Anda di halaman 1dari 31

JOURNAL READING

COMPARATIVE EFFECTIVENESS OF ULTRASOUND AND PARRAFIN


THERAPY IN PATIENTS WITH CARPAL TUNNEL SYNDROME : A
RANDOMIMIZED TRIAL

Pembimbing :
dr. Nurtakdir Kurnia Setiawan Sp.
S Penyusun :
Dahlia Dwi P.
LATAR BELAKANG
Sindrom saluran carpal (CTS ) neuropati akibat
jebakan dari saraf medianus yang disebabkan oleh
penekanan saraf medianus saat melalui
trowongan yang menyebabkan gejala nyeri, mati
rasa, parestesia dalam distribusi saraf medianus
dan bahkan dapat menyebabkan atropi pada otot
thenar.

Untuk pasien dengan gejala ringan – sedang  perawatan non


operatif (injeksi steroid, obat oral, orthosis pergelangan tangan,
terapi US, leser, parrafin bath

Namun bukti menyimpulkan kurangnya


perawatan terbaik untuk CTS
Ultra Sound  terapi untuk CTS

Thermal Nonthermal

Muncul saat gelombang Efek mekanik  untuk


akustik menembus jaringan memasukkan jenis obat
 getaran molekular  tertentu, efek
produksi panas dan pemijatan, efek biologis
nyeri yang dapat
mempercepat
Ulasan Cochrane20I3 < nya terjadinya pemulihan
regenerasi jaringan /
Bukti bahwa US lebih efektif sel
Dibanding non operatif lainya.
Terapi parrafin

Rheumatoid arthritis, osteoatritis, CTS

Peningkatan suhu/temperatur tubuh,


meningkatkan sirkulasi lokal, mengurangi
rasa nyeri.

Tetapi untuk mengetahui terapi yang terbaik untuk CTS


perlu dilakukan penelitian membandingkan efektivitas
therapi parrafin dengan US pada CTS
TUJUAN

Untuk membandingkan kombinasi orthosis pergelangan


tangan baik dengan terapi US maupun parrafin bath
pada perawatan pasien CTS

Jurnal ini menghipotesiskan terapi


US lebih efektif dari pada Parrafin
karena US memberikan efek thermal
dan nonthermal
metode Pasien : direkrut departemen
pengobatan fisik dan rehabilitasi di
RS taipei Tzuchi ( 20I0 dan20II)
pasien menyetujui penelitian ini

Randomise
trial

Kriteria inklusi :
-Pasien dengan gejala nyeri atau mati rasa pada distribusi
saraf medianus atau nyeri yang terjadi pada malam hari
- tanda phalen (+) atau tinnel (+) bersama dengan
bukti electrophysiological CTS

Kriteria eksklusi :
-usia < 8 tahun
- DM, gagal ginjal,penyakit autoimun, hipertiroidisme
-- kehamilan
-- riwayat operasi bedah pada pergelangan tanagn

Didapatkan 60 (pasien CTS) yang memenuhi syarat.


60 pasien CTS -Dengan menggunakan undian, tiap
undian diisolasi dalam amplop tidak
transparan dengan bentuk yang sama
-- amplop ditandai dari I-60 
asisten yang tidak terlibat dalam
Secara acak proses pencampuran
dikelompokkan menjadi 2 -- perawat mengambil undian
kelompok secara acak
-- perintah pemberian resep
dirahasiakan
-- terapi diberikan oleh terapi fisik
yang
tidak berpartisipasi dalam penelitian
1. Terapi parraffin bath ini
dan orthosis
pergelangfan
tangan
2. Terapi US
dan
orthosis
pergelangan
tangan
Sesudah terapi (selama
Sebelum terapi
8 minggu)

Dilakukan serangkaian pemeriksaan fisik dan studi


nerves conduction (NCSs)

Rangsangan nyeri pada ttangan,


tes sensorik semmes weinstein
monofilamen, tes phalen dan tes tinel

Selain itu pasien harus menyelesaikan


kuisioner dan kuisioner Boston CTS ,
nyeri dinilai skala VAS
TERAPI PARRAFIN (metode dip and wrap)
 Pasien mendapatkan terapi ini sebanyak 2 kali
seminggu dalam 8 minggu
 Terapi parrafin dijaga pada suhu kira-kira 55
derajad celcius
PROSEDUR TERAPI PARRAFIN
 Pasien mencelupkan tangan pada parrafin bath

 Akan terbentuk permukaan parafin padatb dan ti[is yang


meliputi kulit
 Langkah diulangi 5 kali

 Sampai terbentuk seperti sarung tangn tebal

 Bungkus dengan handuk kering ( 20 menit)

 Sarun g tangan parrafin dilepas


TERAPI ULTRASOUND
Pasien di terapi selama 5menit , selama 2 kali

seminggu dalam 8 minggu


Mesin di program frekuensi I MHz, dengan dosis US

intensitas I,0 watss/cm


Transducer ditempatkan pada area carpal

pergelangan tangan
Memerlukan media untuk merambat air atau gel
OUTCOME MEASUREMENTS
Pasien dievaluasi dengan menggunakan kuisioner
Boston CTS, Skala nyeri, pengamatran fisik, NCSs
sebelum dan sesudah perawatan dalam 8 minggu
PRIMARI OUTCOME
 Status skala fungsional kuisioner Boston CTS

 Ada 2 bagian :

1. Skala gejala keparahan ( II pertanyaan)


2. Skala status fungsional ( 8 pertanyaan)
 Semua pertanyaan dinilai I -5, I ( tidak ada gejala ),
5 ( gejala paling parah)
SECONDARY OUTCOME
 Skala dari gejala keparahan dari kuisioner Boston
CTS , skala nyeri, pengfujian sensori monofilament,
kekuatan mencubit pergelangan tangan dan
sensor distal
PEMERIKSAAN FISIK
 Phalen  melakukan fleksi tangan secara
maksimal selama 60 detik, hasil + apabila gejala
mati rasa dan rasa geli pada saraf medianus
 Tinel  perkusi pada pergelangan tangan, sedikit
dorsofleksi, + apabila ada rasa geli atau linu
sepanjang distribusi saraf medianus
Menilai kekuatan dan ketrampilan menekan jempol
dan jari telunjuk pada dinamometer standart, dilakukan
3kali, dan akan ada skor
Uji sensor monofilamen semmes weinstein 

menerapkan gaya dikalibrasi nilon filamen ke ujung jari


dengan pergelangan tangan dalam posisi terlentang
setiap filamen ditekan tegak lurus terhadap jari sampai
filamen membetuk huruf C, + apabila pasien mampu
mengidentifikasi digit monofilsmen dengan disentuh
pada mata tertutup
PENELITIAN KONDUKSI SARAF
 Sensorimotor saraf NCSs medianus dan ulnaris - alat
elektrodiagnostik
 Kamar ber AC yang tenang (26 derajad celcius)
 Posisi pasien tidur terlentang, ,mengukur suhu kulit
telapak tangan dijaga diatas 32 derajad celcius
 Median dan distal motorik latency diukur dengan
menempatkan elektrode di pergelangfan tangan di
polisis brevis otot 8 cm dari elektrode stimulus
 Diagnosis CTS apabila :
1. Latency motor distal >4,4 milidetik
2. L;atency sensori distal > 3,4 md
3. Perbedaan latency sensori distal median ulnaris > 0,4
md
ANALISA STATISTIK
 Statistik deskriptif untuk merangkum demografi dasar
peserta
 Nilai dasar dan nilai lanjutan hasil laporan pasien ( skala
gejala keparahan, satus fungsional, dan intensitas
nyeri)
 Perbedaan hasil setelah dilakukan perawatan
antar kelompok dengan analisis covarianse
( ANCOVA) dengan penyesuaian usia, jenis
kelamin, data awal
 Pengamatanfisik dan lanjut dan data NCS dengan
menggunakan metode persamaan perkiraan
tergeneralisasi ( GEE)
 Semua analisis dilakukan dengan paket software
statistik SAS version 9.2
HASIL
 78 pasien yang mengikuti penelitian ini dan 18
pasien diisngkirkan karena tidak memenuhi kriteria
inklusi.
 47 pasien menyelesaikan penelitian sedangkan 7
dan 6 pasien tidak mampu menyelesaikan
penelitian dalam kelompok parrafin dan terapi US
P 0,04 ada

perbedaan
bermakna
Tidak ada perbedaan yang bermakna
KETERBATASAN PENELITIAN
 Pasien pada penelitian ini dilakuakn di departemen
fsik dan rehabilitasi sehingga pasien yg
didapatkan gejala ringan sampai sedang, harus
hati2 pada pasien yang memiliki gejala yang lebih
parah
 Penelitian ini kedua kelompok sama2
menggunakan orthosis pergelangan tangan tidak
etis untuk laporan yg melaporkan kalau otthrosis
pergelangan tangan itu efektif
 Karena 20 persen pasien tidak bisa melanjutkan
penelitian ini , untuk itu maka dilakukankan
penelitian demografi, status fungsional skala nyeri
pada pasien yang menyelesaikan penelitian dan
yang tidak
 Hasilnya tidak ada perbedaan yang signifikan
antara kelompok berkelanjutan dan yang
nonberkelanjutan
 Karena penelitian ini membandingnkan 2 kelompok
yang mengacu pada fungsi, gejala, nyeri poeneliti
khgawatir akan ada masalah lainnya
KESIMPULAN
 Untuk meningkatkan status fungsional pasien CTS
sebuah kombinasi US dengan orthosis pergelangan
tangan mungkin lebih efektif daripada parrafin
dengan ortosis pergelangan tangan
 Karena ini adalah percobaan exploratory
penegasan dan pengujian lebih lanjut disarankan
untukkemanjuran dari kedua perawatabn i ni.
ULTRASOUND
PARRAFIN BATH
TES PHALEN
TES TINEL
ORTHOSIS PERGELANGAN TANGAN
SKALA NYERI VAS
 Adalah skala numerik verbal , skala ini
menggunakan angka 0-I0
 Skala yang digunakan tidak ada nyeri, sedang,
parah
Terimakasih….

Anda mungkin juga menyukai