Anda di halaman 1dari 15

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR

DEMAM
BERDARAH
DENGUE (DBD)
DOSEN PEMBIMBING : MAHMUDAH, SKM., M.KES
DISUSUN OLEH :
SULLAM HAYATI NUR (17070058)
NOOR ELISA (17070072)
HELDAWATI (17070079)
HANANDA EMAYANTI (17070111)
MUTIA ISNAINI (17070125)
SITI NORBAYAH (17070136)

2
APA ITU DBD ??


Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang ditularkan oleh
nyamuk Aedes aegypti. Penyakit demam berdarah meningkat pada musim
hujan karena pada saat musim hujan terdapat banyak genangan air yang
dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk. Penyakit demam berdarah
banyak ditemui pada lingkungan yang padat penduduk. Semakin padat
penduduk maka semakin mudah penularan penyakit demam berdarah sebab
nyamuk Aedes aegypti hanya dapat terbang sejauh kurang lebih seratus
meter.

3
Demama berdarah dangue adalah penyakit infeksi akut yang sering muncul dengan gejala sakit
kepala, sakit pada tulang, sendi dan otot, serta ruam merah pada kulit. DBD ditandai dengan 4
manifestasi klinik utama, yaitu demam tinggi, pendarahan, pembengkakakan hati, dan beberapa
kasus yang parah terjadi kegagalan sirkulasi darah.

4
PAT O F I S I O L O G I D B D

Patofisiologi utama DBD adalah kebocoran Situasi ini mengkibatkan hemokonsentasi, tekanan
plasma yang disebabkan dalam ruang nadi rendah, dan tanda-tanda lain dari syok.
ekstravasekuler. Jika tidak ditangani dengan Perubahan kedua adalah gangguan yang
benar sering terjadi komplikasi lebih parah mencangkup perubahan dalam hemostatis vasculer,
sampai kematian. Ada dua perubahan trombositopenia dan koagulopati. Kerusakan
patofisiologi utama yang terjadi pada DBD. trombosit dalam fase akut DBD dapat habis. Oleh
Pertama adalah peningkatan permeabilitas karena itu, meskipun jumlah trombosit lebih dari
pembuluh darah yang meningkatkan hilangnya 100.000/mm3, waktu pendarahan masih dapat
plasma dari kompertemen vascular. memanjang.
5
KLASIFIKASI DBD

Pada 2009,(WHO) mengklasifikasikan, atau


membagi, demam dengue ke dalam dua jenis:
tanpa komplikasi dan parah. Sebelum ini,
pada 1997, WHO telah membagi penyakit
tersebut ke dalam demam yang tidak
terdiferensiasi (tidak dapat digolongkan),
demam dengue dan demam berdarah.
Meskipun klasifikasi dengue telah diubah
secara resmi, klasifikasi lama tersebut masih
sering digunakan. 6
Dalam sistem lama WHO untuk klasifikasi, demam berdarah dibagi ke
dalam empat fase ;
 Pada Tingkat I, pasien menderita demam. Dia mudah melebam
atau memiliki hasil tes tourniquet yang positif.
 Pada Tingkat II, pasien mengeluarkan darah melalui kulit dan
bagian lain tubuhnya.
 Pada Tingkat III, pasien menunjukkan tanda-tanda renjatan
sirkulasi.
 Pada Tingkat IV, pasien mengalami renjatan yang sangat parah
sehingga tekanan darah dan detak jantungnya tidak dapat dirasakan.
Tingkat III dan IV disebut "sindrom renjatan dengue."
7
R I W AYAT A L A M I A H P E N YA K I T D B D

Tahap prepatogenesis Tahap patogenesis Tahap pasca patogenesis

Tahap ini individu ▰ Tahap inkubasi: Tahap akhir yaitu


berada dalam keadaan masuknya bibit berakhirnya perjalanan
normal / sehat tetapi penyakit ke dalam penyakit yang dapat berada
telah terjadi interaksi tubuh dalam pilihan keadaan, yaitu
antara penjamu dengan ▰ Tahap dini: sembuh sempurna, sembuh
bibit penyakit. munculnya gejala dengan cacat, karier,
Interaksi ini masih penyakit penyakit berlangsung secara
terjadi di luar tubuh kronik, atau berakhir dengan
▰ Tahap lanjut: penyakit
kematian. 
bertambah jelas 8
PENCEGAHAN SESUAI DENGAN KONSEP FIVE
LEVEL OF PREVENTION

1. Primordial prevention (Health Promotion)


Kebijakan pemerintah tentang memasuki masa pancaroba. Perhatikan kebersihan lingkungan
tempat tinggal dan melakukan 3M, yaitu Menguras bak mandi, Menutup wadah yang dapat
menampung air, dan Mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang perkembangan
jentik-jentik nyamuk.
2. Primary prevention (Specific Protection)
▰ Melakukan kebiasaan baik, seperti makan-makanan bergiji, olahraga rutin, dan istirahat yang
cukup (meningkatkan daya tahan tubuh).
▰ Fogging atau pengasapan hanya akan mematikan nyamuk dewasa, sedangkan bubuk abate akan
mematikan jentik pada air. Keduanya harus dilakukan untuk memutuskan rantai
perkembangbiakan nyamuk.
▰ Memperbaiki kondisi lingkungan seperti membersihkan halaman rumah setiap hari.
9
3. Secondary Prevention (fase Klinis)
Fase klinis dari demam berdarah dengue ditandai dengan badan yang mengalami gejala demam dengan suhu
tinggi antara 39 sampai 40 derajat celcius. Akibat pertempuran antara antibodi dan virus dengue terjadi
penurunan kadar trombosit dan bocornya pembuluh darah sehingga membuat plasma darah mengalir ke luar.
Manifestasi klinis DBD sangat bervariasi, WHO (1975) dalam Rampengan (2008) membagi menjadi 4 derajat,
yaitu:
▰ Derajat I : Demam mendadak 2-7 hari disertai gejala yang tidak khas dan satu-satunya manifestasi
perdarahan adalah uji tourniquet positif.
▰ Derajat II : Gejala derajat I, disertai dengan gejala perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lain.
▰ Derajat III : Derajat II disertai dengan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi
menyempit (< 20 mmHg), atau hipotensi (sistolis ≤ 80 mmHg) disertai kulit yang dingin, lembab, dan
penderita gelisah.
▰ Derajat IV : Derajat III ditambah syok berat dengan nadi yang tak teraba dan tekanan darah yang tak
terukur, dapat disertai dengan penurunan kesadaran, sianosis dan asidosis.
10
4. Tertiary Prevention (fase penyambuhan, kecacatan, atau kematian)
Pemeriksaan Laboratorium :

 Kriteria untuk diagnosa laboratorium: pada pemeriksaan laboratarium (darah) hari ke 3-7 terjadi penurunan
trombosit dibawah 100.000/mm3 (trombositopeni), terjadi peningkatan nilai Hematokrit diatas 20% dari nilai
normal

 Fokus pengobatan pada penderita penyakit DBD adalah:


a. Mengatasi pendarahan, mencegah atau mengatasi keadaan syok/persyok, yaitu dengan mengusahakan agar
penderita banyak minum sekitar 1,5 sampai 2 liter air dalam 24 jam (air teh dan gula, sirup atau susu)
b. Penambahan cairan tubuh melalui infus (intervena) mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi dan
hemokonsentrasi yang berlebihan.
c. Transfusi platelet (trombosit) dilakukan jika jumlah platelet menurun drastis.
d. Pemberian obat-obatan terhadap keluhan yang timbul, misalnya: paracetamol membantu menurunkan demam,
Garamelektrolit (oralit) jika disertai diare dan Eksra Daun jambu Biji bisa mengatasi DBD.
e. Antibiotik berguna untuk mencegah infeksi sekunder
11
5. Rehabilitasi
Rehabilitasi pada penderita DBD yang mengalami kelumpuhan saraf mata yang menyebabkan kejulingan terdiri atas:
▻ Rehabilitasi fisik, yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik semaksimal-maksimalnya. Misalnya
dengan donor mata agar saraf mata dapat berfungsi dengan normal kembali.
▻ Rehabilitasi mental, yaitu agar bekas penderita dapat menyesuaikan diri dalam hubungan perorangan dan sosial
secara memuaskan. Seringkali bersamaan dengan terjadinya cacat badaniah muncul pula kelainan-kelainan atau
gangguan mental. Untuk hal ini bekas penderita perlu mendapatkan bimbingan kejiwaan sebelum kembali ke dalam
masyarakat.
▻ Rehabilitasi sosial vokasional , yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan atau jabatan dalam
masyarakat dengan kapasitas kerja yang semaksimal-maksimalnya sesuai dengan kemampuan dan ketidak mampuannya.
▻ Rehabilitasi aesthesis, perlu dilakukan untuk mengembalikan rasa keindahan, walaupun kadang-kadang fungsi dari
alat tubuhnya itu sendiri tidak dapat dikembalikan misalnya dengan menggunakan mata palsu.
12
P E N G O B ATA N

Sampai saat ini belum ada obat spesifik bagi


penderita demam berdarah. Banyak orang yang
sembuh dari penyakit ini dalam jangka waktu
2 minggu. Tindakan pengobatan yang umum
dilakukan pada pasien demam berdarah yang
tidak terlalu parah adalah pemberian cairan
tubuh (lewat minuman atau elektrolit) untuk
mencegah dehidrasi akibat demam dan
muntah, konsumsi obat yang mengandung
acetaminofen (misalnya tilenol) untuk
mengurangi nyeri dan menurunkan demam
serta banyak istirahat.
13
TRANSMISI PENULARAN

Siklus Penularan DBD

Dilansir dari situs resmi Kemenkes, virus DBD biasanya menginfeksi nyamuk Aedes aegypti betina ketika menghisap
darah seseorang yang tengah dalam fase demam akut (viraemia). Fase ini terjadi 2 hari sebelum panas sampai 5 hari
setelah demam timbul.
Nyamuk menjadi infektif dalam waktu 8-12 hari (periode inkubasi ekstrinsik) setelah mengisap darah penderita yang
sedang viremia dan tetap infektif selama hidupnya.
Setelah periode inkubasi ekstrinsik terlalui, kelenjar ludah nyamuk tersebut akan terinfeksi dan virusnya akan ditularkan
ketika nyamuk menggigit dan mengeluarkan cairan ludahnya ke dalam luka gigitan ke tubuh orang lain.
Masa inkubasi penyakit DBD 3-14 hari, tetapi pada umumnya 4-7 hari.
Setelah masa inkubasi di tubuh manusia selama 34 hari (rata-rata selama 4-6 hari) akan timbul gejala awal penyakit,
seperti demam tinggi mendadak yang berlangsung sepanjang hari, nyeri kepala, nyeri saat menggerakkan bola mata,
nyeri punggung, terkadang disertai adanya tanda-tanda pendarahan.
Pada kasus yang lebih berat dapat menimbulkan nyeri ulu hati, pendarahan saluran cerna, syok, hingga kematian.

14
TERIMA KASIH

15

Anda mungkin juga menyukai