Anda di halaman 1dari 46

RTH SEBAGAI INDIKATOR

PENILAIAN PROGRAM
BANGUN PRAJA

Oleh:
Dr. Ir. Ning Purnomohadi, MS
Ir. Nirwono Joga, MLA

1
1 : PENDAHULUAN (1)
 Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Pembangunan Berkelanjutan :
Integrasi PLH di Indonesia di mulai tahun 1970-an
1978, Kantor KLH dibentuk (PPLH)
 1982: UU No.4, tentang PLH  No 23/97
 1990: UU No.4, tentang Konservasi SDA Hayati &
Ekosistemnya
 1990: Kapasitas PLH ditingkatkan baik di Pusat
maupun di Daerah
 1992: UU No 24, tentang Penataan Ruang

2
PENDAHULUAN (2)
 Pembukaan UUD 45 : amanat untuk melestarikan LH
di Indonesia, demi kesejahteraan bangsa
 Kenyataan : masalah LH cenderung meningkat, alami
& antropo-sentris, bencana kekeringan & banjir 
kemampuan DDL menurun
 Abaikan pengambilan keputusan :
- Kebijakan politik tak ada dukungan (sense of environment),
- Kekuatan politik kelas menengah (pejuang/pelestari lingkungan)
lemah
- Potensi konflik tinggi,
- Kurun waktu yang lama: kegiatan penyebab  dampak,
- Biaya pemulihan lingkungan mahal,
- Pemahaman masyarakat ‘belum sampai’

3
4 hal mutlak dilakukan:
1. Pelestarian lingkungan sangat perlu dukungan
kekuatan politik primer
2. Masyarakat perlu menuntut hak LH yang baik &
sehat
3. Mekanisme demokrasi efektif  terbentuk
pemerintahan yang peka terhadap tuntutan
masyarakat
4. Kemampuan kepemerintahan (pusat & daerah),
yang baik (good governance)

4
Upaya PLH melalui
Peningkatan GG
 Peningkatan efektivitas pelestarian lingkungan
• Daerah harus mampu :
- mendayagunakan kemampuan
- memobilisasi dukungan segenap segmen
masyarakat
- menyusun rencana konkrit penerapan OTDA (UU
No. 22/1999, tentang Pemerintahan Daerah)
 Perkembangan demokrasi & tuntutan persamaan
hak, pola baru hubungan pemerintah – masyarakat,
hubungan penyelenggaraan negara, wilayah, dan
daerah berbasis kemiteraan (governance).
5
Arti governance (UNDP)
“upaya otoritas ekonomi, politik, dan administratif
untuk mengelola urusan negara, pada semua
tataran yang meliputi mekanisme, proses, dan
kelembagaan, di mana masyarakat dapat
menyalurkan aspirasinya, mengupayakan hak
legalnya, memenuhi kewajibannya dan
menjembatani berbagai perbedaan.”

6
GG perlu 6 pra-syarat (ICEL)
1. Lembaga perwakilan yang mampu menjalankan
fungsi sebagai legislator dan kontrol efektif;
2. Peradilan yang independen (mandiri, bersih, dan
profesional);
3. Aparatur pemerintah yang profesional dan
memiliki integritas;
4. Desentralisasi yang demokratis;
5. Masyarakat sipil yang kuat, sehingga mampu
melaksanakan fungsi kontrol publik yang efektif;
dan
6. Mekanisme resolusi konflik yang efektif.

7
Good Environmental
Governance (GEG)
 Pengelolaan dan pelestarian LH efektif perlu
kepemimpinan yang baik (GG)  paradigma baru:
‘Tata Praja Lingkungan’ (GEG)
 OTDA  kewenangan Pemda untuk tetapkan &
laksanakan kebijaksanaan berdasar aspirasi
masyarakat
 Dilematika bagi Pemda di era OTDA: Tuntutan
pembangunan berkelanjutan, berwawasan lingkungan
di satu sisi, dan sisi lain tekanan peningkatan PAD
 Pembangunan kurang mempertimbangkan
pelestarian lingkungan secara memadai, sedang
peningkatan PAD memicu terjadinya eksploitasi SDA
dan lingkungan

8
Win-win Solution

 Cari suatu titik temu yang dapat memuaskan


semua kepentingan

 Salah satu: melalui pengembangan komitmen


pusat dan daerah, dilandasi kemauan
bekerjasama guna pencapaian tujuan bersama

. Bangun Praja : Program Strategis KLH dalam


Pencapaian Tata Praja Lingkungan (2002).

9
ERA OTDA
 Perlu pembinaan, fasilitas teknis-praktis &
pengawasan

 Pencapaian Tata Praja Lingkungan (GEG) sangat


tergantung pada kapasitas dan kinerja
kelembagaan LH-nya

 Deputi II KLH: bertugas di bidang peningkatan


kapasitas pengelolaan lingkungan hidup
kewilayahan

 Mitra kerja Deputi II KLH: Pemda Kota dan


Kabupaten
10
Tujuan Program Bangun Praja
(salah satu program kerja KLH):
 Bantu PEMDA (Kota dan Kabupaten) tingkatkan
kemampuan PLH di daerahnya, sehingga dicapai Tata
Praja Lingkungan.
 Dorong & dukung PEMDA laksanakan
kepemerintahan bidang LH yang baik.
 Tingkatkan kinerja pemerintah: mendayagunakan
semua pihak yang pemangku kepentingan
(stakeholders).
 Pemanfaatan SDA yang berimbang

11
Program Bangun Praja
 Dicanangkan, 5 Juni 2002 di Denpasar,Bali
 Libatkan 59 kota dan Kabupaten (sukarela)
 Suatu program berlanjut, referensi buku-buku program
 Di tahun-tahun mendatang perlu dikembangkan fokus
kegiatan dan keterlibatan kota dan kabupaten
 Perlu evaluasi untuk penyempurnaan perangkat
 Perlu masukan berbagai pihak

12
2 : MASALAH, TANTANGAN
DAN PELUANG
2.1. Masalah:
 Mandat pelestarian fungsi LH secara khusus (diawali 1978)
 KLH lanjutkan mandat, berfungsi: susun kebijakan pelestarian
lingkungan dan mengkoordinasikan pelaksanaan
 Awalnya masalah LH yang mendesak, diselesaikan melalui
pendekatan “advocacy”
 10 tahun kemudian, ditingkatkan pada tahap “accountability” atau
(pertanggungjawaban)
 Dibentuk Badan Pengendalian Lingkungan (BAPEDAL)
 Dilanjutkan BAPEDAL Regional dan Daerah (BAPEDALDA) yang
merupakan peningkatan status dari Biro LH – yang laksanakan
fungsi staf - pada SEKDA Propinsi

13
MASALAH, TANTANGAN DAN PELUANG
 Keberadaan lembaga-lembaga dirasa masih kurang efektif
 Isu pelestarian LH:
- isu pinggiran, belum masuk dalam arus utama pembangunan
 Pengambilan keputusan masih belum berpihak pada isu LH
 Kapasitas kelembagaan masih kurang memadai
 Sebagian besar anggota legislatif masih kurang memahami
pertimbangan LH
 Kesadaran masyarakat telah tumbuh, tapi masih kurang pro-aktif
untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan politik
 Dunia global memberikan dukungan sekaligus kritik terhadap
perbaikan kualitas SDA Indonesia
 Tiga dasa warsa terakhir, permasalahan LH cenderung meningkat

14
2 Kelompok Masalah LH (1)
1. Masalah Lingkungan :

- Penurunan kualitas dan kuantitas air,


- Penurunan kualitas udara, terutama di kota-kota
besar,
- Kerusakan pesisir dan laut (kualitas air, terumbu
karang, mangrove, padang lamun, dsb),
- Penurunan kualitas LH perkotaan (sampah,
hilangnya RTH dan jalur hijau, fasilitas publik lain),
- Kerusakan lingkungan fisik (penebangan hutan,
kerusakan akibat penambangan, erosi,
sedimentasi)

15
2 Kelompok Masalah LH (2)
2. Masalah Manajemen :

- Kurangnya dana

- Tidak lengkapnya peraturan & sanksinya

- Kurang memadainya kelembagaan yang


menangani masalah LH

- Kurangnya kapasitas SDM

16
 Dari sudut pandang governance, semakin buruknya kondisi SDA
disebabkan oleh keputusan politik selama ini
 Demokratisasi memiliki dampak samping munculnya eforia
kebebasan, temasuk dalam pemanfaatan SDA
 Beragam bencana alam terjadi karena pembangunan tak
terkendali
 OTDA memperlihatkan tarik-menarik antara kepentingan untuk
naikkan PAD dan pelestarian lingkungan
 Kekuatan politik untuk mencegah kemerosotan kualitas
lingkungan, semakin rapuh
 Faktor lain:
- lemahnya tindakan penegakan hukum
- krisis moneter sejak 1997, berkembang menjadi krisis multi-
dimensi
- penurunan efektivitas pemerintah dalam penyelenggaraan
pemerintahan, termasuk di bidang pelestarian LH

17
2.2. Tantangan
(WSSD Jo’burg Aug 26 – Sep 4, 2002) - 1
 Deklarasi Johannesburg:
“Pembangunan berkelanjutan memerlukan perspektif
jangka panjang dan partisipasi luas dalam perumusan
kebijakan, pengambilan keputusan dan pelaksanaan
di segala lapangan, dari semua kelompok utama
termasuk perempuan, penduduk adat, sektor swasta.”

 Governance di segala tingkat perlu diperkuat untuk


pelaksanaan efektif Agenda 21 (Keputusan KTT Bumi
Rio, 1992), Sasaran Pembangunan Millenium yang
disepakati Kepala Pemerintahan di PBB, 2000, dan
Rencana Implementasi Johannesburg.
18
2.2. Tantangan
(WSSD Jo’burg Aug 26 – Sep 4, 2002) - 2

 Sebagai negara peserta, Indonesia terikat untuk


melaksanakan keputusan tersebut
 Disepakati 10 (sepuluh) prinsip Tata Pemerintahan
yang baik, dihasilkan, oleh APEKSI (Kota), ADEKSI
(DPRD-Kota), APKASI (Kabupaten), ADKASI (DPRD-
Kabupaten).
 Penerapan prinsip tersebut didukung secara nasional
oleh Dep. DN, secara internasional oleh UNDP dan
UN-Habitat
 10 prinsip tersebut telah mulai diterapkan oleh 20 kota

19
10 Prinsip Tata Pemerintahan :
1. Pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan &
pembangunan dengan melibatkan swasta dan masyarakat
luas,
2. Kesetaraan: beri peluang sama bagi setiap anggota
masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan,
3. Daya tanggap: tingkatkan kepekaan para penyelenggara
pemerintah terhadap aspirasi masyarakat, tanpa kecuali,
4. Penegakan hukum yang adil bagi semua pihak tanpa
pengecualian, menjunjung tinggi HAM dan memperhatikan
nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat,
5. Profesionalisme: tingkatkan kemampuan dan moral
penyelenggara pemerintahan, agar mampu memberi
pelayanan yang mudah, cepat, tepat dengan biaya terjangkau
6. Akuntabilitas para pengambil keputusan dalam segala
bidang yang menyangkut kepentingan masyarakat luas

20
7. Efisien & efektif: jamin terselenggaranya pelayanan
kepada masyarakat dengan menggunakan SD yang
tersedia secara optimal dan bertanggungjawab,
8. Partisipasi: dorong setiap warga untuk menggunakan
hak menyampaikan pendapat dalam proses
pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan
masyarakat, baik secara langsung maupun tidak,
9. Wawasan ke depan: bangun daerah berdasarkan visi
dan strategi yang jelas, serta ikutsertakan warga dalam
seluruh proses pembangunan, sehingga warga merasa
memiliki dan ikut bertanggungjawab bagi kemajuan
daerahnya,
10. Transparansi: kepercayaan timbal-balik antara
pemerintah - masyarakat, melalui penyediaan
informasi dan menjamin kemudahan dalam
memperoleh informasi akurat dan memadai.

21
2.3. Peluang
 UU No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota memiliki kewenangan besar
mengatur wilayahnya sendiri di berbagai sektor/bidang.
 PLH, meliputi: perencanaan, pelestarian, pengendalian
 Tugas KLH: merumuskan kebijakan koordinasi di
bidang PLH dan pengendalian dampak lingkungan,
sesuai KEPPRES Nomor 2 Tahun 2002 tentang:
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan
Organisasi, dan Tata Kerja Menteri Negara.
 Kedua Peraturan Perundang-undangan tersebut
menunjukkan secara jelas relevansi hubungan kerja
antar KLH dan Pemerintah Kota/Kabupaten bidang
PLH

22
3 : MAKSUD, TUJUAN DAN
SASARAN
Maksud :
- Membantu Pemerintah Daerah meningkatkan kemampuannya
- Mendayagunakan semua pihak
- Memanfaatkan SDA secar berimbang, berkelanjutan, dan
berwawasan lingkungan
Tujuan :
- Mendorong PEMDA melaksanakan Tata Praja Lingkungan
- Meningkatkan kinerja pemerintah
Sasaran :
1. Pemerintahan yang baik (good gvernance);

2. Lingkungan yang baik (good environment)

23
Tujuan Program Bangun Praja

Stake Holders

Program Masyarakat
Warga
Madani
DPRD

Pemerintahan yang baik


Tata Praja
Lingkungan (Good Governance)
Program PEMDA
Bangun Praja (Good Envi.
Gov.) Lingkungan yang baik
(god environment)

24
S T R A T E G I (1)
Unsur-unsur Program Bangun Praja :

1. Motivasi kepala Daerah;


2. Kompetensi dan komitmen pinpinan;
3. Efektivitas institusi (kelembagaan);
4. Kapasitas dan kemampuan SDM;
5. Ada kebijakan yang mendukung;
6. Ada sistem pertanggungjawaban yang jelas;
7. Ketersediaan dana.

25
S T R A T E G I (2)
1. Motivasi melalui insentif, misal: Inpres PEDAL dan
Bantuan Teknis,
2. Akuntabilitas, semua keberhasilan harus bisa diukur
dan harus ada target,
3. Kompetisi dalam cluster yang ditetapkan berdasar
keterkaitan ekosistem, SDA, ekonomi, dan
pertumbuhan daerah,
4. Pendekatan “local specific”

26
4 : ARAH KEBIJAKAN
 Dorong terwujudnya GEG di kalangan Pemerintah
Kab / Kota.
 Prinsip pemerintahan tata praja yang baik :
1. Transparansi
2. Partisipasi seluruh stakeholder
3. Tanggungjawab/akuntabilitas
4. Efisien dan efektif
-------------------------------------------------------------------------------------------
Inti TPL: penguatan sistem koprdinasi, meliputi :
1. Mekanisme yang menjamin semua pihak untuk secara
demokratis dapat menyampaikan suaranya,
2. Menjamin ada prosedur yang transparan dan adil,
3. Adanya standar dan kriteria
27
Sistem koordinasi menunjukkan :
1.Perimbangan kewenangan antar instansi,

2.Hasil akhir: kinerja yang tinggi dan efektivitas


pemerintahan dengan kapasitas yang tinggi di tingkat
lokal

Tolok ukur pembangunan berkelanjutan berwawasan


lingkungan :
1. Perlambatan laju perusakan & pencemaran lingkungan

2. Pembalikan arah kecenderungan menuju perbaikan


kualitas lingkungan
3. Peningkatan kualitas lingkungan yang telah pulih dari
kerusakan & pencemaran lingkungan

28
Keberhasilan pelestarian lingkungan didahului pra-
syarat:

1. Terbentuknya kekuatan politik yang kuat dan luas


untuk mendukung dimasukkannya pertimbangan
lingkungan dalam setiap tahapan pembangunan;

2. Terwujudnya aspirasi pelestarian lingkungan dan SDA


dalam semua segmen masyarakat

3. Terciptanya mekanisme yang efektif, untuk


menyalurkan aspirasi tersebut di atas

29
Efektivitas mekanisme pelestarian lingkungan di
tingkat daerah (lokal) sangat tergantung pada 3
aktor utama:

1. Masyarakat yang sadar lingkungan dan mempunyai


keberdayaan dalam berperan serta ketika
pengambilan keputusan untuk kepentingan umum
serta mendapatkan informasi yang benar dan
mutakhir
2. DPRD yang peka dan paham akan aspirasi
masarakat di bidang pelestarian lingkungan;
3. Pemerintah Daerah yang aspiratif dan mampu
menuangkannya dalam bentuk program
pembangunan berwawasan lingkungan

30
5 : KOMPONEN GOVERNANCE
Demand

MASYARAKAT DPRD PEMDA

Pelayanan

Kebutuhan Good Governance

Program
Program
BANGUN
WARGA
PRAJA
MADANI
31
 LH merupakan suatu kesatuan ruang yang
permasalahannya banyak bersifat lintas batas administratif,
dan pengelolaannya harus dalam keharmonisan antar
Kota/Kabupaten
 ProgramTata Praja Lingkungan:
1. Program Bangun Praja
2. Program Warga Madani
 Keberhasilan program ditentukan oleh komitmen dan
partisipasi:
1. Pemerintah kota,
2. Kabupaten,
3. Propinsi,
4. Masyarakat umum,
5. Kelompok masyarakat,
6. Swasta,
7. DPRD
32
PROGRAM WARGA BANGUN
MADANI PRAJA

TUJUAN COMMUNITY CAPACITY


EMPOWERMENT
BUILDING

MASYARAKAT
TARGET  DPRD
PEMDA
GROUP  BISNIS SWASTA

 LSM
 PROVINSI
 KABUPATEN
 PT  KOTA
 Dsb

33
6 : PROGRAM
Mewujudkan Tata Praja lingkungan di Indonesia
melalui Peningkatan Kapasitas PEMDA
(merupakan daya tanggap dan inovasi PEMDA).

 Aspek-aspek PEMDA, (hal-hal struktural):


1. Institusi atau keseimbangan
2. Manajemen / Sistem dan Prosedur
3. SDM (menyangkut profesionalisme)
 Aspek-aspek bersifat dinamik:
4. Program
5. Kebijakan

34
Penguatan Sistem Koordinasi, sebagai inti
Program Bangun Praja

Program Bangun Praja membantu PEMDA


dalam meningkatkan kemampuannya dalam
pengelolaan LH didaerahnya daerah dapat
mendayagunakan semua pihak yang
berkepentingan (stakeholders)

35
7 : KEGIATAN
Fokus Kegiatan Bangun Praja Tahun 2002-2003
a. Pengelolaan sampah
b. Pengelolaan RTH
c. Pengelolaan fasilitas publik
d. Pengendalian pencemaran air

 Kegiatan di atas perlu pemantauan awal untuk


menyusun baseline data, melalui penyerahan daftar
isian berisi indikator kinerja pengelolaan lingkungan.

 Pengumpulan data juga dilakukan staf KLH di lapangan


untuk memantau kondisi fisik Kota dan Kabupaten

36
Data diolah KLH di-update setiap tahun, penyajian hasil
baseline data melalui profil Kota dan Kabupaten acara
ekspose

– Hasil baseline study kelemahan dan keunggulan


daerah merancang kebjakan dan program untuk
meningkatkan kapasitas daerah

– Program daerah dapat bersifat :


1. Umum (energic program), berlaku untuk semua
(beberapa daerah)
2. Khusus (tailor made), berlaku untuk daerah
tertentu

37
ISU UTAMA PERKOTAAN EVALUASI
• Sampah
(INDIKATOR)
• Pencemaran Air
• Ruang Terbuka Hijau
• Fasilitas Publik

KINERJA

KOTA,
Kabupaten
PENINGKATAN
KAPASITAS

38
TAHAPAN (1)
Tahap I : Tahap Persiapan, kegiatan :
a) Penyusunan konsep Program Bangun Praja, Pedoman
UMum dan Pedoman Pemantauan dan Evaluasi
b) Perumusan sistem pemantauan dan evaluasi: kriteria
dan indikator yang digunakan untuk mengetahui sejauh
mana daerah peserta telah melaksanakan Tata Praja
Lingkugan
c) Penetapan daerah yang akan dipantau dan dievaluasi
(daerah peserta program) berdasarkan kriteria:
- kota metropolitan dan kota besar
- ibukota propinsi
- kesediaan atau komitmen mereka untuk mengkuti
program

39
Tahap I : Tahap Persiapan, kegiatan :
d) Melakukan baseline study Kota/Kabupaten peserta,
sampaikan hasil baseline study pada forum ekspose
e) Melaksanakan pemantauan lanjutan setiap 4 bulan,
untuk mengetahui tingkat kinerja Kota/Kabupaten
f) Melakukan evaluasi kondisi dan permasalahan
lingkungan Kota dan Kabupaten, untuk memperoleh
gambaran mengenai isu lingkungan strategis, dan
kapasitas PLH daerah dalam menangani isu
lingkungan tersebut
g) Isu-isu dievaluasi untuk Tahun I : yaitu :
- Pengelolaan sampah
- Pengendalian pencemaran air
- Pengelolaan RTH (temasuk keteduhan)
- Pengelolaan fasilitas publik

40
Tahap II
 Dilaksanakan pada Kota dan Kabupaten peserta

 Difokuskan pada isu-isu dalam Tahap I ditambah isu lain,


seperti :
1. Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pantai
2. Pelaksanaan AMDAL
3. Penerapan Tata Ruang
Tahap III
 Evaluasi dilakukan dalam cluster untuk menciptakan kompetisi
dan keterkaitan yang lebih erat antar daerah
 Evaluasi difokuskan seperti Tahap I dan II ditambah dengan
isu-isu :
1. Pengendalian Pencemaran Udara
2. Pengelolaan Limbah Padat dan B3
3. Pengendalian Kerusakan Lingkungan
Tahap Lanjutan & Tahap Berikutnya
 evaluasi pengelolaan LH secara holistik, di daerah

41
8 : Mekanisme Pemantauan
& Evaluasi
 Inti pelaksanaan Program Bangun Praja : Pemantauan
dan evaluasi terhadap aspek institusi, manajemen, daya
tanggap, fisik dan inovasi yang dilakukan oleh Pemerintah
Kota/Kabupaten, berdasarkan kriteria dan indikator yang
telah ditetapkan,
 Pemantauan dan evaluasi mencerminkan kinerja PLH
dalam menerapkan Tata Praja Lingkungan,
 Tahap awal pemantauan dan evaluasi:
– Kinerja pengelolaan sampah
– Pengendalian kualitas air
– Ruang Terbuka Hijau
– Pengelolaan fasilitas publik,
42
 Tahap selanjutnya, fokus akan dikembangkan secara
terencana, PLH secara menyeluruh, terwujudnya:
liveable environment,

 Pemetaan kondisi dan permasalahan lingkungan


(mapping) dilakukan terhadap daerah yang belum
berpartisipasi untuk:
1. Mengetahui isu lingkungan straes dan kapasitas
kelembagaan dalam menangani isu tersebut
2. Menetapkan kebijakan dan program spesifik
pengelolaan lingkungan dan pengendalian dampak
lingkungan
Tim Pemantauan dan Evaluasi Tahap I dan II terdiri dari:
- Staf KLH
- Pihak-pihak lain yang terkait

43
Pemetaan kondisi dan permasalahan lingkungan
(mapping) dilakukan terhadap daerah yang belum
berpartisipasi untuk :
1. Mengetahui isu lingkungan straes dan kapasitas
kelembagaan dalam menangani isu tersebut
2. Menetapkan kebijakan dan program spesifik
pengelolaan lingkungan dan pengendalian dampak
lingkungan
Tim Pemantauan dan Evaluasi Tahap I dan II terdiri dari:
- Staf KLH
- Pihak-pihak lain yang terkait
KLH melaksanakan baseline study, selanjutnya evaluasi
dilakukan oleh Dewan Evaluasi Kota (DEK)

44
Mekanisme Pematauan dan Evaluasi

DEK 7
1 Tim 2
WAKIL PUSAT MENLH Presiden
Lapangan Evaluasi
WAKIL DAERAH 6 5

DPN
3

45
Institusi yang Terlibat :

• KLH
• PEMDA Kota dan Kabupaten, selaku
peserta program
• Dewan Evaluasi Kota (DEK) terdiri dari
Wakil Pusat dan Wakil Daerah
• Dewan Pertimbangan Nasional (DPN)

46

Anda mungkin juga menyukai