Lensa Kontak Oleh : Siti Hariyati Nur Amalia, S.Ked (K1A1 15 115)
Pembimbing : dr. Rizky magnadi, Sp.M
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MATA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BAHTERAMAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2020 PENDAHULUAN Keratitis mikrobial adalah infeksi pada kornea yang disebabkan oleh berbagai patogen non-viral. Organisme penyebab keratitis mikrobial adalah bakteri, protista (contohnya acanthamoeba) dan fungi. Insidensi keratitis mikrobial pada pengguna lensa kontak meningkat dari 40% menjadi 52% selama tahun 2008-2012, dan meningkat setiap tahunnya KASUS Tn F, laki-laki, usia 33 tahun, datang ke Rumah Sakit Methodist Medan pada tanggal 17 Oktober 2016 dengan keluhan mata merah dan pandangan kabur. Keluhan diawali dengan mata merah sejak 3 hari yang lalu. Setelah muncul keluhan mata merah, pasien ke apotik dan pasien diberi obat tetes mata yang mengandung dexamethason, neomisin dan polimisin. Pasien meneteskan obat tetes tersebut setiap pasien merasa matanya pedih dan kering. Setelah 3 hari, pasien melihat adanya bercak putih pada matanya dan pandangan menjadi kabur. Pasien merupakan pengguna lensa kontak sejak 10 tahun yang lalu. Kebiasaan tidur dengan lensa kontak dan jarang membersihkan lensa kontak dijumpai. Riwayat berenang menggunakan lensa kontak tidak dijumpai. Riwayat trauma pada mata tidak dijumpai. STATUS OFTALMOLOGI • Visus saat pasien datang ke klinik : mata kanan 6/45, mata kiri 1/300. • Hasil evaluasi slit lamp ditemukan adanya kemerahan yang difus pada konjungtiva, ulcus cornea seluas (8mm x 6mm x 2mm). hipopion pada 1/3 anterior chamber. • Kelopak mata atas dan bawah dalam keadaan normal. • Pengobatan yang diberikan adalah : – antibiotik gatifloxacin 2 tetes / 2 jam – Artificial tears 2 tetes/ 2 jam diberikan selama 1 bulan. – Tablet ciprofloxacin 500 mg 2 kali sehari – Tablet methylprednisolon 16 mg 2 kali sehari selama 1 minggu. Methylprednisolone dilakukan tapping off setelah 1 minggu pemakaian. – Tropicamide 1% diberikan 2 kali sehari, selama 2 minggu. – Acetazolamide 250mg , diberikan 2 kali Sehari 1 tablet – Kalium L-aspartate 2 kali sehari 1 tablet, diberikan selama 1 minggu. Tabel 1. Presentasi klinis awal : 17 Oktober 2016 OD OS Visus 6/45 1/300 Pupil Normal Bulat dan reaktif terhadap cahaya Temuan pada Normal Konjungtiva hiperemis segmen Dijumpai hipopion pada 1/3 anterior anterior chamber Slit lamp Normal Pewarnaan positif dengan defek dengan kornea fluoresensi Gambar 1. Kornea dengan ulkus dan hipopion 1/3 anterior chamber Gambar 2. Kedalaman ulkus kornea (2 mm) diukur dengan sinar slit dan fluoresens Gambar 3. Kornea setelah disinari slit lamp dengan fluorsensi (tampak depan). Tabel 2. Presentasi klinis awal : 18 Oktober 2016 OD OS Visus 6/45 1/300 Pupil Normal Bulat dan reaktif terhadap cahaya Temuan pada segmen Normal Konjungtiva hiperemis anterior Dijumpai hipopion pada 1/3 anterior chamber Slit lamp dengan Normal Pewarnaan positif dengan fluoresensi defek kornea Tabel 3. Presentasi klinis awal : 19 Oktober 2016 OD OS Visus 6/45 1/300 Pupil Normal Bulat dan reaktif terhadap cahaya Temuan pada segmen Normal Hipopion berkurang anterior Ditemukan ulkus dengan panjang 8 mm, lebar 6 mm, tinggi 2mm. Slit lamp dengan Normal Pewarnaan positif dengan fluoresensi defek kornea Tabel 4. Presentasi klinis awal : 21 Oktober 2016 OD OS Visus 6/45 1/300 Pupil Normal Bulat dan reaktif terhadap cahaya Temuan pada segmen Normal Hipopion berkurang anterior Ditemukan ulkus dengan panjang 7 mm dan lebar 4 mm. Kedalaman ulkus berkurang. Slit lamp dengan Normal Pewarnaan positif dengan fluoresensi defek kornea Tabel 5. Presentasi klinis awal : 25 Oktober 2016 OD OS Visus 6/45 1/300 Pupil Normal Bulat dan reaktif terhadap cahaya Temuan pada segmen Normal Hipopion tidak dijumpai. anterior Ditemukan ulkus dengan panjang 6 mm dan lebar 3 mm. Kedalaman ulkus berkurang. Slit lamp dengan Normal Pewarnaan positif dengan fluoresensi defek kornea Tabel 6. Presentasi klinis awal : 28 Oktober 2016 OD OS Visus 6/45 1/300 Pupil Normal Bulat dan reaktif terhadap cahaya Temuan pada segmen Normal Hipopion tidak dijumpai. anterior Ditemukan ulkus dengan panjang 4 mm dan lebar 2 mm. Kedalaman ulkus berkurang. Slit lamp dengan Normal Pewarnaan positif dengan fluoresensi defek kornea Tabel 7. Presentasi klinis awal : 3 November 2016 OD OS Visus 6/45 1/300 Pupil Normal Bulat dan reaktif terhadap cahaya Ditemukan ulkus dengan panjang 2 mm dan lebar 1 mm. Kedalaman ulkus berkurang. Temuan pada segmen Normal Hipopion tidak dijumpai. anterior Slit lamp dengan Normal Pewarnaan positif dengan fluoresensi defek kornea Tabel 11. Presentasi klinis awal : 11 November 2016 OD OS Visus 6/45 1/60 Pupil Normal Bulat dan reaktif terhadap cahaya Temuan pada Normal Ulkus hilang meninggalkan segmen anterior sequel pada kornea (makula kornea) RESUME Tn F, laki-laki, usia 33 tahun, datang ke Rumah Sakit Methodist Medan pada tanggal 17 Oktober 2016 dengan keluhan mata merah dan pandangan kabur. Keluhan diawali dengan mata merah sejak 3 hari yang lalu. Setelah muncul keluhan mata merah, pasien ke apotik dan pasien diberi obat tetes mata yang mengandung dexamethason, neomisin dan polimisin. Pasien meneteskan obat tetes tersebut setiap pasien merasa matanya pedih dan kering. Setelah 3 hari, pasien melihat adanya bercak putih pada matanya dan pandangan menjadi kabur. Pasien merupakan pengguna lensa kontak sejak 10 tahun yang lalu. Kebiasaan tidur dengan lensa kontak dan jarang membersihkan lensa kontak dijumpai. Riwayat berenang menggunakan lensa kontak tidak dijumpai. Riwayat trauma pada mata tidak dijumpai. Visus saat pasien datang ke klinik : mata kanan 6/45, mata kiri 1/300. Hasil evaluasi slit lamp ditemukan adanya kemerahan yang difus pada konjungtiva, ulcus cornea seluas (8mm x 6mm x 2mm). hipopion pada 1/3 anterior chamber. Kelopak mata atas dan bawah dalam keadaan normal. PEMBAHASAN • Pasien ini di diagnosis • Kejadian keratitis mikrobial Keratitis Mikrobial lebih banyak terjadi pada dikarenakan pengguna lensa kontak • Pada pengguna lensa kontak umumnya berhubungan dengan infeksi bakteri gram negatif yang paling sering pada pengguna lensa kontak adalah Pseudomonas dan Staphylococcus yang dapat dijumpai pada lensa kontak, tempat penyimpanan lensa kontak dan cairan pembersih lensa kontak. Dari anamnesis didapatkan Perubahan fisiologis terjadi pada kornea setelah pemakaian lensa pasien mengeluh mata kontak. Antaranya adalah kerusakan merah dan pandangan epitel, stroma, dan endotel serta kabur dimana Keluhan gangguan pada permukaan okular. Komplikasi yang muncul bisa dari diawali dengan mata merah ringan sehingga ke parah. Beberapa sejak 3 hari yang lalu. gejala awal yang sering dijumpai adalah red eye, tight lens syndrome, hipoksia dan keratitis mikroba. Red eye adalah merupakan, infiltrat pada kornea dan menyebabkan acute red eye. Tight lens syndrome terjadi apabila lensa kontak telah kering dan tidak melekap pada kornea dengan sebaiknya sehingga menekan kuat kornea. Keratitis dapat terjadi akibat Pemeriksaan pasien di dapatkan hipoksia, mikrotrauma, dan Visus saat pasien datang ke kontaminasi lensa kontak atau klinik : mata kanan 6/45, mata kontaminasi cairan lensa kontak. Risiko kiri 1/300. Hasil evaluasi slit keratitis semakin meningkat hingga 20 kali lipat pada penggunaan extended lamp ditemukan adanya yang meningkatkan hipoksia kornea. kemerahan yang difus pada Trauma mekanik pada epitel kornea konjungtiva, ulcus cornea seluas ditandai dengan erosi epitel pungtuata, (8mm x 6mm x 2mm). hipopion yang berhubungan dengan penggunaan pada 1/3 anterior chamber. lensa kontak hidrogel-silikon. Adanya kerusakan barrier epitel dapat menjadi Kelopak mata atas dan bawah faktor risiko serius untuk mengalami dalam keadaan normal. keratitis infeksi. Keratitis ini ditandai dengan infiltrat berwarna putih keabuan dengan infiltrasi yang dalam. Lesi satelit sebagai tanda spesifik mungkin dapat ditemukan, sedangkan hipopion cukup jarang ditemukan. Diagnosis dikonfirmasi melalui pemeriksaan mikrobiologi. Terapi Pengobatan yang diberikan adalah : Pada pasien diberikan pengobatan – antibiotik gatifloxacin 2 tetes / 2 jam antibiotik golongan fluorokuinolon yaitu – Artificial tears 2 tetes/ 2 jam obat tetes gatifloxacin dan ciprofloxacin diberikan selama 1 bulan. tablet. Berdasarkan penelitian sebelumnya, pemberian ciprofloxacin – Tablet ciprofloxacin 500 mg 2 kali dapat menurunkan koloni kuman sehari sejumlah 6,67 CFU menjadi 2,75 CFU – Tablet methylprednisolon 16 mg 2 dalam 10-20 jam post-infeksi. kali sehari selama 1 minggu. Ciprofloxacin merupakan antibiotik yang Methylprednisolone dilakukan paling sering diresepkan, diresepkan pada tapping off setelah 1 minggu kira-kira 90% pasien denga keratitis. Pada pemakaian. penelitian Shah, antibiotik gatifloxacin – Tropicamide 1% diberikan 2 kali memiliki minimum inhibitory sehari, selama 2 minggu. concentration yang lebih rendah – Acetazolamide 250mg , diberikan 2 dibandingkan fluorokuinolon generasi kali Sehari 1 tablet kedua. Bagian inhibitori pada DNA – Kalium L-aspartate 2 kali sehari 1 topoisomerase IV menurunkan tablet, diberikan selama 1 minggu. kemungkinan resistensi terhadap gatifloxacin. TERIMAKASIH