Anda di halaman 1dari 15

Metoda Operatif Wanita (MOW)/

TUBEKTOMI

1
 Pemotongan saluran indung telur
(Tuba Fallopi) sehingga sel telur tidak
bisa memasuki rahim untuk dibuahi

2
Tubektomi: Mekanisme Kerja

Dengan menutup tuba


fallopii (mengikat dan
memotong, memasang
cincin, menjepit atau
melakukan electro-
cautery), sperma akan
dicegah agar tidak dapat
mencapai ova dan
menyebabkan terjadinya
pembuahan

3
Manfaat Kontraseptif
 Sangat efektif
 Segera efektif
 Permanen
 Tidak mengganggu hubungan seksual
 Baik untuk klien jika kehamilan akan menimbulkan
resiko yang serius bagi kesehatannya
 Pembedahan sederhana, biasanya dilakukan
dibawah anesthesia lokal
 Tidak ada efek samping jangka lama
 Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak
ada efek atas produksi hormon oleh ovari)
1
Trussell et al 1998.
4
Manfaat lain

 Tidak mengganggu pemberian


ASI
 Resiko kanker ovari menjadi

berkurang

5
 39% pengurangan dalam resiko
dibanding dengan klien yang tidak
menjalani oklusi tuba
 Resiko tetap rendah 25 tahun setelah

pembedahan

Source: Green et al 1997.


6
Keterbatasan
 Sifatnya permanen (keberhasilan pembalikan tidak bisa
dijamin)
 Klien bisa saja menyesalinya dikemudian hari (usia < 35)
 Resiko kecil mengalami komplikasi
 Ketidak-nyamanan jangka pendek dan rasa sakit setelah
pembedahan
 Efektifitasnya sedikit berkurang dalam jangka panjang
 Meningkatkan resiko kehamilan ektopik
 Tidak memberi perlindungan terhadap PMS (mis, HBV,
HIV/AIDS)

7
Siapa Yang Boleh Menjalani
Tubektomi
Wanita:
 umurnya > 22 dan < 45

 ingin perlindungan yang sangat efektif, permanen

terhadap kehamilan
 jika hamil akan menghadapi resiko yang serius

 sudah dalam postpartum

 pasca keguguran

 menyusui (dalam 48 jam atau setelah 6 minggu)

 merasa pasti bahwa ia sudah mencapai jumlah keluarga

yang diinginkan
 mengerti dan secara sukarela memberi ijin untuk

prosedur tersebut
8
Kontra indikasi

 Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui


penyebabnya (hingga dievaluasi)
 Infeksi panggul yang akut
 Infeksi sistemik yang akut (mis, masuk angin,
flu, gastroenteritis, hepatitis virus)
 Anemia (Hb < 7 g/dl)
 Infeksi kulit abdominal
 Kanker saluran genital
 Thrombosis vena dalam

Source: WHO 1996. 9


Kapan dilakukan Tubektomi
 Setiap saat selama siklus haid dan yakin bahwa klien
tersebut tidak dalam keadaan hamil
 Hari ke 6–13 dari siklus haid (fase proliferatif lebih
disukai)
 Postpartum: Dalam waktu 2 hari atau setelah 6
minggu
Post abortion: segera atau dalam waktu 7 hari,
asalkan tidak ada bukti adanya infeksi panggul

10
Hal penting untuk Klien
pascaTubektomi
 Jaga agar titik pembedahan tetap kering selama 2
hari. Lanjutkan kegiatan normal secara bertahap.
 Menghindari hubungan seksual selama 1 minggu
hingga terasa nyaman.
 Hindari pengangkatan benda berat atau kerja keras
selama 1 minggu.
 Untuk rasa nyeri minum analgesik setiap 4 sampai 6
jam.
 Kontrol antara hari ke 7–14.

11
 Nyeri dibagian bahu selama 12–24 jam
setelah laparoscopy adalah hal biasa oleh
karena adanya gas dibawah (CO2 atau udara)
dibawah diafragma.
 Oklusi tuba akan efektif sejak saat operasi
selesai.
 Masa-masa haid akan berlanjut seperti biasa.
 Gunakan kondom jika menghadapi resiko
PMS (mis, HBV, HIV/AIDS).
12
Tanda-Tanda bahaya :
 Demam (lebih tinggi dari 38°C atau 100.4°F)
 Rasa pusing dengan disertai pingsan
 Rasa nyeri yang terus-menerus atau
bertambah parah dibagian perut
 Perdarahan atau adanya cairan yang keluar
dari dalam sayatan
 Tanda-tanda atau gejala hamil

13
15

Anda mungkin juga menyukai