secara individual maupun dalam jumlah besar.
Cetakan tunggal plastic dapat digunakan untuk mencetak suppositoria tunggal.
Cetakan lainnya, dapat ditemukan di apotek, dapat memproduksi suppositoria
sebanyak 6, 12, atau lebih dalam satu kali pembuatan. Cetakan skala industry
memproduksi ratusan suppositoria dalam batch tunggal. Cetakan suppositoria yang
banyak digunakan saat ini terbuat dari baja tahan karat, aluminium, kuningan, atau
plastik. Cetakan plastik rawan terhadap goresan.
.
EVALUASI

Menurut Farmakope Indonesia suppositoria yang sudah dicetak dapat


dilakukan evaluasi sebagai berikut :
1. Uji Kisaran Leleh
2. Uji Pencairan atau Uji Waktu Melunak dari Supositoria Rektal
3. Uji Kehancuran
4. Uji disolusi
5. Uji keseragaman bobot
DAFTAR PUSTAKA
• Arief, Moh..2006.Ilmu Meracik Obat.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
• Anief, M., 2008. Ilmu Meracik Obat Teori Dan Praktek. Cetakan ke- 9. Yogyakarta: Gajah Mada University- Press,
Halaman 32 – 80.
• Ansel, H.C., (1989), Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh
• Direktorat jenderal pengawasan obat dan makanan. Farmakope Indonesia edisi ketiga. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia : Jakarta.
• Depkes RI. (1995). Farmakope Indonesia edisi IV. In Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Kemendikbud.
(2013). Dasar-dasar Kefarmasian.
• Farida Ibrahim, Asmanizar, Iis Aisyah, Edisi keempat, UI Press: Jakarta.
• Kementrian Kesehatan RI. 2020. Farmakope Indonesia edisi VI : Kementrian Kesehatan : Jakarta
• Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan, 168. BSE.Mahoni.com
• Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI. 2016. Guru Pembelajaran: Modul Keahlian Kefarmasian SMK.
Kementrian Pendidikan dan Budaya RI : Depok
• Murtini, G., Elisa, Y. 2018. Teknologi Sediaan Solid. Cetakan Ke 1. Kemenkes Kesehatan RI Jakarta
• Murtini, G. (2016). Farmestika Dasar (Bahan Ajar Cetak Kebidanan). Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,
168.Niazi, S. (2009).
• Nurdiana, R. 2021. Expert Pharmacist ed 7 Modul Belajar Obat 2021 : Rawamangun
• Pharmaceutical Manufacturing Formulations. In Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations, Second
Edition.
• https://www.academia.edu/36498099/PENGUJIAN_EVALUASI_PIL

Anda mungkin juga menyukai