Anda di halaman 1dari 12

Infeksi pada Kehamilan

Disusun oleh : Kelompok 2


Asty Aoliansyah KHGA19093
Firyal Fadila KHGA19103
Gema Purnama KHGA19106
Nadia Utami KHGA19116
R. Yusup Maulana KHGA19120
Risya Afifah KHGA19122
 
Penyakit infeksi dalam kehamilan adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus atau bakteri yang sangat membahayakan bagi ibu hamil. Penyakit ini
akan semakin berisiko dan dapat menyebabkan kematian pada janin yang
dikandung ibu hamil Penyakit ini menjadi suatu masalah dalam kesehatan
reproduksi di Indonesia, hal ini disebabkan karena penyakit infeksi kehamilan
dapat mengganggu kesehatan reproduksi dan perkembangan janin dalam
tubuh ibu hamil.
Namun, kebanyakan kasus infeksi sulit dideteksi karena tidak
memperlihatkan gejala seperti demam. Kondisi tersebut sangat menyulitkan
untuk mengetahui apakah seseorang terinfeksi atau tidak. Akibatnya,
sebagian besar ibu hamil tidak menyadari bahwa kehamilannya berisiko. Bayi
yang dilahirkan pun berisiko mengalami cacat bawaan, kelainan mata,
dan hidrosefalus. Selain bayi lahir cacat, risiko infeksi kehamilan juga
menyebabkan berat badan rendah dan mudah terserang penyakit karena
sistem imunitas belum terbentuk sempurna
Ibu akan membentuk antibodi yang dapat
menembus plasenta → Immunoglobulin G
(IgG)
dan pada Usia kehamilan 14 minggu
→ sistem imun fetus akan mulai berfungsi
Pengaruh Infeksi terhadap Fetus

• Efek tidak langsung : gangguan transport


O2 dan nutrisi
• Efek langsung : infeksi jaringan plasenta
dan fetus
• Infeksi virus lebih banyak dibanding
bakteri
• Umumnya hanya infeksi berat pada ibu
yang dapat membahayakan janin, kecuali:
Rubella, cytomegalovirus (CMV), Herpes
Simplex
Pengaruh Infeksi Terhadap Fetus

• Abortus
• Kelainan kongenital
• Hidrops fetalis
• Fetal death
• Prematuritas
• Ketuban pecah dini
Infeksi Virus
• Rubella (German measles)
• Parvovirus
• Cytomegalovirus
• Varicella Zoster
• Herpes
• Hepatitis
• HIV
• rubeola (measles)
Infeksi Bakteri
• Bakteruria (Escherechia coli)
• Infeksi vagina→ Vaginosis bakterial (Gardenerella,
Prevotella, Mobiluncus spp), Trichomonas vaginalis,
Candida albicans
• Group B streptococci
• Gonorrhoea
• Chlamydia
• Toxoplasmosis
• Listeria
• TORCH
T : Toxoplasmosis
O : Other (syphilis,chiamidiosis, Hepatitis B, Virus Aids, Gonorrhoea)
R : Rubella
C : Cytomegalovirus (CMV)
H : Herpes simplex (HSV)
Diagnosis
• Metode serologis , diagnosa infeksi maternal primer dapat
ditunjukkan dengan adanya perubahan dari seronegatif menjadi
seropositif (tampak adanya IgM dan IgG anti CMV
• Metode virologis, viremia maternal dapat ditegakkan dengan
menggunakan uji immunofluoresen.
• PCR dan kultur virus

Diagnosis Prenatal
• Diagnosis prenatal harus dikerjakan terhadap ibu dengan
kehamilan yang menunjukkan infeksi primer pada umur
kehamilan sampai 28 minggu.
• Diagnosis prenatal metode PCR dan isolasi virus pada
cairan ketuban yang diperoleh setelah amniosentesis
Contoh Kasus
Seorang perempuan usia 28 tahun, dengan usia
kehamilan 20 minggu klien mengeluh sakit kepala hidung
tersumbat, nyeri pada kulit. Setelah dilakukan
pemeriksaan suhu tubuh 38,5°; ekstremitas atas dan
bawah terlihat bintik merah iritasi, TD 125/90 mmhg, nadi
90 kali per menit, RR 20 kali per menit, mata tampak
merah, terdapat peradangan pada tangan,saat dipegang
kulit terasa hangat. Klien menceritakan bahwa dirumah
memelihara banyak kucing dan dia sering makan sayuran
mentah.
Diagnosa Keperawatan

1.Nyeri Berhubungan dengan agen cidera


bilogis
2.Hipertermi berhubungan dengan proses
perjalanan penyakit
Intervensi Keperawatan
1. Nyeri Berhubungan dengan agen cidera bilogis

• Kaji secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik, dan onset,
durasi, frekuensi, kualitas,intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor presipitasi.
• Observasi isyarat non verbal dari tidak nyaman, khususnya tidak mampu untuk
komunikasi secara efektif.
• Gunakan komunikasi terapeutik agar klien mengekspresikan
• Berikan dukungan terhadap klien dan Keluarga
• Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon klien
terhadap ketidaknyamanan (ex.: temperatur ruangan, penyinaran, dll)
• Ajarkan penggunaan teknik non farmakologik (misalnya : relaksasi, guided
imagery, terapi musik, distraksi, aplikasi panas – dingin, massage, TENS, hipnotis,
terapi aktivitas)
• Berikan analgesik sesuai anjuran
• Tingkatkan tidur atau istirahat yang cukup
• Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri yang telah digunakan.
2. Hipertermi berhubungan dengan proses perjalanan penyakit

• Monitor vital sign


• Monitor suhu minimal tiap 15 menit sampai suhu stabil
• Monitor warna kulit
• Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
• Selimuti klien untuk mencegah hilangnya panas tubuh
• Kompres klien pada lipat paha dan aksila
•  Berikan antipiretik bila perlu

Anda mungkin juga menyukai