1. Penulis terpengaruh dengan ragam cakapan atau ragam bahasa daerah ketika menulis.
2. Penulis terpengaruh dengan bentuk bahasa asing seperti bahasa inggris.
3. Penulis terpengaruh dengan gaya bahasa tempo dulu (ejaan lama), seperti penulisan anggauta dan
sentausa
4. Penulis tidak mengetahui bentuk baku dari suatu kata dan mengikuti cara penulisan sesuai dengan
pengetahuan atas wawasannya. Artinya,penulis tidak melakukan pemeriksaan terhadap penulisan kata
yang tepat.
Solusi untuk hal tersebut tentulah para penulis atau editor nas harus merujuk pada penulisan bentuk
baku yang disarankan Badan Bahasa seperti termuat di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Yang dapat digunakan untuk mengecek ejaan, bukan mengecek makna/ari kata. Karena itu, penulis
atau editor pasti akan selalu direpotkan untuk mengecek melalui kamus ekabahasa seperti KBBI yang
sangat tebal (edisi keempat setebal 1.744 halaman). Namun, kerepotan ini akan berkurang manakala
penulis atau editor nas kemudian memiliki semacam kepekaan atau intuisi linguistik yang baik.
Kata Baku vs Gaya Selingkung atau Gaya
Penulisan
Meskipun bentuk baku telah disepakati dan ditetapkan, ada juga kasus “ketidaksetujuan”
terhadap bentuk baku yang disarankan Badan Bahasa pada KBBI. Bentuk baku ynag kerap
tidak diterapkan terutama dalam penulisan itilah-istilah keislaman. Para penerbit buku atau
media Islam kerap menggunakan bentuk gaya selingkung tersendiri. Begitu pula para penulis
buku religi Islam sering pula menggunakan bentuk gaya penulisan tersendiri. Perhatikan
contoh pada Tabel 3.4 berikut.
Tabel 3.4 Penulisan Istilah Keislaman Versi badan Bahasa dan Versi Gaya Selingkung
Baku versi Badan Bahasa Versi Gaya Selingkung Penerbit/Gaya penulis
Allah Alloh
Alquran Al-Quran; Al-Quran; Al-Qur’an
azan adzan
kalbu qalbu; qolbu
Ramadan Ramadhan
Penerapan gaya selingkung dalam penulisan ejaan seperti yang terjadi pada istilah
keislaman dapat dibenarkan jika penerbit atau suatu lembaga memiliki argumen
kebahasaan untuk menggunakannya. Contohnya, kata kalbu ynag dihindarkan karen
kalb dalam bahasa Arab bermakna anjing sehingga digunakanlah bentuk lain yaitu
qalbu. Namun, penerapan bentuk lain sebagai gaya selingkung masih merupakan
tanda tanya, seperti pembubuhan huruf h pada beberapa kata. Contohnya, shalat,
Ramadhan, dan ridha. Bentuk lain yang juga kerap muncul adalah Ramadlan dan
ridla.
Selain itu, ada pula kasus penulisan yang disesuaikan dengan pelafalan yaitu
mengubah huruf a menjadi huruf o pada beberapa kata. Perhatikan contoh berikut.
ARAB
Dalam hal ini, penulisan kata hasil transliterasi tersebut bercetak miring (italik) sebagai istilah
asing. Adapun kata-kata yang sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia, tidak menggunakan
pedoman transliterasi dan tidak bercetak miring.
Solusi Editing
Editor tetap taat asas mengikuti apa yang sudah dibakukan Badan Bahasa pada KBBI.
Editor menyusun ulang daftar istilah khusus bidang religi Isalm dan menggunakannya
secara konsisten sebagai gaya selingkung penerbit, sekaligus memiliki alasan
penggunaannya.
Daftar kata-kata baku yang sering dituliskan menjadi nonbaku karena satu atau dua huruf yang
berbeda dapat dilihat pada Tabel 3.6
Tabel 3.6 Kata Baku dan Nonbaku
Baku Nonbaku
e i
apotek apotik
atlet atlit
atmosfer atmosfir
cendera mata cindera mata
konkret difinisi
Berikut ini disajikan daftar kata baku dan kata nonbaku berdasarkan abjad dengan
pertimbangan kata yang muncul paling sering dalam frekuensi penulisan naskah.
Tabel 3.7 Daftar Kata Baku dan Nonbaku secara Alfabet
Abjad A
Baku Nonbaku Keterangan
aborsi abortus pengguguran
acap kali acapkali
adab adap
adakalanya ada kalanya
adapun ada pun
Daftar kata-kata baku tersebut sebaiknya sering anda cermati dan terapkan dalam penulisan. Kini Anda
juga dapat secara cepat mengecek kebakuan sebuah kata di KBBI daring pada alamat
http://kbbi.kemdikbud.go.id. KBBI kinni sudah terbit dalam edisi V dengan 127.036 lema dan makna.
Bentuk Terikat
Bentuk terikat atau unsur terikat dalah bagian kata yang hharus dituliskan serangkai dengan
kata yang mendahuluinya. Umumnya bentuk terikat berasal dari kata serapan asin seperti
bahasa Sanskerta atau bahasa Inggris.
Tabel 3.8 contoh bentuk terikat
Bentuk Terikat (Sanskerta) Contoh Kata
adibusana
adi adikarya
adiluhung
catur caturwarga
dasa dasawarsa
dwi dwifungsi
eka ekabahasa
Perhatikan untuk penulisan bentuk terikat yang dilekatkan pada kata berimbuhan. Bentuk
terikat dapat ut terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Maha Penyayang
Maha Pengasih
Pra kemerdekaan
Bentuk terikat yang dilekatkan pada kata berawalan huruf kapital atau singkatan/akronim
berhuruf kapital diberi tanda hubung (-)
anti-Amerika
pro-PBB
Jika huruf akhir brntuk terikat sama dengan huruf awal kata yang mendahului dan
dikhawatirkan mengganggu keterbacaan, dapat diberi tanda hubung (-) pada penulisannya.
Maha-adil
antar-ruang
serba-ada
pro-organisasi
khusus untuk menyebut sifat Tuhan yaitu Maha Esa, Kata maha dan esa terpisah
meskipun esa adalah kata dasar. Hal tersebut sebagai “bentuk kecuali”.
Kata Auto dan Oto
Salah satu masalah penerapan kata-kata baku dalam tulisan resmi adalah masalah konsistensi.
Di dalam KBBI ada hal yang tidak konsisten antara penggunaan bentuk terikat auto dan oto.
Kata auto dalam Random House Unabridged Dictionary disebut sebagai bentuk terikat yang
bermakna self, same, dan spontaeous seperti yang terkandung dalam kata automatic. Makna
lain yang dikandung dari auto adalah mobil atau yang berhubungan dengan kendaraan
bermotor. Sementara itu, kata oto juga serapan yang bermakna mobil dalam bahasa Indonesia.
KBBI sebagai kamus rujukan bahasa Indonesia ternyata menyajikan varian penggunaan
auto ini dengan pertama tetap mempertahankan kata auto dan kedua menyerapnya menjadi
oto. Kata auto berarti mengandung makna ‘sendiri’, ‘sama/serentak’, atau ‘spontan’. Namun,
Anda akan menemukan “bentuk kecuali” yang baku pada kata otomat, otomatis, otomatisasi,
otomobil, otomotif, dan otonom. Di sisi lain, kata kata automasi tetap mempertahankan bentuk
auto, sedangkan auto, sedangkan otomatis dan otomatisasi tidak.
Kata automotif pun memiliki bentuk baku lain yaitu otomotif. Hal ini menjadi salah satu
keunikan bahasa Indonesia dalam soal bentuk serapan. Jadi, perlu kecermatan menggunakan
kata berawalan bentuk terikat auto dan oto.
Tabel 3.9 Kata Berawalan Auto dan Oto
Auto Oto
autoaktivitas otomat
autobiografi otomatis
autodial otomatisasi
autodidak otomobil
autodidaktik otomotif
Gabungan Kata (Kata Majemuk)
Kapan dua kata ditulis serangkai dan kapan tidak? Hal tersebut kerap menjadi kebingungan
diantara penulis dan editor nas shingga terjadi kerancuan. Daftar gabungan kata atau kata
majemuk berikut penulisannya yang benar dapat dilihat pada Tabel 3.10.
Tabel 3.10 Penulisan Kata Majemuk
Kata majemuk atau gabungan kata juga dapat diulang dengan mengulang hanya kata pertama.
kereta-kereta api bukan kereta api-kereta api
orang-orang tua bukan orang tua-orang tua
surat-surat kabar bukan surat kabar-surat kabar
Penulisan Partikel Pun dan Per
Dalam bahasa Indonesia dikenal bentuk partikel pun dan per. Partikel pun adakalanya penulisannya dipisah
dari kata yang mengikutinya dan adakalanya ditulis serangkai. Perhatikan contoh berikut.
adapun
andaipun
bagaimanapun
partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya apabila mengandung pengertian juga.
Perhatikan contoh berikut.
Apa pun yang terjadi, mereka harus segera pergi.
Dimana pun dunia ini, para penulis selalu diperlukan.
Sekali pun ia tidak pernah naik pesawat terbang.
Partikel per mengandung makna “tiap-tiap”.”mulai”.dan “demi”. Penulisan partikel per selalu terpisah.
Perhatikan contoh berikut.
Mereka mendapat penghasilan Rp25.000,00 per hari.
Per tanggal 1 januari 2014, harga elpiji naik 60%.
Satu per satu mereka meninggalkan gedung itu.