Kardio- Pernapasan
Diabetes Kanker Cedera PTM lain
vaskular Kronik
Indonesia 37 6 13 7 5 10
India 26 2 7 12 13 12
Thailand 29 4 17 11 9 12
Myanmar 25 3 11 11 9 11
Nepal 22 3 8 10 13 14
Sri Lanka 40 7 10 14 8 10
Bangladesh 17 3 10 9 11 18
Sumber: WHO, 2014
PERUBAHAN BEBAN PENYAKIT
• Tahun 1990: penyakit menular (ISPA, TB, Diare, dll) menjadi penyebab kematian & kesakitan
terbesar
• Sejak Tahun 2010: PTM menjadi penyebab terbesar kematian & kecacatan (stroke, kecelakaan,
jantung, kanker, diabetes)
• Tanpa upaya kuat, tren peningkatan PTM ke depan masih terjadi
Peringkat Tahun 1990 Tahun 2010 Tahun 2015
1 ISPA 1 Stroke 1 Stroke
2 Tuberkulosis 2 Tuberkulosis 2 Kecelakaan Lalin
3 Diare 3 Kecelakaan Lalin 3 Jantung Iskemik
4 Stroke 4 Diare 4 Kanker
5 Kecelakaan Lalin 5 Jantung Iskemik 5 Diabetes Melitus
6 Komplikasi Kelahiran 6 Diabetes Melitus 6 Tuberkulosis
PENCEGAHAN TERPADU
PTM DI FKTP
1. PENGERTIAN PTM DAN
FAKTOR RISIKONYA
PENGERTIAN ASMA
Asma adalah
gangguan inflamasi kronik jalan napas yang melibatkan
berbagai sel inflamasi dan elemennya yang berhubungan
dengan hiperreaktivitas bronkus sehingga menyebabkan
gejala episodik berulang berupa mengi, sesak, rasa berat
di dada dan batuk yang timbul terutama pada malam
atau dini hari yang bersifat reversible (dapat membaik)
dengan atau tanpa pengobatan.
• Partikel atau gas berbahaya yang utama adalah asap rokok. Gas
berbahaya lainnya adalah debu, bahan kimia di tempat kerja,
asap dapur. PPOK timbul pada usia pertengahan (di atas 40
tahun) akibat kebiasaan merokok dalam jangka waktu yang lama
Hyperinflation
Resting State
Normal COPD
Air is trapped
X
PL PL
V V
• Reduced recoil
• Increased airways resistance
Hubungan PPOK dengan Penyakit Penyerta (Komorbid)
dengan PENYAKIT
PENYERTA
(KOMORBID)
Kanker Paru
Faktor generik
Inflamasi (peradangan)
sistemik yang terjadi pada Inflamasi Paru
PPOK berkontribusi terhadap
penyakit-penyakit/gangguan Aktifitas
lain yang timbul bersamaan, Fisik
Hipoksia
yang dikenal dengan penyakit
penyerta (komorbiditas) pada
PPOK, yaitu penyakit jantung Inflamasi Sistemik
Kelemahan
iskemik (koroner), Otot Rangka Sitokin-sitokin
osteoporosis, glaukoma dan Kaheksia
Protein-protein Fase Akut
Depresi
katarak, kaheksia dan
malnutrisi, anemia, disfungsi Penyakit
otot perifer, dan sindrom Kardiovaskuler
Penyakit Tulang
metabolik Hipertensi, Penyakit Osteoporosis
Jantung Koroner,dll
Osteopenia
FAKTOR RISIKO
FAKTOR RISIKO ASMA
Faktor Lingkungan
T – Tanyakan
T – Telaah
T – Tolong dan nasehati
T – Tindak Lanjut
Layanan Upaya Berhenti Merokok
• Posbindu/Sekolah:
• Mendeteksi faktor risiko merokok
• Mengajak untuk berhenti merokok
• Merujuk ke FKTP untuk layanan UBM
Pencegahan tersier
ditujukan untuk mencegah
manifestasi asma pada anak
yang telah menunjukkan
manifestasi penyakit alergi
UPAYA PREVENTIF PADA PPOK
Pencegahan terjadinya eksaserbasi
agar dapat memperlambat progresifitas
menjadi semakin berat penyakitnya yang dapat
mempengaruhi aktivitas sehari-hari, menurunkan
status kesehatan, kemudian dapat
mengakibatkan perawatan Rumah Sakit dan
memperlambat kesembuhan.
3. DETEKSI DINI FAKTOR
RISIKO PTM
DETEKSI DINI PADA ASMA
1. Deteksi dini pada kelompok deteksi dini
Dibawah usia 3 tahun, bila ada gejala mengi, anak dengan
orang tua asma atau dermatitis atopi perlu dicurigai untuk
menderita asma dikemudian hari
Terdapat Tanyakan: Beratnya sesak napas (saat berjalan, naik tangga, berbicara atau
saat istirahat), bercak/batuk berdarah, nyeri dada, riwayat TB/Asma/PPOK,
Riwayat kekambuhan
Menggunaan otot bantu
pernapasan (otot leher, otot
perut)
yang jelas
Menderita HIV atau
Nyeri dada saat
APE < 50%
seperti sesak dan Gejala kronis Saturasi O2 (oximetry < 90%)
bernapas
Batuk darah
batuk, sehingga
membutuhkan APE >80% APE 50- 80%
Mengi
ada/ Suhu >38 ºC Edema Pemeriksaan
Asma/PPOK Asma /PPOK tidak Dengan/tanpa kedua lanjutan untuk TB
pemeriksaan lebih eksaserbasi
ringan
eksaserbasi
sedang
sama
sekali
(silent
nyeri
Dahak
berwarna
tungkai
(pitting
oedema)
atau kanker paru
lanjut chest)
Asma/
Alur Tatalaksana PPOK Infeksi saluran Kemungkina
napas bagian n gagal Jika TB, sesuai
Asma/PPOK berat
bawah sesuai jantung tatalaksanaTB
alur infeksi sesuai alur
saluran napas gagal jantung
Diagnosis Asma
2 9
2
Nilai ACT & Level Kontrol, sebagai berikut :
•Tidak Terkontrol = < 19
•Terkontrol = 20-24
•Terkontrol Penuh = 25
<19 Tidak terkon- Tingkatkan tahapan Cari faktor penyebab tidak terkontrol:
trol pengobatan sampai mencapai -Pengobatan yang digunakan
terkontrol -Cara menggunakan obat inhalasi
-Kepatuhan menggunakan obat pengontrol
-Kendala bila ada penyakit penyerta
-Upayakan mencapai terkontrol dengan mengatasi masalah diatas
-Tingkatkan tahapan pengobatan
a. Edukasi:
PENCETUS
Pencetus Serangan ASMA
Sangat bervariasi
Bersifat individual
Alergen
Perubahan cuaca
Makanan
Aktivitas berlebihan
Polusi udara
Infeksi saluran napas
Emosi yg berlebihan
Zat kimia/obat-obatan
TUNGAU (House dust mite)
Polusi Udara & Asap Rokok
Bulu binatang Jamur
Kecoa Debu
Tepung sari
• -agonist
• Inhaled steroid
• Xanthine
• LABA
• anticholinergic
Obat mana yang jadi pilihan:
Dapat diberikan jika anak tidak dalam keadaan sesak berat dan
tidak termasuk kelompok risiko tinggi, yaitu memiliki riwayat:
1. Serangan asma yang mengancam nyawa.
2. Intubasi karena serangan asma.
3. pneumotoraks atau pneumomediastinum.
4. Serangan asma berlangsung dalam waktu Iama.
5. Penggunaan steroid sistemik (saat ini atau baru berhenti).
6. Kunjungan ke unit gawat darurat (UGD) atau perawatan
rumah sakit karena asma dalam setahun terakhir.
7. Tidak teratur berobat sesuai rencana terapi.
8. Berkurangnya persepsi tentang sesak napas.
9. Penyakit psikiatrik atau masalah psikososial.
10. Alergi makanan.
Tata laksana di rumah
dilakukan oleh pasien (atau orang tuanya) sendiri di
rumah.
BabyhalerTM
Penggunaan MDIs dengan alat
bantu (spacer)
VolumaticTM
Pemberian obat via MDI + spacer
• Tujuan
untuk mencapai dan mempertahankan kendali asma serta
menjamin tercapainya tumbuh kembang anak secara optimal.
Anamnesis
•Gejala: batuk berdahak dan sesak nafas.
•Gejala berlangsung lama dan umum semakin memberat.
•Sesak nafas bertambah saat beraktivitas
•Ada riwayat merokok atau pajanan polusi
Pemeriksaan Fisis
•Pada PPOK ringan pemeriksaan fisis bisa normal
•Pada tahap lanjut dapat ditemukan tanda-tanda hiperinflasi
sebagai berikut: dada cembung, sela iga melebar, hipersonor,
suara nafas melemah, sianosis dan jari tabuh (clubbing finger).
Pemeriksaan penunjang:
•Penunjang standar (golden standard) untuk diagnosis PPOK
adalah pemeriksaan faal paru dengan menggunakan
spirometri. Pemeriksaan ini dapat meningkatkan temuan
kasus PPOK dua kali lipat dari pada hanya dengan penilaian klinis
berdasar gejala dan pemeriksaan fisis saja.
•Pemeriksaan faal paru dengan spirometri saat ini hanya
dilakukan di Rumah Sakit.
•Sebenarnya apabila pemeriksaan spirometri dapat dilaksanakan
di fasilitas kesehatan layanan primer maka temuan kasus PPOK
dapat terdeteksi lebih dini untuk derajat 1 dan 2.
•Namun apabila spirometri tersedia di fasilitas kesehatan tingkat
pertama maka petugasnya harus dilatih dan disertai
pemantauan/supervisi ahli yang berkesinambungan.
•Pemeriksaan penunjang tambahan: Foto toraks, EKG,
Laboratorium kimia darah.
Diagnosis Banding
• Asma,
• Bronkiektasis,
• TB paru yang luas,
• Sindrom pasca TB paru,
• Penyakit interstisial paru,
• Panbronkiolitis luas dan lainnya.
PPOK Asma
Usia onset penyakit Biasanya > 40 tahun Biasanya < 40 tahun
Riwayat merokok Biasanya > 200 indeks Umumnya tidak
brinkman (jumlah rata-rata merokok
batang rokok/ hari kali lama
merokok dalam tahun)
Produksi Sering Jarang
Sputum/berdahak
Alergi Jarang Jarang
• Spirometri
Normal
COPD
Umur
Tinggi badan
Jenis kelamin
Etnik
Hasil spirometri
•Normal
•Obstruksi
•Restriksi
•Kombinasi Obstruksi dan Restriksi
Uji Jalan 6 menit
• Latihan sederhana yang dapat mengakses
status fungsional penderita PPOK.
• Uji ini mengevaluasi secara global dan
terintegrasi respon paru, kardiovaskular, dan
sistem muskular yang mencerminkan
tingkatan dari kemampuan aktivitas fisik
sehari-hari.
Foto toraks
Apakah foto toraks
membantu?
Air trapping
PENATALAKSANAAN PPOK
Penanganan eksaserbasi
TUJUAN
PENATALAKSANAAN PPOK
Mencegah progresivitas penyakit
Menghilangkan gejala
Memperbaiki toleransi exercise
Memperbaiki status kesehatan
Mencegah dan mengobati komplikasi
Mencegah dan mengobati eksaserbasi
Mengurangi mortalitas
TUJUAN PENATALAKSANAAN
PPOK di Puskesmas
60 Symptoms
40 Disability Stopped smoking
at 45 (mild COPD)
20 Death Stopped smoking
at 65 (severe COPD)
0
20 30 40 50 60 70 80 90
Age (years)Courtesy of D. O’Donnell.
Adapted from Fletcher CM, Peto R. BMJ 1977
PENATALAKSANAAN PPOK
STABIL di Puskesmas
Obat-obatan
Edukasi
Nutrisi
Rehabilitasi
Rujukan ke spesialis paru/RS
PENATALAKSANAAN
PPOK STABIL
Pengobatan tergantung derajat berat
penyakit
Edukasi berperan, terutama berhenti
merokok (evidence A)
Obat-obatan berguna untuk mengurangi
gejala dan komplikasi
Bronkodilator obat utama dalam
penatalaksanaan (evidence A)
Bronkodilator diberikan untuk mencegah
atau mengurangi gejala
Bronkodilator utama agonis beta-2,
antikolinergik, teofilin atau kombinasi
obat tersebut (evidence A)
Kortikosteroid, gunakan dalam bentuk
inhalasi
OBAT-OBATAN LAIN
Vaksin
Mukolitik
Antioksidan
Antitusif
Training exercise bermanfaat
memperbaiki toleransi exercise, gejala
sesak dan kelelahan (evidence A)
Oksigen jangka panjang (> 15 jam/hari)
pada penderita gagal napas kronik
meningkatkan survival (evidence A)
Rehabilitasi
~ mengurangi gejala
~ memperbaiki kualiti hidup
~ meningkatkan kondisi fisik dan emosi
Rehabilitasi:
Latihan bernapas dengan pursed-lips
Latihan ekpektorasi
Latihan otot pernapasan dan ekstremitas
Pencegahan timbulnya PPOK
• Tidak merokok
• Berhenti merokok
• Hindari polusi yang mempengaruhi saluran
napas yang terus menerus
Jenis Obat-obatan yang digunakan untuk PPOK
Beta2-agonists
Short-acting beta2-agonists (SABA)
Long-acting beta2-agonists (LABA)
Anticholinergics
Short-acting anticholinergics (SAMA)
Long-acting anticholinergics (LAMA)
Combination short-acting beta2-agonists + anticholinergic in one inhaler
Methylxanthines
Inhaled corticosteroids
Combination long-acting beta2-agonists + corticosteroids in one inhaler
Systemic corticosteroids
Phosphodiesterase-4 inhibitors
Sumber : Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease- updated 2014
Rekomendasi Pilihan pertama
sesuai klasifikasi PPOK
Sumber :Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease- updated 2014
Pencegahan Progresivitas
• Berhenti merokok
• Mengobati PPOK stabil secara tepat
• Mencegah terjadinya eksaserbasi/infeksi
( semakin sering eksaserbasi, semakin cepat
progresifitasnya)
• Mengobati infeksi eksaserbasi akut dengan obat
yang tepat
• Rehabilitasi Medik
• Vaksinasi
Komplikasi
Komplikasi pada PPOK merupakan bentuk
perjalanan penyakit yang progresif dan tidak
sepenuhnya reversibel, diantaranya :
Gagal napas (gagal napas kronik, gagal napas akut pada
gagal napas kronik)
Gagal napas kronik ditandai dengan hasil analisis gas
darah PO2 < 60 mmHg, dan PCO2 > 60 mmHg, serta pH
normal.
Hipertensi pulmonal
PPOK yang ditandai oleh P pulmonal pada EKG,
hematokrit > 50% dapat disertai gagal jantung kanan.
Infeksi berulang / eksaserbasi
Melakukan Rujukan PPOK
Rujukan PPOK :
a.Rujukan klinis (untuk diagnosis dan terapi)
b.Rujukan balik
Tatalaksana PPOK eksaserbasi
• Bronkodilator kerja singkat
• Kortikosteroids
• Antibiotik
• Oksigen
Diberikan bila :
Terapi :
• Tingkatkan dosis dan atau frekuensi pemberian
bronkodilator jika memungkinkan dengan nebuliser.
• Jika tidak memungkinkan, antikolinergik dapat
ditambahkan sampai gejala membaik.
• Evaluasi dalam beberapa jam
• Bila tidak membaik dapat diberikan kortikosteroid
oral dan antibiotik bila ada tanda infeksi.
• Setelah 2 hari tidak ada perbaikan dan terjadi
perburukan harus dirujuk ke rumah sakit
Tatalaksana PPOK eksaserbasi
di Puskesmas
Untuk serangan berat
Obat diberikan IV utk kemudian dirujuk ke RS setelah
kondisi darurat nya teratasi
SERANGAN
produksi sputum/dahak yang bertambah, perubahan
warna sputum (kuning, kehijauan atau purulen)
PPOK
EKSASERBASI Eksaserbasi ringan
(terdapat 1 gejala
disertai keluhan lain
Eksaserbasi sedang
(terdapat 2 dari 3 gejala
diatas)
Eksaserbasi berat
(memiliki 3 gejala diatas)
SERANGAN
PPOK
EKSASERBASI
Respon baik Respon buruk: jika APE menurun,
atau turun kesadaran, atau sesak
APE meningkat, frekuensi napas yang memberat
napas berkurang (normal < Rujuk segera
20 x/menit)
Tidak ada respon setelah 2 jam
Diperbolehkan pulang: nilai dalam pengobatan dengan salbutamol
ulang dalam 1 minggu Rujuk
Nilai gejala (sesak napas, mengi) dan tanda (frekuensi napas, pemeriksaan
paru, pulse oxymetri)
Jika tidak ada perubahan, tatalaksana sebagai eksaserbasi sedang/berat (lihat
di atas), jika tidak ada respon terhadap pengobatan Rujuk
Jika respon baik, lanjutkan pengobatan jangka panjang dan follow up
Indikasi Perawatan
Peningkatan intensitas gejala, spt masih
sesak saat istirahat
PPOK derajat berat
Onset tanda klinis baru (sianosis, edema
perifer)
Gagal respons dengan terapi awal
Terdapatnya komorbid yang serius
Eksaserbasi yang sering/berulang
Usia lanjut
Tidak tersedia perawatan di rumah
© 2013 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease
RUJUKAN
Tujuan rujuk dan rujuk balik PPOK:
Menilai faal paru dan derajat berat PPOK melalui
rujukan rutin
Menegakkan diagnosis dan optimalisasi terapi dg
meninjau ulang tingkat keparahan obstruksi saluran
napas
Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas pasien
PPOK yg memenuhi kriteria perawatan intensif di FKTL
melalui rujukan urgent dan emergency
Memberikan kemudahan, efisiensi dan pelayanan
berkelanjutan yg komprehensif dlm jangka panjang bagi
pasien PPOK melalui rujuk balik
Diakses dari portal web PPTM:
www.pptm.depkes.go.id (online)
l am
Sa
Terima kasih